Mobil Mr Lucas sudah terparkir rapi diparkiran apartemenku.
"Terimakasih Sir, untuk tumpangannya." Ucapku sebelum turun dari mobil.
"Sama-sama"
"Mau mampir dulu Sir ?" Kataku berbasa-basi.
"Boleh, jika tidak merepotkanmu" jawabnya membuatku sedikit kaget, pasalnya aku hanya berbasa-basi tadi.
Mr Lucas keluar dari mobil dan berjalan berdampingan denganku.
"Silahkan masuk Sir" kataku mempersilahkan.
Aku mengekori Mr Lucas yang sudah terduduk di sofa sambil melepas jas dan dasinya, serta membuka dua kancing bagian atas kemejanya.
"Anda ingin minum apa Sir ?" Tawarku.
"Wine" jawabnya yang berhasil membuat mataku membulat.
"Ok Sir" aku berlalu ke dapur sambil menghentak-hentakan kakiku karena sebal dengan atasanku itu.
Entah bagaimana caraku berfikir, aku benar-benar membawakan satu botol wine dengan dua gelas khas bar untuknya.
Aku melihat raut wajah terkejut terpasang diwajahnya saat melihatku membawa wine.
"Kamu benar-benar membawakanku wine ?"
"Seperti permintaanmu Sir"
"Baiklah, terimakasih Laura. Aku akan menikmati wine yang kamu bawakan spesial untukku" ucapnya sambil mengedipkan matanya genit.
Astaga ternyata aku memiliki atasan genit sepertinya. Apa dia tidak ingin pergi dari apartemenku ? Bahkan aku belum mandi sedari pulang kerja.
"Sir, saya tinggal sebentar. Sepertinya saya butuh mandi" ucapku sesopan mungkin. Dia mengangguk dan kembali menikmati wine dan film yang ditayangkan ditelivisi.
Bagian terindah dari hidupku adalah menikmati ritual mandi setelah melakukan hal-hal yang sangat melelahkan.
Aku kembali menuju ruang tamu dengan hanya menggunakan kemeja oversize putih dipadu hotpants dengan dua kancing bagian atas terbuka.
Mr Lucas menoleh kearahku setelah aku duduk disampingnya. Menikmati tayangan di televisi dan menyesap wine dalam gelas yang sudah kupegang. Matanya sedikit memerah dan sayu mungkin pengaruh wine yang diminum.
"Are you ok Sir ?" Tanyaku. Dia mengangguk pelan.
"Sir, kurasa ini sudah cukup malam untuk bertamu." Kataku lagi.
"Kamu mengusirku ?"
"Tidak Sir, tapi saya juga harus beristirahat." Ucapku sedikit menggeram.
"Istirahatlah" jawabnya.
"Dan anda Sir ?" Tanyaku penasaran.
"Dan saya akan menemanimu istirahat" jawabnya.
Mr Lucas menarik pinggangku posesif, mengikis jarak antara aku dan dia. Wajahnya mulai mendekati wajahku, nafasnya yang memburu berhembus tepat diwajahku. Aku bisa melihat bibir merahnya yang basah begitu menggoda tepat didepan bibirku, ingin rasanya aku melumat habis.
Aku menjambak rambutnya berharap dia sadar akan kegilaannya ini. Dia mengerang dan membalas mencubit kedua pipiku. Aku yang tidak ingin kalah menjewer telinganya keras-keras hingga dia mengerang dan melepaskan tangannya dari pipiku.
"Dasar gila!" Ketusku sambil mengusap kedua pipiku yang terasa sakit.
"Kamu yang gila ! Kenapa menjambakku huh ?"
"Lalu kenapa anda seperti ingin menciumku huh ?" Ucapku tidak mau kalah.
"Dasar bocah !"
"Dasar om om !" Balasku.