Mungkin kamu benar,
Tetapi mereka juga tidak salah.
Oleh karena itu, hargailah cara pandang orang lain.-Ata L.B
"Dari mana kak?,"
Selatan sedikit terjengit kaget, menoleh menatap vana yang berada tak jauh darinya. Kemudian langsung menghampiri vana---yang masih setia duduk di atas ranjang rumah sakit.
"Tadi ada urusan."
"Urusan apaan?,"
Pandangan selatan menyapu ke seluruh penjuru ruangan, sedikit mengabaikan pertanyaan vana. Dirinya langsung bernafas lega ketika merasa si kutub selatan serta sang singa tak ada di sana. Ditambah juga si kutub Utara tak ada, lantaran sibuk dengan acara sekolah yang akan mendatang.
"Kak!," Ok, vana mulai kesal, oktaf nya sudah tinggi. Namun badan nya tidak.
Selatan menyahut, dan vana masih cemberut. Menyilangkan kedua tangan nya, menatap selatan dengan tajam. Setajam ucapan nya.
"Urusan nya apaan?,"
"Oh, itu. Tadi kakak nemenin si Atala curhat, biasalah lagi ada masalah."
"Masalah?,"
Selatan mengangguk pelan, lalu mengambil kursi yang tak berada jauh dari sofa, membawanya mendekat menuju ranjang. Mendaratkan bokongnya, lalu menatap vana yang masih memandangnya dengan heran.
"Si Atala buat masalah lagi."
"Masalah Apa?,"
Selatan berdecak pelan, "Ribet ah kalau di jelasin, kamu baca aja sana chapter sebelum nya. Jangan di lewatin kalau mau tau, jangan kek mereka."
Vana mengangguk pelan, dan selatan langsung menepuk kening nya. Membuat vana kembali heran. "Kenapa gue bicara sama Lo ya?, Seharusnya kan gue masih nyuekin Lo."
"Hah?,"
Selatan langsung saja membekap mulutnya, merutuk dalam hati. Kenapa bisa dirinya keceplosan seperti tadi di depan vana. Sehingga membuat vana langsung saja kembali menatap nya heran, bahkan kini tatapan nya terkesan menuntut.
"Maksud Lo apa?," Ok, vana sudah kembali menggunakan kata Lo-gue, yang artinya dirinya sudah kembali menjadi vana yang bar-bar.
"Maksudnya itu..." Saat ini selatan berharap, siapapun seseorang untuk segera masuk ke ruangan ini. Agar bisa mengalihkan vana. Walau selatan yakin, kalau Alihan itu hanya bertahan sebentar, lantaran vana yang memang memiliki rasa kepo yang tinggi.
"Gue, sama yang lain nya kompak nyuekin Lo." Dengan terpaksa selatan harus memberi tau yang sebenarnya, lagi pula dirinya juga tak bisa menyembunyikan lebih lama lagi. Bahkan mengacuhkan vana juga tak mungkin bisa lebih lama dari ini.
Vana terdiam sejenak, mencoba untuk mencerna semua yang di katakan oleh selatan. Lalu menghembuskan nafas gusar, ternyata dugaan nya benar. Bila para kakak nya ini pasti sudah kerja sama untuk mengacuhkan nya---dari dua hari yang lalu.
Sebenarnya, vana tak masalah dengan para kakak nya yang acuh---bahkan ia tak peduli. Namun, dirinya hanya sebal saja. Walaupun kakak nya itu sedang acuh padanya, tapi sifat possesif nya tetap ada. Malah lebih ngeselin.
Seperti contoh, ketika dirinya hendak mau izin keluar bersama Reni kemarin---di izinin sih, cuma harus di temani oleh bodyguard---pak Mus, security di mansion yang berubah gelar menjadi bodyguard pribadi nya dalam sehari.
Vana tak ada masalah memang dengan pak Mus, tapi yakali pak Mus sih yang jadi bodyguard nya?,
Ok, vana bukan nya meremehkan kekuatan nya. Tapi, asal kalian tau saja. Tubuh pak Mus itu kurus--sekurus kurusnya orang kurus. Bahkan di tiup sama mulut aja bisa terbang---kumis nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother 2
Humorsequel dari possesif brother. jadi, sebelum membaca ini. diharapkan membaca yang possesif brother dulu. ✓✓✓✓✓ "Kak dia ganteng loh." "Bodo amat." "Dia baik." "Gak peduli." "Dia kaya." "Kakak juga kaya." "Dia setia." "Masih setia-an juga si Reni yang...