"Kok renjun sama haechan lama ya?"
Jaemin menoleh, baru tersadar bahwa renjun dan haechan sudah pergi selama 20 menit lebih dan belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan segera kembali.
"Masa iya renjun sembelit" monolog jeno.
"Jangan-jangan mereka udah ke kelas duluan lagi"
"Masa sih? Nggak deh keknya lo tau sendiri haechan tuh paling ogah diem dikelas pas lagi jam kosong, pasti ngayap mulu"
Jaemin mengangguk kecil "iya sih, T—"
"WOY!!! ADA YANG LAGI BERANTEM!!"
Serempak orang-orang yang ada disekitar lapangan maupun yang berada ditengah lapangan menoleh saat seorang siswa berteriak dari ujung koridor. Termasuk jeno dan jaemin.
"Berantem?"
"Iya buruan mau liat gak lo, yang berantem anak osis"
Jeno dan jaemin terdiam menatap orang-orang yang berlari berhambur menenuhi koridor, lantas langkah mereka berbelok mengikuti siswa tadi menuju....
"toilet" gumam jaemin.
Jeno menegang "jangan bilang..... Haechan"
Jeno dan jaemin beranjak ikut berlari mengikuti orang-orang yang jumlahnya semakin bertambah. Bisa dibilang sekolah mereka termasuk sekolah yang damai, jarang ada kasus para siswa nya bertengkar apa lagi sampai baku hantam. Maka dari itu saat mereka mendengar ada yang bertengkar tentunya akan membuat seisi sekolah gempar.
"Misi misi.."
Jeno menerobos orang-orang, menarik jaemin agar mengikuti langkahnya.
"Urusan dia urusan gue juga anjing!!!"
Suara bentakan semakin terdengar kala jeno semakin maju, dan saat ia berhasil menerobos orang-orang mendadak tubuhnya membeku saat melihat pemandangan yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Disana terlihat beberapa orang terkapar penuh luka, mereka seperti menciut takut. Jeno menggulir maniknya pada haechan yang berdiri sembari mencengkram kerah salah satu siswa dari kelas renjun, menyudutkannya pada tembok.
Hangyul—nama siswa yang tengah haechan sudutkan— penampilannya sangat jauh dari kata baik. Wajahnya babak belur, baju putihnya dibercaki darah segar yang keluar dari hidung, sedangkan haechan sendiri hanya memiliki beberapa memar dibagian rahang, ujung mata serta ujung bibirnya. Namun lengan baju pada bagian bahunya nampak sobek memperlihatkan goresan panjang pada lengannya yang masih mengeluarkan darah meski tak begitu banyak.
Didepan pintu toilet, renjun masih terduduk dengan raut wajah ketakutannya. Matanya basah dengan penampilan yang sama berantakannya.
Haechan sudah siap kembali melayangkan pukulannya saat jeno berteriak lalu berlari menghampirinya.
"Haechan udah!!!!"
Jaemin ikut berlari menghampiri renjun, sedangkan jeno masih berusaha menahan haechan. Jujur saja jika haechan tengah dikuasai amarah seperti ini tenaganya jauh lebih kuat dari jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream ✔
FanfictionYO DREAM! We Are Seven Dreams Only The Stories Of Seven Friends