Pagi yang cerah, suasana yang cocok untuk gue membaca novel yang baru gue beli minggu kemarin. Hari ini hari dimulainya festival olahraga sekolah, semua siswa diwajibkan memakai setelan olahraga walaupun masih ada beberapa siswa yang hanya memakai kaus biasa. Tapi, menurut gue ini lebih mirip classmeeting karena diadakan setelah ulangan. Memang sekolah gue ini gaul banget, seluruh acara aja diadakan. Kan yang capek siswanya, elah.
Duduk manis dibangku sendiri dengan diam di kelas. Anak kelas yang lain entah ada di mana. Mungkin ada yang lagi latihan ringan atau nongkrong di kafetaria. Tapi daripada itu, gue lebih memilih berdiam diri sambil baca sendirian. Biasanya sih gue baca-baca di perpustakaan tapi mager kesana.
Anita tadi udah ngajak gue makan ke kafetaria, tapi gue-nya nggak mau. Dan, sekarang gue menyesali itu. Gue lapar. Dari pagi belum makan. Gue beranjak lalu pergi menyusul Anita sama yang lain ke kafetaria.
Di pertengahan jalan, dari jauh gue dapat melihat sekumpulan cewek nggak tahu diri bersandar di pilar koridor. Itu Syafira dengan kedua temannya, Giselle dan Jihan. Tapi gue pura-pura nggak lihat dan tetap berjalan dengan muka datar.
“Ah, kasihan gak ada temannya,” cemooh Syafira tetapi gue tetap biasa aja.
“Ya gitu deh kalau genit sama cowok orang.” Kali ini Jihan ikut-ikutan.
“Oh, si tukang PHO? Kasihan banget dia sekarang nggak diperhatikan lagi sama Adrian.” Syafira masih memanas-manasi ditambah bumbu tertawaan Giselle dan Jihan. “Sekarang kan Adrian tahu gimana sialnya dia kalau dekat sama anak kayak gitu, anak pembawa sial.”
Gue mengepal kedua tangan, berusaha untuk tidak mengamuk. Entah kenapa koridor ini kayak jauh banget dan ejekan mereka makin terdengar keras dan pedas.
Tapi tiba-tiba mereka terdiam karena sesosok yang menghampiri gue. Entah gue yang nggak lihat dia dari tadi berjalan dari arah depan karena nggak fokus atau emang nih orang siluman jin. Gue pun berhenti dengan bibir sedikit terbuka. Terpaku.
Dia menutup telinga kanan gue dengan telapak tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya masih dibalutan perban dan memakai arm sling.
“Nggak usah di dengar.”
Itu Adrian, dia menuntun gue berjalan menjauh dari Syafira. Gue juga nggak ngerti kenapa tubuh gue mau ikut gitu aja. Tetapi, saat udah agak jauh, gue langsung membuat jarak. Kami masih di koridor lantai dua dan suasananya agak sepi karena orang-orang lebih memilih ke lapangan untuk melihat pertandingan, hal itu tentu saja menambah rasa canggung gue yang udah lama nggak ketemu dia.
Baru saja gue mau berjalan, dia menahan salah satu lengan gue membuat gue berhenti sejenak.
“Sha.”
Gue melirik kecil lalu menepis pelan tangannya dan lanjut berjalan. Adrian berlari kecil demi menyamakan langkah kaki. “Apa kabar?”
Apa kabar? Katanya apa kabar? HAH! GUE NGGAK BAIK-BAIK SAJA!
“Kok diam.” Kali ini dia ngedusel. Gue memutar bola mata lalu berdecak.
“Daripada lo tanya gue, mending tanya cewek lo aja.” Gue mempercepat langkah kaki lalu menuruni tangga tetapi karena langkah Adrian yang besar, dia mampu menyusul gue dengan cepat. Kini kami menjadi tontonan beberapa siswa yang lewat.
“Gue udah putus. Kemarin.” Ucapan Adrian membuat gue mengatupkan bibir. Emang kalau dia putus, bakal ada yang berubah? Enggak kan. Syafira masih menyatakan perang ke gue dan gue tetap mau ngehindarin nih anak. Emang dia pikir kalau dia udah putus terus gue mau sama dia? Terima dia? Ya enggaklah, gue nggak mau jadi segampang itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/224876743-288-k864677.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodboy VS Fakboy
Genç KurguIni Gue Siswi paling pemalas nan mageran yang entah kenapa bisa terseret masuk ke dalam kelas penuh orang genius dan berbakat. INI GIMANA CERITANYA WOY?! ***** 11 IPA 1, kelas berisi orang-orang dengan kasta yang berbeda. Dari anak olimpiade astro...