Setelah beberapa puluh menit perjalanan, jisung dan baejin tiba disebuah tempat. Jisung mengernyit saat baejin berhenti didepan rumah sakit. Tanpa disuruh, jisung segera turun sedangkan baejin memarkirkan motornya terlebih dahulu.
"Ikut gue" ajak baejin, setelah selesai memarkir motor.
Jisung masih diam mengikuti langkah baejin tanpa banyak bertanya. Meski jujur saja jauh dilubuk hatinya jisung merasa sangat penasaran, untuk apa baejin membawanya kerumah sakit. Apa mungkin terjadi sesuatu pada bundanya?
"Selamat siang mbak" ucap baejin pada resepsionis.
"Selamat siang"
"Jam besuk belum habis kan?" tanya baejin.
"Belum, masih ada waktu 15 menit lagi" ucapnya.
"Oh iya, makasih mbak"
"Sama-sama. Mau saya antar?" tawar mbak resepsionisnya.
Baejin menggeleng "gak usah"
"Oh baik"
Setelah berbincang sebentar dengan mbak resepsionis, baejin kembali melanjutkan langkahnya menuju lift. Baejin segera menekan tombol menuju lantai tiga setelah keduanya memasuki lift.
"Sebenernya lo ngapain bawa gue kesini?" karena terlalu penasaran, akhirnya jisung bertanya.
"Entar juga lo tau"
Jisung hendak kembali bertanya, namun pintu lift telah berbuka, baejin segera melangkah keluar hingga mau tak mau jisung menahan pertanyaan nya, kembali mengikuti langkah baejin menyusuri lorong rumah sakit sampai baejin berhenti didepan sebuah pintu ruangan, disamping pintu tertulis nama seseorang. Jisung tebak sipemilik nama tersebut bagian dari keluarga baejin, sebab marga mereka sama.
Saat jisung memasuki ruangan itu, pandangannya langsung terjatuh pada seorang wanita setengah baya yang terbaring diatas kasur, kedua matanya terpejam, raut wajahnya sangat tenang seperti seseorang yang tengah tidur dalam waktu yang lama. Selang oksigen dan kawan-kawannya tersambung pada setiap bagian tubuhnya serta layar monitor yang memantau detak jantung ataupun tekanan darahnya.
"Namanya bae irene" ucap baejin tiba-tiba, sembari menatap wanita tersebut.
"Wanita yang udah ngelahirin dan ngerawat gue" baejin tersenyum tipis menatap ibunya dengan penuh bangga.
Jisung terhenyak sesaat, ia tak bisa bereaksi lebih. Jisung hanya diam sembari mendengarkan baejin "Mama orang yang baik, baik banget. Dia gak pernah kasar sama gue ataupun papa, bahkan ketika gue salah pun mama gak pernah marah. Mama cuma negur gue dengan lembut, mama anak satu-satunya dikeluarganya. Sama kayak gue, karna itu mama sesayang itu sama gue, tapi sayangnya sifat baik dan lembutnya gak menjamin kalo hidup mama akan bahagia" jisung mengernyit mendengarnya.
"Maksudnya?"
"Mama sama papa nikah karna perjodohan, tapi sayangnya mama gak beruntung karna dapet cowok berengsek kayak papa" baejin menjeda ucapannya sejenak.
"Sejak gue inget didunia, mama gak pernah dapet perlakuan baik dari papa. Papa selalu kasar sama mama. cih, bahkan kayaknya dia gak pantes gue sebut papa" decih baejin, mengingat bagaimana sikap kasar papa nya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream ✔
FanfictionYO DREAM! We Are Seven Dreams Only The Stories Of Seven Friends