06.30 pm mereka sampai disalon yang tidak terlalu ramai memang. Tapi salon ini cukup terkenal, karena kebanyakan hanya orang orang berkantong tebal saja yang mendatangi salon ini.
"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu ?" Seorang pramuniaga menghampiri Laura dan Lucas yang baru saja masuk kedalam salon.
"Huh, kejadian ini terulang lagi." Batin Laura.
Lucas meninggalkan tempat tersebut setelah mengatakan akan menjemput Laura pukul 07.30.
Laura hanya menuruti perkataan pegawai salon tersebut dengan sesekali mengobrol.
"Pacarnya ya Miss ?"
"Bukan sis." Laura.
"Kok mesra banget ?"
"Dia aja yang sok mesra, sayanya yang ogah."
"Tapi kalian cocok kok Miss."
"Amit-amit, dia playboy sis, bikin jijay."
"Ganteng kalo playboy nggak masalah dong Miss haha."
Laura mendengus kesal dengan perkataan pegawai salon tersebut. Bisa bisanya dia membela seorang playboy.
Satu jam berlalu, Laura sudah siap dengan penampilannya. Ia juga merasa puas dengan makeup diwajahnya yang tidak terkesan menor atau terlalu tua untuk usianya.
"Ini kenapa si bos belum datang juga sih, berkarat nih gw lama-lama." Gerutu Laura menunduk sambil menatap layar ponselnya.
"Lama ya ?"
"Lama BANGET !." Laura melotot galak kearah Lucas.
"Maaf tadi macet, jangan cemberut gitu dong." Lucas mencium puncak kepala Laura, membuat jantung pemilik kepala disco tidak karuan.
Mobil limousine berhenti didepan hotel berbintang dengan red karpet terjulur didepan pintu masuk hotel. Lucas keluar dari mobil diikuti oleh Laura yang mengapit lengannya.
Suara kamera mengalun sepanjang perjalanannya memasuki hotel.
Suasana didalam sangat ramai, sebagian besar tamu sudah memenuhi ruangan. Beberapa orang saling mengobrol tidak terkecuali Lucas.
Laura mengedarkan pandangannya, melihat beberapa tamu yang datang. Sesaat matanya bertemu tatap dengan seseorang yang tidak lain adalah Felix, dan disampingnya juga ada Mark dan Johnny.
Tiga orang yang sedang berkerumun berjalan mendekati Laura dan Lucas.
"Ra, Lo disini juga ?" Mark.
"Yash Mark."
"Ohh ya Sir, kenalin ini temen-temen aku, Mark, Johhny, terus yang lembek ini Felix." Jelas Laura.
"Ra jangan mancing deh lo !" Desis Felix, yang hanya ditertawakan oleh Laura.
"Saya Lucas." Lucas memperkenalkan diri sambil menjabat tangan ketiga teman Laura.
"Ra nyokap, bokap, sama abang lo disini juga, lo tau kan." Bisik Felix.
"Iya gw tau kok." Singkat Laura.
"Eh Laura ya ?"
Suara cempreng wanita mengalihkan atensi beberapa orang disekitar Laura, termasuk Laura."Lo !" Laura memekik tertahan, matanya membulat mendapati musuh bebuyutannya berdiri didepannya.
"Lo ngapain Ra disini ? Jangan bilang lo mau bikin rusuh disini ? Lo kan monster." Kalimat terakhir diucapkan tepat ditelinga Laura.
Laura berekspresi datar, senyuman di wajahnya hilang, tangannya mengepal. Ucapan wanita ular didepannya mengingatkannya pada masa lalunya.
"Hi Sir, saya Sharon. Temen Laura waktu junior high school." Sharon mengulurkan tangannya kepada Lucas.
Lucas yang mengetahui perubahan dari Laura memeluk pinggangnya posesif, menyadarkan lamunan Laura.
"Are you okay ?" Bisik Lucas ditelinga Laura.
Laura langsung mengangguk menanggapi ucapan Lucas lalu tersenyum cerah.
Sharon yang merasa diabaikan, pergi meninggalkan lima orang tersebut.
"Ra lo nggak papa kan ?" Johnny menyentuh lengan Laura menenangkannya.
"Gw nggak papa John." Laura tersenyum getir.
"Kalau tuh setan gangguin lo bilang ke kita, biar kita aja yang maju, lo santai aja." Mark.
"Siap Mark tayang."
"Yaudah kita nyamperin bokap bokap kita dulu ya, ntar kita gabung lagi." Johnny.
"Okay okay."
"Mari Sir." Tiga lelaki didepannya pamit.
Laura berhasil menetralkan emosinya. Kini ia kembali tenang seperti sebelumnya.
Lucas yang melihat Laura sudah kembali seperti semula, menghela nafas pelan dan tersenyum tenang.
Pembawa acara mulai menginterupsi seluruh tamu, menyampaikan beberapa rangkaian acara pada malam ini. Dilanjutkan oleh sambutan sambutan para pemimpin perusahaan besar di kota ini, termasuk ayah Laura.
Happy reading !