Tiba-tiba tangan kiri Adrian yang kosong menyentuh punggung gue dan mendorongnya menuju dekapannya. Gue lemah. Seakan pasrah terbenam di dada bidangnya. Jantung gue mencelos. Tangan gue seketika dingin dan bergetar kecil.
“Gue kangen.”
Seketika gue mengerjap sadar lalu berusaha membebaskan diri dari pelukan Adrian. Setelah membuat jarak, keadaan pun semakin canggung. Gue nggak tahu mau ngomong apaan.
“Sha—”
“Ng, gue mau balik,” potong gue langsung pergi gitu aja tanpa mendengar penjelasan Adrian lagi.
Di perjalanan balik ke kafetaria tanpa mampir ke toilet karena panggilan alamnya lenyap, gue jadi mikir macam-macam. Kenapa Adrian tiba-tiba peluk gue? Kenapa dia bilang kangen? KENAPA SIH DIA SEENAKNYA AMBIL FIRST PELUK GUE HA? KENAPA NGGAK JIMIN AJA COWOK PERTAMA YANG PELUK GUE?
Eh bentar, gue juga pernah kayak gitu waktu dulu. Gak tahu ah, sebal.
Tiba di kafetaria, gue langsung duduk bersandar dengan tatapan kosong dan bersidekap. Kepala gue mengadah ke atas, tak jarang gue menoleh ke kanan lalu kiri ataupun menggeleng nggak jelas.
Saat gue mengusap-usap kedua bahu gue seperti orang kedinginan, terlihat jelas wajah heran dari ketiga teman gue ini.
“Kenapa pecicilan amat sih duduknya?” celetuk Anita.
“Iya, semenjak dari toilet elo kok jadi aneh gitu.” Bella menambahkan. “Ketemu apaan lo di toilet?”
Rasanya sekarang juga gue pengin jungkir balik nggak karuan. Ini jantung dari tadi masih bungee jumping mulu. Atau bisa nggak ya gue lenyap sebentar aja.
“Oi Sha! Jangan ngelamun, ntar kalau lo kesambet yang susah gue juga,” saran Melisa. Gue membalas pandangannya, lalu mulai merengek kecil. Mereka jadi tambah bingung.
“He… jangan merengek di sini elah,” sergah Anita. “Ini gimana… Elisha kesambet beneran.”
“Gue… gue—” Kalimat gue terpotong saat Olivia datang tiba-tiba.
“HEI, COWOK KELAS KITA UDAH MAU TANDING!” teriak Olivia mengagetkan gue dan yang lainnya.
“Serius?!” Ezra membulatkan matanya. “Ayo guys kita semangatin.”
“Lo nggak ikut, Zra?” tanya Anita, Ezra balas menggeleng.
“Nggak ah, males.”
“Uh, agas gue mau tanding,” bisik Melisa kecil, tetapi gue, Anita dan Bella masih bisa dengarnya dan kami sontak menoleh ke arah Melisa.
Melisa melirik tatapan kami bertiga dengan diam lalu membuang muka. “Ng, yuk cepetan. Entar ketinggalan kita,” katanya sambil berjalan duluan.
Gue menatap Anita lalu Bella, kemudian menipiskan bibir. “Ayolah ke lapangan.”
Sesampainya kami di lapangan, para makhluk IPA 1 ini masih pemanasan. Katanya, mereka lawan basket kelas X IPS 2. Beberapa menit kemudian, wasit masuk ke lapangan dan pertandingan pun dimulai.
Selama pertandingan berlangsung, gue hanya menikmatinya sambil duduk dan sesekali menyeka keringat, menahan dahaga karena matahari sedang menampakkan kekuatannya. Tidak seperti ketiga teman gue yang sekarang tengah bersorak-sorak menyemangati para ilmuan bermain basket.
Di tengah-tengah gue terhanyut dalam pertandingan, seseorang tiba-tiba duduk di samping gue membuat gue menoleh menatapnya. Dia menyodorkan air mineral sambil menunjuknya dengan dagu, berharap gue mengambil itu. Tapi gue abaikan dan memilih untuk menggeser tubuh ke arah kiri menjauh darinya.
Tapi, yang namanya Adrian Alfandra ini adalah orang yang keras kepala.
Dia mendekat lagi, kali ini dengan menggoyang-goyangkan air mineral itu tepat di depan gue berharap gue luluh dan meminumnya.
Dan benar, gue luluh.
Tapi gue benar-benar nggak mau bertindak seolah memberi harapan dia untuk kembali hadir di hari-hari gue.
Gue langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa. Anita yang sadar, menyusul gue yang ingin berjalan menuju kelas. Dia menyamakan langkah kaki gue yang berjalan dengan kasar.
“Lo kenapa sih, Sha? Dari tadi kayak ada yang nggak beres dari lo.” Anita membuka percakapan.
Gue hanya menggeleng, menandakan semuanya baik-baik saja. “Engga.”
“Sha, cerita aja gak apa. Gue dengerin kok.” Tapi hanya gue balas dengan tersenyum tipis.
Gue masuk kelas sendirian karena Anita katanya pengin ke kantin beli minuman dan lanjut menyaksikan pertandingan basket. Tidak ada orang satu pun di dalam kelas. Gue lebih memilih tidur dengan tas sebagai bantal gue di atas meja, gue menelungkupkan kepala dan terlelap di sana.
(º﹃º)
Perlahan gue membuka mata, terlihat gelap.
Gue pun mengangkat kepala dengan gerakan lambat, masih berpikir gue sekarang dimana.
Eh, udah berapa lama gue tertidur? Kelas terlihat masih dalam keadaan kosong, tetapi hanya suasana yang sedikit berubah, terlihat gelap.
Apa udah magrib? Ah tapi tas Anita masih sama dalam keadaan sebelumnya, saat gue baru mau tidur.
Gue merasakan ada yang aneh di pundak gue. Gue mendelik, sedikit kaget. Terlihat sebuah jaket maroon secara tanpa sadar sudah melekat di pundak gue dan membalut sebagian tubuh gue.
Kemana semua orang? Kok gue jadi bingung sendiri sih.
Tercium aroma mint dari jaket itu, diiringi samar-samar aroma parfum yang sudah familiar bagi gue. Gue tahu ini punya siapa.
Gue beranjak dari bangku dan berjalan keluar dengan memakai jaket maroon itu. Melirik kanan-kiri koridor tapi tak mendapati seorang pun yang lewat. Langit mendung membawa rasa khawatir terhadap apa yang terjadi dengan gue sekarang. Entahlah, sepertinya ini efek gue baru bangun tidur.
Dengan segera, gue turun ke lantai bawah mengarah ke lapangan basket diiringi mulainya rintik gerimis yang turun sedikit demi sedikit. Untunglah di sana masih ada segerombolan siswa yang bertanding, ternyata gue nggak tidur lama ya.
Tapi tiba-tiba, seseorang menepuk pundak gue cukup keras, cukup untuk mengagetkan gue yang masih bengong.
“Anita lo kemana aja si—” Kalimat gue terpotong saat Anita membekap mulut gue dan menarik tangan gue secara kasar menuju taman belakang sekolah. Dalam hati gue bertanya-tanya terhadap Anita yang sikapnya tidak biasa ini.
Saat tiba, gue tercengang.
“Gue harap lo bisa misahin mereka,” ucap Anita cepat dengan nada khawatir.
Sedetik itu juga, gue meneriaki namanya.
(º﹃º)
Hai👋
Balik lagi nih saya. Lama ya...
Gantung banget ga si hehe.
Yaudah, makasih buat yang bacaaa:)Friday, 3 Sept 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodboy VS Fakboy
Teen FictionIni Gue Siswi paling pemalas nan mageran yang entah kenapa bisa terseret masuk ke dalam kelas penuh orang genius dan berbakat. INI GIMANA CERITANYA WOY?! ***** 11 IPA 1, kelas berisi orang-orang dengan kasta yang berbeda. Dari anak olimpiade astro...