Dari semua orang yang ada di kelas, gue cuma akrab sama satu cowok. Dia Arvan, tetangga gue. Orangnya pinter kimia, jadi kalau ada tugas kimia tinggal nyontek aja sama dia. First impression Arvan ke gue baik banget.
Gue kenal sama dia pas awal masuk kelas super ini. Saat itu, gue gak tau sama sekali tentang pelajaran yang dipelajari dikelas ini. Mungkin karena gue terlalu bodo amat sama pelajaran jadinya ketinggalan kan.
Dia ngajarin gue dari A sampai Z materi yang gue nggak paham. Sabar banget sih ngajarin otak udang kaya gue. Tapi setelah gue akrab sama dia, baru tau gue kelakuan dia tuh kayak orang minta ditabok.
"Nulis apa sih Sha? Serius amat." Arvan datang ke meja gue.
Gue diem, lagi gak mood ngomong. Pura-pura enggak denger karena lagi pake earphone.
"Sha lo budeg?" kata Arvan sedikit teriak. Gue masih diem.
"Kalo orang lagi nanya itu di denger, jangan asik sendiri." Arvan menarik salah satu earphone gue.
"Lagi denger apa sih." Arvan memasangnya ketelinganya.
"Ini lagu apa? Kok nggak pernah denger."
"Show Me dari Jill Zimmerman," kata gue sambil nulis catatan biologi.
"Apa dah?" Sekarang Arvan seenaknya buka ponsel gue. Katanya mau liat judulnya.
"Loh kok bahasa korea sih judulnya? Kata lo 'Show Me'?" Protes Arvan.
"Ck, terserah orang lah. Kok lo yang sewot." Gue tersenyum miring.
"Enakan ini." Arvan memutar lagu pilihannya. Gue cuma denger aja lagu yang dia putar pake earphone satunya yang nggak dia lepas.
Awalnya gue gak peduli. Tapi pas bagian reff, lagu itu menarik perhatian gue.
Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung
Akulah orang yang selalu ada untukmu
Meski hanya sebatas teman
"Ini lagu apa Van?" tanya gue penasaran.
Arvan mengalihkan pandangannya kearah jendela. "Garis Terdepan dari Fiersa Besari."
"Yee lo anak senja toh." Gue tertawa mengejek. Arvan mendelik.
"Gak tau. Enak aja gitu kalo denger lagunya, pas dengan hati," sahut Arvan.
"Emang bener sih bagus," kata gue.
"Eh lo bisa main gitar kan, mainin lagu ini buat gue ya. Kayak nya bagus kalo lo yang main."
Arvan cuma ngangguk-ngangguk.
__________________________________.
Sore ini gue mau kerumah Arvan, mau denger cover lagu 'Garis terdepan' yang baru pagi tadi gue denger langsung suka.
Rumah Arvan tuh luas banget, karena dia anak orang kaya. Apalagi rumahnya adem dan fasilitasnya banyak, udah kayak hotel. Gue bebas keluar masuk rumah dia karena Mamanya udah kenal sama gue tapi tetep pake salam biar sopan.
"Arvannn," teriak gue dari luar. Gak lama Bi Yemi, yang bantu-bantu dirumah Arvan keluar.
"Masuk aja Elish, Arvannya lagi dikamar," kata Bi Yemi ramah.
Gue pun masuk aja, langsung belok ke kamar Arvan. "Vannn ...," kata gue sambil buka pintu.
Gue melihat Arvan yang lagi sibuk nugas di meja belajarnya. Ya udah, gue langsung aja rebahan di kasurnya, adem disini jadi ngantuk.
"Van, lo lagi sibuk ya?" kata gue, Arvan berbalik menghadap ke arah gue.
"Gak juga. Gue cuma lagi ngedit tugas yang kemarin aja," jawab Arvan santai, lalu kembali fokus nugas.
"Kalo enggak sempet buat cover nya gak apa Van, lo fokus ke tugas lo aja," kata gue sambil meluk guling.
"Oh mau sekarang? Ya udah, bentar gue tinggal ngedit title-nya aja."
Gue manyun di atas tempat tidur Arvan. Gak tau mau ngapain sekarang.
"Van lo punya cemilan gak? Laper gue," kata gue santai.
"Ada tuh di kulkas."
"Ambilin gih," perintah gue.
"Ambil sendiri lah, gue lagi sibuk," protes Arvan.
"Yang tamu nya siapa. Kok gue yang ke dapur," jawab gue sedikit memelas.
"Gak."
"Ihh baperan ya lo." Gue berbalik, memunggungi Arvan.
'BUUKK'
"Bentar SHA!" Arvan melempar bantal ke arah gue lalu keluar kamar. "Diam makanya."
Eh Van gue sumpahin ya lo jadi batu sekalian biar gak bisa gerak. Gak lama Arvan dateng sambil bawa cemilan banyak. Yahh kalo gini mah gue gak jadi ngutuk lo, lemah amat gue.
"Noh makan yang banyak." Arvan ngasih semua cemilan itu ke gue lalu ngambil gitarnya yang ada di pojokan.
"Lagu Garis Terdepan kan?" tanya Arvan memastikan, gue cuma ngangguk-ngangguk sambil makan camilannya Arvan.
Dia mulai mainin intronya, gue berhenti dulu makan mau fokus ke Arvan.
Baguss
Dia mulai nyanyi, katanya lagunya buat gue. Gue mencerna setiap kata yang Arvan ucapkan.
Badan gue mulai getar-getar, enggak tau, kayak ada yang aneh. Gue kayak ingat sesuatu, tapi gak tau apaan.
Sampai diakhir lagu, muka gue masih cengo. Arvan liatin gue bingung.
"Lo kenapa Sha? Lo nangis?"
Gue tersentak baru nyadar ada air mata di pelupuk mata gue."Eng-gak kok," jawab gue memalingkan muka.
"Wahh, Elisha punya air mata ya?" kata Arvan santai, lalu ketawa kayak orang gak ada akhlak.
Baru aja gue terpesona dengan penampilan dia. Sekarang Arvan udah balik lagi ke asalnya. Gue lempar aja tuh bantal yang gue pegang dari tadi. Arvan meringis, gak peduli gue.
Arvan berdiri, lalu berjalan ke arah gue.
"Gak usah nangis, ini cuma lagu," kata Arvan sambil usap-usap rambut gue.
Blushhh~
Jangan lupa Vomments nya ya :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodboy VS Fakboy
Teen FictionIni Gue Siswi paling pemalas nan mageran yang entah kenapa bisa terseret masuk ke dalam kelas penuh orang genius dan berbakat. INI GIMANA CERITANYA WOY?! ***** 11 IPA 1, kelas berisi orang-orang dengan kasta yang berbeda. Dari anak olimpiade astro...