22. PENDING!

7.6K 705 176
                                    


Saya tau.
Kebanyakan readers,
Pasti menganggap saya adalah peran antagonis di cerita ini.

Tapi, ini cuma cerita.
Bukan di nyata.

Karena, di nyata kalian juga lah yang menjadi peran antagonis di mata orang yang tak menyukaimu.
Dan Tuhan adalah sutradaranya.

-Vina Adelia S

Vana cemberut, ngambek, marah, pokoknya gak suka.

Liburan nya jadi tertunda gara-gara kata bunda, bakal kedatangan seseorang. Jadi, harus menunggu dulu baru berangkat pergi liburan.

Gak asik!

Mana kedua kakaknya Selatan dan Vano masih sibuk di dalam kamarnya, belum berangkat. Tapi sibuk di dalam kamar. Tenang, kamar masing-masing kok. Bukan sekamar berdua.

Yakale.

Melangkah pergi, memilih abai saat dirinya di panggil oleh Bara. Bodo amat menurutnya, dirinya sedang kesal saat ini. Saat bertanya siapa yang di tunggu. Yang lain nya tampak acuh untuk memberitahu, dan cuma bunda yang hanya tersenyum.

Berhenti, saat dirinya sampai di depan pintu kamar milik Selatan. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dirinya langsung saja menyelonong masuk. Menghempaskan kasar tubuhnya di atas kasur.

Matanya menelisik ke sekitar. Sepi, Tak ada orang.

Bertanya-tanya kemanakah perginya Bangtan.

Wait!

BANGTAN?!

Yap, Vana di suruh mengubah panggilan nya terhadap Selatan. Atas suruhan nya Selatan sendiri pastinya. Karena lebih baik begitu, daripada di panggil kak Tan. Kalau sampai kepleset bisa-bisa jadinya ketan.

"Lah? Anais?" Vana langsung menoleh, menatap Selatan yang baru saja keluar dari ruang walk in closet nya. Lengkap dengan baju seragam sekolah nya.

"Kok masih di sini? Ga jadi berangkat?" Selatan tampak menggoda Vana, membuat yang di goda hanya mendengus kesal.

"ENDING!"

"Ha?"

"Eh, maksudnya Pending."

Giliran Selatan yang mendengus, berjalan mendekat. Duduk di sebelah Vana, menatapnya dari samping.

"Tunggu aja, sabar. Oke!"

Mengangguk lesu, dan semakin cemberut kala kakak nya vano memanggil Selatan dari arah pintu untuk segera berangkat ke sekolah. Selatan langsung beranjak pergi ketika telah izin pada Vana, serta tak lupa mengusak gemas rambut panjang nya.

Menyisakan Vana yang di Landa ke gabutan hakiki.

Hendak menghempaskan tubuhnya ke kasur, namun urung. Lantaran mama Devina memanggil dirinya, menyuruh untuk turun ke lantai bawah.

Dengan langkah malas, Vana beranjak bangun. Melangkah pergi hingga langkah nya terhenti di awal tangga sebelum turun. Matanya Mengamati tiga sosok yang tak asing di matanya.

Vina, Rovi, dan Ranggi.

Tunggu! Ranggi?! What the horse?!

Melangkah cepat, menuruni tangga. Mendekat hingga menyisakan jarak lima langkah dari Ranggi. Ingat, lima langkah dari Ranggi, bukan dari rumah.

Possesive Brother 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang