17. Plagiat

10.2K 812 277
                                    


DEAR PLAGIATOR.
Karya nya lahir dari cara kotor.
Cuma modal ngopi sambil duduk selonjor.
Nyolong sana-sini langsung door,
Miskin ide, tapi gede congor.
Dan Lo masih berharap untuk bisa jadi penulis senior?,
Hah, pliss deh.
Jangan sampai gue bikin Jontor!

-Ata L.B


"Gue..."

"Gue apaan?" Vana terlihat tak sabaran, menunggu Reni berkata seperti di dalam rekaman film. Dan jangan bilang nanti bakal ada sesuatu hal yang membuat pengalihan dari pertanyaan nya.

Reni menghembuskan nafasnya gusar, melirik sekilas ke arah vana yang kini terlihat dengan tatapan menuntut ke arahnya. "Gue kan temenan juga sama Roy, masa Gue Deket sama si Roy gak boleh?"

Kening vana mengernyit heran, padahal vana tak bermaksud begitu. Ia hanya bertanya mengapa, bukan nya melarang. "Gue kan cuma nanya, lagian gak biasanya Lo Deket sama dia. Jangan bilang, Lo udah pacaran sama dia," ujar vana, matanya menatap keseluruhan kepada Reni yang kini terlihat hanya bisa terdiam.

Detik berikutnya langsung terdengar suara tawa renyah dari Reni, tangan nya memukul pelan pundak vana. Membuat yang dipukul hanya bisa menatap sang sahabat heran, di dalam hatinya berdoa---supaya Reni tak gila.

Soalnya, jarak rumah sakit jiwa dengan sekolahnya itu cukup jauh. Kan kasian si pengantar Reni nya nanti, bisa-bisa ketularan juga gilanya nanti.

"Yakali sih gue pacaran sama si Roy. Gue mah always setia sama babang Hasbi," ujar Reni bangga, bahkan kedua alisnya di naik turunkan dan menunjukan wajah pongah nya, membuat vana menjadi ilfil sendiri.

"Iya, Lo nya setia sama kak selatan, tapi kak selatan nya malah jadian sama yang lain tuh."

Sakit hati?, Tentu saja tidak. Reni ataupun vana sudah terbiasa dengan khas asal nyablak nya. Karena bagi mereka, lebih baik langsung berbicara di depan orang nya. Daripada harus berbicara di belakang, karena itu jauh lebih menyakitkan.

Dan untung nya juga kedua sahabat itu tak terlalu baper. Jadi tak heran bila selama ini mereka berteman dan sama sekali belum pernah bertengkar.

"Biarin lah, suka-suka gue."

Vana hanya bisa memutar kedua bola matanya malas, terlalu lelah juga untuk memperingatkan Reni. Sedangkan orang nya saja tak pernah mendengar sepatah katapun yang di sarankan dari vana. Jadi percuma.

Akhirnya waktu selama jam pelajaran hanya membahas yang random. Antara vana dan Reni. Bahkan Reni sampai lupa jika tugas nya belum selesai dan akhirnya hanya bisa mengumpati vana karena mengajaknya mengobrol hingga lupa waktu. Tapi, Reni juga bersukur lantaran vana lupa atas pertanyaan awal nya tadi.

✓✓✓✓✓

"Serius?, Lo gak mau nebeng gue?, Atau si Roy gitu."

Lagi dan lagi vana menggeleng, kembali menolak ajakan Reni untuk pulang bersamanya. Bukan nya vana tak mau, cuma dirinya nanti takut mendapatkan ocehan dari selatan. Yang bisa saja akan menjemputnya ketika dirinya menebeng mobil Reni.

Lagipula, dirinya juga tak mau merepotkan Reni ataupun Roy. Dan vana baru tau jika Reni dan Roy tadi pagi berangkat bareng yang otomatis pulang nya juga pasti bareng.

Vana masih ragu atas jawaban Reni yang tadi, ia tak mencurigai. Hanya ragu saja jika mereka berdua menyimpan sebuah rahasia yang mungkin tak boleh diketahuinya.

Possesive Brother 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang