27.

126 14 0
                                    


"Itu karena ada dia.." kata Lisa sambil memberi tanda kutip terhadap ucapannya barusan.

Alex, cowok itu semakin di buat bingung dengan ucapan Lisa yang mengambang.

Paham kalau pacar nya itu sedikit lemot ia kembali berucap, "Aku gak bisa lihat dia, tapi.. tadi Reno bilang kalau dia penasaran sama Elsa. Dia nempel mulu sama kamu, karena dia tau itu satu-satunya cara dia bisa ketemu Elsa"

Berkedip beberapa kali hingga cowok itu mengelus tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding, "Aku tau siapa yang kamu maksud." ucapnya sambil membuat tanda petik.

Gadis cantik itu mengangguk, tetapi ia juga merasa tidak nyaman berada di sini. Entahlah, tapi hatinya terasa gusar.

"Udah sore aku mau pulang"

"Eh.. jangan. Temenin aku dulu, masih kangen" Alex memeluk manja tubuh kekasihnya.

Melihat Alex seperti itu ia berusaha mengenyah pikiran serta hatinya yang merasa gusar. Dengan yakin Lisa mengangguk, menyemangati dirinya sendiri bahwa itu hanya sekedar pikiran biasa saja.

"Ya udah aku temenin sampe jam tujuh malam, oke?" Alex mengangguk menyetujui pernyataan si gadis.

"Cerita dong suasana di kelas pas gak ada aku gimana.. pasti sepi kan hahaha" dengan penuh percaya diri, Alex bersendekap di depan dada.

"Kalo itu sih emang iya, tapi gak ada kamu enak tau. Kelas rasanya lebih tenang, lebih adem.." jawab si gadis dengan wajah sumringah.

"Idih.. emang aku setan yang bikin kelas jadi panas?" tanya nya sedikit sewot membuat gadis di sampingnya tertawa gemas.

"Hahaha akhirnya bisa sadar diri"

Mendengus pelan mendengar ucapan sang kekasih. Setelahnya ia ingat bahwa ada satu pertanyaan yang ingin dia ajukan kepada kekasihnya ini.

"Oh iya Lis.. ngomong-ngomong setelah lulus kamu mau lanjut di sini apa pulang ke kampung halaman mu?"

Tak langsung menjawab, gadis itu memilih menyandarkan tubuhnya. Merasa lelah memikirkan tentang nasibnya setelah ini yang belum ia putuskan, "Aku gak tau.." ucapnya ragu.

"Kok gak tau?"

"Lihat nanti ya.. kan lulus juga masih lama. Mending kita fokus buat belajar, biar nanti bisa masuk universitas yang bagus" ucapnya sambil tersenyum.

"Kan aku cuma tanya.. kamu di sini apa enggak? kalo iya, aku pengen satu kampus sama kamu.. sama seka'one' juga ding hehe"

Menatap lamat mata indah sang kekasih, gadis itu tanpa sadar tersenyum dengan tatapan sendu, "Aku, kamu, bahkan kita semua pasti bakal bareng-bareng. Jadi kamu tenang aja"

Alex yang merasa puas tanpa sadar bangkit sambil meloncat kegirangan, "Yes!"

Tatapan sendu itu kian menyendu saat ia ingat perkataan sang papa. Tentu saja dia berbohong kepada Alex.

Lisa sendiri saja tidak tau bagaimana nasibnya setelah ini.

✨✨✨✨

Mengacak rambutnya frustasi Reno berteriak kesal. Memikirkan masalah ini membuatnya pusing.

Tentang alasan bahwa ia sudah di cari sang ibu, cowok itu terpaksa harus berbohong. Dia tau jika ada yang tidak beres dengan gadis itu, dan terbukti dengan sosok menyeramkan yang terus menempel kepada Alex.

Lelah berpikir sendiri cowok itu memutuskan keluar kamar untuk menemui seseorang.

"Kenapa?" Reno menatap lesu sang ibu, "Muka kamu kayak lagi ada masalah.. mau cerita?" ia mengangguk, mendekat dan menarik nafas sebentar sebelum bercerita.

"Bun.. indera ke-enam tuh bisa tiba-tiba muncul atau memang dari keturunan?"

Sedikit tergelak dengan pertanyaan putra sulungnya yang tiba-tiba membahas tentang hal sensitif baginya, "Tumben kamu mau bahas tentang ini? biasanya kamu paling gak suka bahas ginian.."

Wajah lesu Reno berubah menjadi sebal, "Terpaksa" ucapnya malas, "Jadi gimana bun?"

"Kebanyakan sih dari keturunan.. ya seperti kamu yang dapat dari bunda. Tapi memang ada beberapa yang di anugerahi tanpa dapat dari keturunan"

Mulut cowok itu membulat seolah berkata oh tanpa suara, "Tapi bun, emang bisa gitu dapatnya mendadak? eum.. maksud ku tiba-tiba gitu" tanya nya dengan wajah penasaran.

"Ck kamu nih banyak tanya.." eluh sang ibu menatap sebal putra sulungnya, "Bunda gak tau.. bunda gak pernah belajar tentang itu. Memang kenapa? kamu sudah gak bisa melihat kehadiran mereka?"

Reno menggeleng, "Bukan itu.. Reno masih bisa lihat mereka. Tapi.. ah udahlah lupain aja bun. Eum.. tapi kalau suatu saat Reno butuh bantuan bunda, bunda mau kan bantuin?"

Wanita cantik itu tersenyum, "Iya pasti di bantu se bisanya bunda. Ngomong-ngomong.. mulai kapan dia bisa lihat mereka?"

"Hah?" tubuhnya kaku serta wajah tampannya menegang saat menatap wajah cantik ibunya yang sedang tersenyum geli. Bagaimana bisa ibunya tau?

Menutup mata sambil melenguh pelan, ah dia lupa jika sang ibu bisa membaca pikirannya.

✨✨✨✨

Keringat dingin terus mengucur di pelipis gadis itu. Segala bentuk doa meminta perlindungan dari sang Tuhan tanpa henti ia rapalkan. Ingin lari namun ia tidak bisa, tapi jika terus berada di sini rasanya ia akan menjadi gila.

"Tolong pergi jangan ganggu saya.." ucap gadis itu pelan sambil memejamkan matanya rapat.

Tiba-tiba ia membuka matanya perlahan saat sesuatu berkata melalui hatinya. Dia yakin bukan dirinya yang berucap dalam hati, walau jika di pikir menggunakan logika, siapa lagi yang bisa berbicara lewat hati kecuali diri sendiri?

Menatap lurus ke arah pintu, ia bernafas lega saat tak mendapati sosok yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

Tanpa sadar gadis itu tersenyum saat mengingat perkataan di dalam hatinya tadi.

'Aku tidak mengganggu, aku hanya ingin menjaga mu'

Elsa, gadis itu mengangguk beberapa kali sambil menggumamkan kata terima kasih.

Ia sempat berfikir jika ini hanya halusinasi. Saat melihat sosok perempuan berambut panjang di sekolah tempo hari, dan sosok nenek tua yang membuatnya terkejut sampai pingsan sehingga harus di larikan ke rumah sakit.

Tetapi setelah melihat perempuan berwajah hancur yang menempel kepada Alex, serta nenek tua yang sempat membuatnya takut itu kembali menampakkan diri, ia sadar jika ini bukan halusinasi.

Gadis itu bahkan belum bercerita kepada siapapun mengenai hal ini, kecuali adiknya saat tadi di mobil.

Ingin sekali dia bercerita semua, terutama kepada ayah serta ibunya. Namun, gadis itu takut jika di anggap aneh.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat jantung gadis itu bergemuruh. Menggigit bibirnya rapat, serta tangan yang berkeringat ia kembali merapalkan doa.

Tok tok tok

Semakin keras ketukan pada pintu, semakin rapat pula ia memejamkan mata.

Brak!

"Arghhh"

.
.

SEKA'ONE' • ft 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang