.22.

147 15 0
                                    


Dress selutut berwarna navy, rambut coklat panjang yang di buat bergelombang di bagian bawah, serta senyum manis di wajahnya membuat gadis itu semakin terlihat mempesona.

Di depannya duduk seorang lelaki tampan yang seusia dengan si gadis. Mengenakan kemeja berwarna hitam, dan lengan yang di gulung hingga siku membuat para wanita di sana gagal fokus.

Sambil makan mereka terus curi pandang satu sama lain. Memang ini bukan pertemuan pertama bagi mereka berdua, tapi ini kali pertama mereka dinner hanya berdua.

Sesekali terlihat si gadis yang tertawa karena candaan dari lelaki di depannya ini. Dia akui jika lelaki itu sangat tampan. Sikapnya yang sedikit dingin dan pembawaannya yang manis membuatnya kagum.

Sampai getaran dari dalam tas membuatnya menghentikan sebentar obrolan mereka. Membaca nama si penelepon gadis itu mengerutkan kening.

'Tumben nih anak telfon gue?'

Menggeser tombol berwarna hijau dan ia tempelkan benda pipih itu di telinga, "Halo Jun? tumben telfon gue?"

"Minaaaaaa" teriakan dari sebrang sana membuat si gadis menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.

Hafal dengan suara serta teriakan itu, Mina kembali menempelkan hape di telinganya dengan wajah masam, "Gak usah teriak Yuna. Gue gak budek"

"Hehehe ya maap" terdengar suara tawa dari sebrang sana, "Lagian lo sih di spam gak di bales, di grup juga gak muncul" lanjut gadis bernama Yuna.

Mina tekejut mendengar penuturan cewek itu, "Eh iya kah? sorry gue gak buka hape sama sekali soalnya" ucap Mina dengan pelan.

"Ck iya, lagian lo dimana sih? cepetan kesini"

Mengerutkan dahi dia merasa bingung. "Kesini kemana maksud lo?"

"Ke rumah sakit Min, Elsa masuk rumah sakit. UDAH BURUAN YA KAGAK MAU TAU POKOKNYA HARUS KESINI" teriak gadis itu dengan gemas, "Yuna congor lo jangan teriak juga kali! lo pikir ini rumah sakit punya bapak lo apa!" terdengar omelan dari seseorang.

"Eh i-iya iya.. eum rumah sakit mana?" tanya Mina dengan sedikit tergagap.

"Rumah sakit yang deket rumahnya dia"

Setelah itu sambungan telepon langsung terputus. Mina merasa semakin tidak enak.

Wajah paniknya membuat orang di depannya ikut khawatir, "Kenapa?"

Mina mendongak menatap orang itu, "Temenku masuk rumah sakit, aku harus kesana" ucapnya panik.

Cowok itu mengangguk mengerti. Di tepuk pundak Mina seakan menenangkan, "Kamu jangan panik dulu, ayo aku anter kamu kesana"

Mina segera mengangguk, sudah terlalu kalut kalau hanya untuk menolak dengan alasan takut merepotkan.

✨✨✨✨

"Gue kangen" ucapnya pelan sambil menghela nafas, "Lo di sini baik-baik aja kan?" tersenyum getir sambil terus menatap bangunan di depannya.

Sudah lebih dari satu jam cowok ini bertengger di motornya tanpa melakukan apapun. Hanya menatap lekat sebuah rumah sambil sesekali berucap atau pun tersenyum.

Menunduk sambil merenungkan kenangan manis bersama seseorang yang masih menjadi satu-satunya pemilik hati, "Maaf kalo aku pengecut, aku tidak mau melihat wajahmu. Bukan karena aku benci, tapi aku terlalu takut untuk melepasmu pergi" setelah mengucap itu ia segera menyalakan mesin motornya.

"Loh?! kakak kan..?!" ucap seorang cowok dengan mata yang bergerak resah, seolah sedang mengingat sesuatu.

Wajah yang sedari tadi menunduk ia dongakkan karena suara seseorang yang begitu keras.

SEKA'ONE' • ft 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang