Setelah mengambil segelas air dari dapur, jaemin kembali ke ruang tengah dimana jisung berada. Jisung duduk disofa ditemani mama una dan juga mark, haechan, chenle dan renjun —jaemin sengaja mengabari mereka— Jeno tak, datang mungkin sedang belajar seperti biasa.
"Minum dulu" jaemin memberikan segelas air pada jisung yang masih tertunduk dengan mata bengkak nya.
Mark sedari tadi mengelus punggung jisung lembut, menunggu jisung tenang sampai dia mau menceritakan semuanya sendiri.
Setelah meminumnya beberapa teguk jisung kembali memberikan gelasnya pada jaemin, jisung masih terisak kecil meski air matanya sudah kering.
"Tenangin dulu. Gak papa" ucap mark, jisung menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan berharap sesak di dadanya menghilang.
"Mereka mau cerai" ucapnya parau.
"Emangnya apa yang terjadi sampe bunda sama ayah mau cerai?" tanya jaemin lembut.
Jisung menggeleng pelan "gue juga gak tau. Tapi waktu gue pulang mereka lagi berantem di kamar nya" jelas jisung.
Mama una mendekat "kamu denger gak mereka ngomongin apa aja?" tanya mama una.
"Gak tau tante, mereka ngomongnya bentak-bentakan tapi jisung sempet denger bunda bilang papa tidur sama cewek lain" katanya.
Semua yang ada disana tentunya tercekat, terkejut dengan apa yang jisung bilang. Sama tidak menyangka nya dengan jisung.
"Tapi kamu denger bunda atau ayah kamu bilang mau cerai?" tanya mama una lagi.
"Iya, bunda bilang dia mau cerai sama ayah. Aku gak denger apa-apa lagi karena aku langsung lari kesini"
memang sekarang pun jisung masih memakai seragam sekolah, artinya dia belum lama didalam rumah dan belum sempat mengganti pakaian.
"Tante gak bisa bantu banyak, karena ini urusannya pernikahan dan keluarga kamu. tante orang asing cuma sekedar tetangga, jadi tante atau pun jaemin gak bisa berbuat apa-apa" ucap mama una.
Jisung mengangguk kecil "iya aku juga tau. Aku kesini cuma nyari perlindungan aja, aku gak tau harus lari ke siapa selain bang jaemin. Sama kalian" jisung melirik mark, renjun dan chenle. Chenle dengan sigap mendekat ikut mengelus punggung jisung.
Jaemin mengangguk paham, sebagai sesama anak tunggal jaemin mengerti. Selain sahabat dan tetangga tak ada yang bisa jaemin mintai bantuan ketika keluarganya tengah kacau dan mendapat masalah, apa lagi keluarga seperti nenek-kakek atau pun saudara lain mereka sangat jauh.
"Mungkin bunda sama ayah capek ngurus gue makanya mereka milih cerai dan ninggalin gue"
"Hus jangan ngomong kayak gitu, gak baik. Gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya" ucap mama una.
"Udah malem ini kamu nginep disini aja" lanjut mama una.
"Sekarang lo makan dulu yuk. Belum makan kan?" ajak jaemin.
"Mau gue bawain kue gak?" tawar mark.
"Atau mau makanan luar?" chenle ikut bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream ✔
FanfictionYO DREAM! We Are Seven Dreams Only The Stories Of Seven Friends