Perubahan dan berubah.Dua kata yang berbeda arti namun bermakna sama.
Perubahan ada yang positif dan negatif.
Dan kalau yang berubah, hasilnya selalu sama.
Negatif.
-Ata L.B
Berkedip dua kali. Menatap bara yang kini berada di hadapan nya, duduk di kursi makan dengan sebuah gadget yang berada di genggaman nya. Kemudian menengok ke kiri, Dimana terdapat selatan yang tengah memotong buah apel, menggunakan giginya--biar epic bentuknya, katanya.
Sebelah tangan nya terangkat, menopang dagunya. Lalu menghela nafas dalam, kemudian menghembuskan nafasnya secara perlahan.
Bosan dan mager.
Hal yang sangat dibenci oleh vana jika sedang di landa dua kata itu.
"Kak."
Semua orang yang berada di sana langsung mengalihkan atensinya, menatap vana.
"Apa/kenapa?," Kelima kakak nya langsung menyahut kompak.
Vana terdiam, bukan nya menyahut ia malah hanya menghembuskan nafas pelan. Matanya terlihat lelah.
Hanya ada mereka ber-enam di sana, lantaran keluarga yang lain nya masih sibuk dengan urusan pekerjaan nya masing-masing. Entahlah, vana juga tak tahu. Mengapa perkerjaan orang tua mereka seperti tak selesai-selesai. Padahal Leon dan bara yang sama-sama pekerja kantoran saja, tak sesibuk itu. Mereka berdua masih sempat untuk berkumpul, walau keduanya tetap sibuk dengan gadget nya masing-masing---yang berisikan tentang pekerjaan nya.
Tapi setidaknya mereka berdua masih bisa sempat berkumpul, hanya sekedar bertegur sapa dengan vana.
"Kak!," Vana kembali bersuara, memanggil kakaknya untuk kedua kalinya. Karena ia merasa ter-abaikan sekarang. Padahal kemarin-kemarin, mereka tidak bersikap begini terhadap nya.
"Apa Queen?,," Leon menyahut. matanya terlihat seperti panda sekarang, lantaran kedua kantung matanya berwarna hitam---entahlah, hal apa yang dikerjakan oleh kakak nya itu sehingga bisa begadang.
"Aku mau pergi."
"Kemana?," Akhrinya kali ini bara yang menyahut, padahal sedari tadi dia hanya fokus dengan layar gadget nya saja.
"Gak tau."
Selatan mendengus, ia cukup tahu jika adiknya itu sedang dalam mood yang sangat hancur. Tapi, ia juga tak tahu mau bagaimana lagi. Apalagi sekarang memang sedang hari libur, membuat vana harus mati gaya di rumah. Sedangkan yang lain nya sedang sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing.
Dan yang tak bekerja pun cuma dirinya, vano, dan Alvin.
Vana itu cuma mau main nya sama dia doang, bukan nya pamer. Tapi kenyataan nya. Soalnya, Alvin masih sibuk dengan tugas kuliah nya. Sedangkan vano...ah udahlah, gak usah ditanyakan lagi sifatnya seperti apa.
Yang jelas, kalau soal main. Vana lebih betah bersama dengan nya.
"Na." Vana hanya menoleh, menatap selatan yang barusan saja memanggilnya.
"Gimana kalau kita ke taman belakang aja, nanem sayur-sayuran di sana."
Vana terdiam, memang di antara ke-enam kakak nya yang lain. Cuma selatan lah yang tertarik dengan dunia pertanian, ia sangat suka bila soal tanam-menanam. Maka tak heran, bila taman di belakang rumah mereka penuh dengan tanaman bunga maupun sayuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother 2
Humorsequel dari possesif brother. jadi, sebelum membaca ini. diharapkan membaca yang possesif brother dulu. ✓✓✓✓✓ "Kak dia ganteng loh." "Bodo amat." "Dia baik." "Gak peduli." "Dia kaya." "Kakak juga kaya." "Dia setia." "Masih setia-an juga si Reni yang...