Jealous?

108 12 1
                                    

Siang ini gue lebih memilih untuk makan bekal di kelas aja. Anita sama yang lain pergi ke kantin, gue terlalu malas untuk ikut mereka.

Bekal hari ini cuma nasi sama nugget beberapa biji dan sedikit sayuran karena gue gak terlalu suka sayur, tapi kalo gak makan entar gue kena marah ibu.

Di kelas gak terlalu rame, banyak orang yang lebih memilih untuk pergi ke kantin, terlalu ribet kalo bawa bekal apalagi anak cowok.

Paling di kelas cuma ada Febby, Fannia si olimpiade bahasa Inggris sama Olivia yang otaknya punya rumus matematika ditambah fisika sama dengan kimia. Ya, si Olivia ini jago di tiga mata pelajaran itu.

Di kelas juga ada Nathan, Adrian sama beberapa kelompok Arobes. Yah gitu doang, gak ada asik-asiknya.

Lagi enak-enakan makan, tiba-tiba si Nathan dateng ke meja gue.

"Eh Sha," panggil Nathan.

"Hmmm," kata gue sambil mengaduk-aduk nasi putih, gak mood lagi.

Nathan melengos, kemudian menarik napas dalam-dalam, "Minta nasi dong."

HA?

"Gue bukan mak lo," kata gue malas.

"Tapi gue laper, Sha." Sekarang Nathan memelas. Nih anak emang nggak di kasih makan apa? Masa minta ke gue.

"Kenapa gak beli aja," tanya gue biar kelihatan peduli, walaupun nyatanya enggak HAHAHA.

"Gak punya uang," Nathan diam sejenak, "Minta uang dong Sha."

APA? UANG?

Nih anak kayaknya miskin banget gak punya uang. Padahal anak orang kaya. Ini nih kalo udah kelewatan kaya jadinya miskin, ck ck.

Apa sih gaje.

"Gue gak punya uang, Nat," ucap gue berusaha jujur. Uang gue aja tinggal sedikit, emang cukup kalo dibagi dua ha?

"Yah, lo pelit amat," katanya sambil misuh-misuh.

"Masa lo gak punya uang. Beli es aja bisa," sahut gue sambil ngelus-ngelus jidat. Gimana gak pusing, nih anak minta uang padahal sendirinya lagi minum es doger di depan gue.

Nathan menatap es doger di depannya. "Minuman ini gue dapat dari teman sejati gue saat gue hampir mati kehausan," katanya sok puitis.

Elah mang, kalo lo mati kan yang susah juga temen lo. Makanya di beliin.

"Bodo." Gue melanjutkan makan.

"Eh, Arvan dimana dah," tanya Nathan tiba-tiba.

"Paling jajan. Kenapa, mau lo palakin?"

"Dih, enggak ya." Nathan tampak berpikir. "Ohh, mungkin dia lagi jalan sama Fannia."

Gue mendelik lalu menoleh kanan. "Tuh Fannia," kata gue saat melihat Fannia sedang ngobrol sama Febby dan Olivia.

Nathan ikut menoleh lalu menepuk jidat. "Lah iya ya."

Gue melengos, kenapa gue punya temen sebodoh ini.

"Emang kenapa sama Fannia?" tanya gue penasaran.

"Loh, bukannya dia lagi deket sama Fannia?"

"Deket apanya?" kata gue cepat. Gue bener-bener penasaran, kok bisa Nathan bilang sama gue kalo mereka lagi dekat. Sedangkan gue gak tahu apa-apa.

"Kok lo gak tahu sih, Sha? Nih otak belum di upgrade kayaknya." Sekarang Nathan ketawa gila depan gue setelah ngetuk-ngetuk dahi gue.

"Gak tahu. cepet kasih tahu." Gue beneran gak tahu apa-apa Naaattt. Gak usah buat gue penasaran kayak gini dong, elah.

Nathan mengetuk dagunya dengan jari telunjuk seperti sedang berpikir. Mungkin biar kelihatan keren aja kayaknya. Padahal gak ada keren-kerennya kalo tangan kiri lo masih pegang es doger.

Dasar Nathan.

"Kata orang sih, mereka lagi pedekate,"

"Uhukk ...." Anjir, gue keselak gara-gara Nanat gila.

Gue langsung cari minum sambil nepuk-nepuk dada. WOY INI KEMANA SIH MINUM GUE KOK GAK ADA?!

"Lo kenapa Sha? Keselak?" tanya Nathan panik karena liat gue yang celingak-celinguk sambil batuk.

Gue langsung noleh ke dia, gue lihat es doger ada di tangannya. Langsung aja gue rampas.

"WOY ES GUEEE," teriak Nathan dengan tangan masih memegas es yang lagi gue sedot. Bodo amat, daripada gue mati keselak.

"EY, GAK BOLEHH," teriak Bella yang tahu-tahu udah ada di samping gue.
Terserahlah, udah ketelan.

Setelah gue sedot sampe tetes terakhir barulah gue sadar kalo sejak tadi Adrian ngelihatin gue dari jauh.

"Eh, lo asal minum aja. Bekas gue tahu gak," kata Nathan kesal lalu tiba-tiba cengir gak jelas, "Oh tapi kalo lo minum bekas gue, berarti—"

"Diem," sahut gue sedikit gak enak. Iya Nat, gue tahu kalo itu bekas lo. Tapi kan daripada gue mati ....

"Ciee ...." Sekarang Bella yang berisik.

Ah udah. Gue langsung noleh ke Adrian lagi, gue bisa melihat Adrian menatap gue dengan tatapan datar terus beranjak lalu berbalik pergi keluar kelas.

Karena gue melongo ke arah Adrian, dia ikut menoleh.

"Adrian kenapa?" tanya Nathan bingung. Gue mencoba mengatur napas. Dia marah sama gue?

GE-ER BANGET LO SHA.

Tapi dari muka nya kayak marah sama gue.

Bodo, gue kan gak sengaja. Ya kali gue mati gara-gara mau jaga image doang.























































Sorry kalau ada yang typo.
Vote + komen nya oke:)

Goodboy VS FakboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang