.23.

134 14 4
                                    


Suasana kelas IPA-3 pagi ini gak sekacau biasanya. Tentu saja, karena Alex si biang onar alias tukang gas sedang izin tidak masuk hari ini.

Anak kelas IPS 1 pun juga belum terlihat melakukan kunjungan rutin ke kelas IPA. Mungkin karena suasana hati mereka sedang tidak baik.

Di koridor pun beberapa siswa-siswi masih terlihat berkeliaran, termasuk sepasang kekasih berwajah sangar ini.

"Aku gak nyangka aja gitu bisa-bisanya Mina bawa calon tunangan nya di depan Aming" gerutu Juna sambil menggeleng-gelengkan kepala nya, "Terus juga kenapa bisa Jeje cepet banget insinyur? perasaan juga gak kalah cakep tuh bulu idung"

Cewek cantik di samping nya memutar mata jengah sambil melirik malas kepada si cowok, "Insecure bego!" tangannya dengan gemas memukul kening Juna cukup keras sampe cowok itu meringis kesakitan.

Menghela nafas pelan Ochi kembali berucap, "Kamu gak bosen dari tadi ngedumel tentang itu-itu aja?" di lihat nya si cowok juga menoleh menanggapi pertanyaan nya, "Cowok kok demen banget ngedumel" kemudian dia mengalihkan wajahnya ke depan.

Ringisan kecil keluar dari mulut cowok berwajah sangar itu, "Ya gimana ya.." matanya menyipit seolah berfikir, "Kisah percintaan mereka tuh menye-menye bikin greget beb. Apalagi si Aming tuh galaunya bukan main. Pas di tolak Elsa dulu juga gak sebegininya"

Ochi diam. Dia juga terlihat memikirkan perkataan kekasihnya itu, "Iya juga sih.." setelah beberapa detik dia berfikir, buru-buru dia menggeleng dengan cepat, "Tapi tetep aja itu urusan rumah tangga mereka. Kita juga gak bisa berbuat apa-apa kalo itu keputusan orangtuanya Mina" ucap Ochi geregetan.

Juna masih berusaha berfikir bagaimana cara agar sobatnya tidak galau lagi.

Berhenti berjalan membuat Ochi juga berhenti. Gadis itu menatap kekasihnya dengan tatapan bingung, "Aku tau gimana caranya biar Mina gak jadi tunangan sama Jones" lagi-lagi mata gadis itu memutar malas sambil berdecih pelan, selalu saja semua dia pelesetkan.

Tapi kemudian ia mengangkat kepalanya seolah bertanya apa yang di maksud Juna. Terlihat cowok itu tersenyum sampai giginya terlihat, "Gimana kalo aku aja yang ganti posisinya Jones? kan pasti Aming gak ba-"

Bugh

Mengusap lengannya yang terasa sakit cowok itu menatap bengis kepada pelaku pemukulan. Yang di tatap juga malah terlihat lebih bengis, membuat nyali Juna menciut, "A-apa?!"

"Goblok kok di bibit unggul!" setelah mengucap itu, Ochi segera berjalan mendahului Juna. Tidak peduli dengan pikiran kekasihnya yang hanya seperempat itu.

✨✨✨✨

Seorang siswa berwajah polos berjalan ke arah papan tulis, membuat siswa satu kelas terfokus kepadanya, "Ada tugas dari pak Cahyo" ucap cowok itu yang membuat beberapa siswa berbinar, "Kerjakan tugas di buku modul, latihan tiga sampai enam. Di kumpul hari ini juga"

Mendengar itu hampir seluruh kelas mengeluh, pasalnya jam kosong yang mereka inginkan tidak bisa untuk bersantai.

"Harus banget hari ini, Win?"

Cowok bernama Erwin yang menjabat sebagai ketua kelas itu mengangguk, "Iya, kalo kalian keberatan gue kasih waktu sampai jam terakhir deh. Asal harus di kumpul hari ini".

"Yoi ketua kelas kita emang paling ngerti. Love you sayang, mwah" ucap Lisa sambil memberikan ciuman dari tempat duduknya.

"Yeu uler sanca bisaan aja" ucap Yogi sambil begidik ngeri melihat tingkah gadis cantik itu.

Lisa menatap tajam kepada Yogi, "Elo tuh kadal afrika! syirik aja lu da- LOH CHI? GUA KIRA ELO KAGAK MASUK ANJIR?!" gadis itu tidak jadi mengomel kepada Yogi saat netranya menangkap gadis berambut blonde memasuki kelas.

Untuk kesekian kalinya Ochi mendecak sebal. Ini masih pagi tapi kenapa banyak sekali yang membuatnya ingin mengumpat kasar, "Congor lo bisa gak sih di kecilin dikit?!" dengan malas ia melewati tempat duduk Lisa. Merasa ada yang aneh, ia kemudian berbalik untuk melihat ke arah Lisa yang juga sedang menatapnya, "Bangku gue kembaliin gak?! suka bener nyolongin bangku orang!"

Buru-buru Lisa menyeret bangku milik Ochi yang menurutnya seperti macan betina pagi ini, "Nih.. " sambil ia memberikan tempat duduk milik si gadis, "Galak bener lu nyet!"

Menarik bangku miliknya dan segera ia duduki, Ochi menatap datar kepada Lisa, "Mood gue lagi gak bagus, di tambah liat lo pagi ini mood gue makin ancur"

Mendengar itu Lisa segera berjalan menjauh, tak lupa sambil mencibir pelan.

✨✨✨✨

Baru saja ia memasuki kelasnya yang terlihat ramai seperti hari-hari biasanya. Tapi tidak dengan dua orang cowok yang amat ia kenal, wajah mereka murung seperti maling sehabis di tangkap warga, "Ngapa kisah percintaan temen-temen gua semenye ini sih?" ucapnya pelan.

Mengalihkan pandangan dari kedua cowok itu, ia beralih menatap seorang cowok yang tiba-tiba datang menghampirinya.

"Woi ada kabar-kabaran nih" ucapnya sambil menepuk pelan bahu Juna. Cowok yang di tepuk bahunya itu mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya.

"Nanti sepulang sekolah anak-anak cewek ngajak ke rumah sakit" menipiskan bibir sebentar, ia kembali menatap Juna, "Tapi gue gak yakin bakal di izinin kalo rame-rame"

Juna mengangguk samar, "Emang kapan anak-anak cewek ngajak ke RS?" pikirnya bingung.

"Barusan pas gue kunjungan ke sana sekalian nganterin calon istri" dengan enteng ia berucap, membuat Juna ingin menonjok muka bego cowok itu. Dia meringis sambil beralih menatap kedua temannya yang lain, "Jelek banget gak sih muka mereka kalo lagi galau?" ucapnya sambil berbisik.

Juna melirik kedua cowok itu, lalu ia mengangguk, "Siap-siap aja elo di minta ngajarin jurus-jurus jitu hahahaha" kemudian ia duduk dengan tawa yang terdengar menjengkelkan di telinga Dika.

✨✨✨✨

"Makan dulu nih" satu gelengan lagi yang membuat Alex ingin berteriak kesal jika orang di depannya ini bukan adik kembarnya.

Ia menatap si gadis yang terus menunduk dan sesekali membuang muka dengan tatapan kesal, Alex kembali mengangkat piring, "Makan dulu cil. Elo tuh masih butuh tenaga" ucapnya sedikit meninggi. Bukannya membuka mulut gadis itu malah kembali berbaring sembari memunggungi Alex.

Sudah hilang kesabaran cowok itu. Menghela nafas panjang lalu ia hembuskan dengan keras, "Terserah elo aja lah, darah tinggi gue lama-lama" katanya, sambil ia meletakkan piring di meja nakas.

Terdengar suara hentakan kaki sedikit keras, kemudian di ikuti suara pintu yang terbuka. Elsa yakin kalau kembarannya itu pergi.

Menghela nafas lega, setidaknya Elsa tidak melihat dia di dekatnya.

Perlahan ia bergerak ingin bangun. Benar, perutnya lapar dan dia juga butuh tenaga. Namun baru ia menyingkap selimut suara pintu yang di buka kembali mengurungkan niatnya.

Suara langkah kaki yang semakin dekat membuat gadis itu menutup mata rapat. Sesekali ia meremat selimut dan menggigit bibirnya ketakutan.

Terdengar orang yang ia yakini adalah Alex itu duduk di kursi samping bangsalnya.

'Ngapain balik lagi sih?! pergi kek! gue tuh ngeri liat muka lo!'

Semakin rapat ia memejamkan mata, semakin erat pula rematan pada selimutnya.

Terdengar orang itu menghela nafas pelan, "Kenapa gak mau makan sih?"

Mata yang sebelumnya terpejam rapat kini terbuka sampai membulat. Perlahan rematan pada selimutnya juga mengendur.

"Kalo gak makan nanti gak sembuh-sembuh" ucapnya lembut. Bisa Elsa rasakan juga tangan cowok itu mengusak kepalanya pelan, "Makan yuk? aku yang suapin"

Dengan tubuh gemetar serta jantung yang berpacu dua kali lipat, ia memberanikan diri untuk berbalik menatap cowok yang tidak asing menurutnya.

Cowok itu tersenyum manis saat kedua mata si gadis bertatap langsung dengan miliknya. Berbeda dengan reaksi si cowok, gadis itu kembali membulatkan mata dengan sempurna serta mulut yang terbuka lebar.

"Reno?!"

.
.

SEKA'ONE' • ft 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang