15. Maaf

12.6K 973 245
                                    

Kalau salah itu,
Ya harus mengakui.
Bukan nya malah
Saling menggurui.

-Ata L.B

"Sun, kamu marah?,"

Menggeleng pelan, matanya masih terfokus dengan layar ponsel---bukan buku. C'mon lah, dirinya juga anak jaman sekarang, lebih suka ponsel dibandingkan buku. Karena di ponsel juga tetep bisa baca kok---baca pesan nya yang tak pernah terbalaskan sampai sekarang, apalagi cintanya.

"Seriusan?,"

Vana berdalih mengangguk, matanya masih tetap setia mengarah ke arah layar ponsel nya---menampakan sebuah video, di aplikasi kekinian---tak-tik.

"Beneran?,"

Menghela nafas gusar, kemudian menatap bara kesal. Bukan, itu bukan vana, melainkan selatan. Yang sedari awal duduk di samping vana, lalu kemudian secara tiba-tiba saja bara datang bersama dengan si kutub Utara---yang sekarang dia lagi masuk ke dalam ruang rawat inap vana untuk menumpang kamar mandi.

Sehingga menyisakan bara yang langsung saja bertanya demikian.

"Yaelah, kutub selatan. Ngomong yang lain ngapa, bosen gue denger nya." Wajar saja jika selatan berkata demikian, sedari bara datang---yang langsung saja bertanya dengan sebuah pertanyaan yang sama. Membuat selatan jengah sendiri jadinya.

"Diem." Selatan langsung kicep, suara bara terkesan lebih dingin dari biasanya. Sedangkan vana diam-diam harus bisa menahan senyuman nya, melirik sekilas ke arah selatan yang kini tengah mencibir dengan menundukan kepalanya agar tak dilihat oleh bara.

Memang dasar selatan, sukanya nyela orang di belakang---eh, tapi kan selatan ngomong nya di depan bara. Cuma karena lagi nunduk aja. Ah, dah lah, pusing mikirin nya.

Mending mikirin dia, walaupun dia gak memikirkan kita.

"Lo jangan marahin gue, yang salah itu kan Anais, bukan gue." Selatan masih sempat untuk membela diri, walau itu bukan sebuah pembelaan namun kenyataan. Karena vana memang yang salah.

"Iya gue salah, maaf." Vana sedikit cemberut, ponsel nya ia simpan di kantong baju---rumah sakit, yang kebetulan juga terdapat kantung di situ.

Bara sudah tau---tentang kejadian malam waktu itu, ketika vana mengikuti ajang balapan di tengah malam. Di tambah juga dirinya tak izin, yang jelas saja bara marah. Bukan hanya bara saja, semua keluarganya sudah tau. Namun mereka hanya menasehati nya saja, berbeda dengan kelima kakak nya.

Mereka berlima justru mengabaikan nya sebagai tanda marah, walau hal itu tak bertahan lama setelah dirinya mencari penyakit---dengan memakan makanan yang mampu membuat nya alergi. Dan mampu membuat kelima kakak nya langsung kembali perhatian kepadanya, terkecuali Leon. Karena dia tetap saja cuek seperti biasa.

"Tapi kan bukan hanya aku yang ikut balapan, kak Selatan juga." Tentu saja selatan langsung menoleh ke arah vana, yang secara cepat berkata demikian tanpa memikirkan nya terlebih dahulu.

"Heh!, Kalau salah tuh Jan kek amoeba, yang membelah diri."

"MEMBELA!,"

Selatan berdecak pelan, saat bara maupun vana langsung berteriak kompak. "Iya elah, biasa aja Napa, gak usah teriak." Mata selatan melirik ke sekitar, yang untung saja sedang sepi. Kalau saja ramai, mungkin suasana akward akan terasa. Memang ya, bara dan vana. Kakak beradik yang akan kompak bila menistakan nya.

Possesive Brother 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang