Gak cemburu,
Cuma iri.-Ata L.B
"Liza."
Vana menoleh dan langsung melongo, melihat apa yang dilihat nya saat ini mampu membuat nya cukup tak percaya. Mengedipkan matanya cepat, dengan mulut yang sedikit terbuka. Menatap penampilan Alvin yang saat ini mungkin bisa di katakan---unik? Atau lebih ke aneh?
Meneliti dari atas sampai bawah. Pakai baju kok, celana juga, sandal iya. Jadi, unik dan aneh nya dari mana?
Oke, jadi ya emang ga salah pakai baju, celana, dan sandal.
Cuma, style nya itu loh!
Memakai baju panjang seperti baju-baju jaman dahulu itu, persis seperti bajunya Rhoma irama jaman dulu ketika mau nyanyi dangdut. Di tambah celana panjang yang cukup lebar, persis sekali dengan penampilan jaman dahulu banget.
Btw, dapet gak gambaran nya? Kalau enggak, yaudah pikirin aja yang ada di pikiran.
Lagipula ini, bukan nya tempat untuk acara pesta dengan tema Kontes Baju Zaman Purba. Karena nyatanya ini pantai!
Yang jelas jika banyak orang yang menatap mereka heran. Dan ini karena ulah Alvin. Sedangkan yang berbuat ulah hanya diam, sangat tak sadar bila ia mempermalukan dirinya sendiri.
"Kak."
"Hm?"
"Rumah sakit jiwa cukup Deket kok dari sini."
"Hah? emang siapa yang mau ke sana?"
Vana menggeleng, ternyata Alvin tak paham akan ucapan nya. Padahal Leon serta Rovi sudah menyengir tak jelas, namun berusaha untuk di tutupi. Sedangkan Bara, entah lah dia pergi kemana. Lantaran yang ada di pantai saat ini hanya ada Vana yang katanya mau liat sunset, membuat ketiga kakak nya ini harus mengikutinya. Walau sempat di larang oleh Vana, namun malah di tolak mentah-mentah. Dan tetap kekeh untuk ikut.
Hingga, berakhirnya mereka di sini bersama. Yah, walau awal tadi Alvin belum ada karena mencari pakaian aneh nya itu---mungkin.
Vana menoleh, tak sengaja menangkap sosok Vina yang tengah bersenda gurau dengan Ranggi. Berada di tepi pantai, bercanda dengan sahabat, lalu tertawa bersama. Membuat Vana sedikit iri, melihat Vina yang bisa bebas tak seperti dirinya.
Vana sempat berpikir, kenapa para kakak nya ini terlalu possesive kepadanya? Yah, walau minus si Leon. Karena dia tampak acuh, tapi Vana suka seperti itu malahan.
Tak terlalu suka untuk di kekang, apalagi di atur-atur. Sungguh, Kalau bisa Vana ingin kabur saja. Namun, dirinya sadar bila tak mempunyai uang yang cukup untuk melarikan diri.
Pernah sih, minta pendapat pada Leon untuk kabur dari mansion. Namun, malah jawaban nya seperti itu. Kalian pasti dah tau lah ya jawaban nya apa.
"Mau main ke sana?" Vana sedikit tersentak, menoleh dan mendapati kakak nya rovi yang tampak tersenyum padanya. Uhh, sungguh menyejukkan.
Rovi memang sangat berbeda, walau bobrok nya sama seperti Selatan. Namun, jika dalam masalah kepekaan, maka rovi nomor satu.
Vana mengangguk kecil, dan rovi langsung saja berbicara untuk tak boleh melarang mereka pergi dari sana. Lantaran Alvin serta Leon hendak membuka mulut nya.
Namun, "Siapa yang mau larang? Saya cuma ingatkan saja, jangan terlalu jauh. Di pinggir pantai saja, kasian ombak nya kalau sampai kena kalian." Perkataan Leon hanya di tanggapi malas oleh ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother 2
Humorsequel dari possesif brother. jadi, sebelum membaca ini. diharapkan membaca yang possesif brother dulu. ✓✓✓✓✓ "Kak dia ganteng loh." "Bodo amat." "Dia baik." "Gak peduli." "Dia kaya." "Kakak juga kaya." "Dia setia." "Masih setia-an juga si Reni yang...