Udah lewat lima belas menit, harusnya Adrian udah datang. Makanan gue aja udah habis setengah. Tapi tiba-tiba ada dering ponsel gue, dengan cepat gue buka, ternyata itu dari Nathan.
"Ya Nat?"
"Sha."
"Adrian kecelakaan.""APA?!" Gue kaget setengah mati.
"Setahu gue tadi dia bilang mau ketemu elo. Tapi-"
"SEKARANG DIA DIMANA?!"
"Dia di rumah sakit, masih di ruang ICU. Ini gue sama yang lain masih nunggu kabar."
"Share lokasinya. Bentar lagi gue ke sana."
"Iya Sha."
Setelah melihat lokasi yang baru saja dikirim sama Nathan, gue langsung cepat-cepat pesan taksi online. Melihat gue yang panik sendiri, Arvan jadi bingung.
"Ada apa? Siapa yang telepon?" Arvan menaikkan sebelah alis.
"Nathan. Katanya Adrian kecelakaan pas mau ke sini. Van, temenin gue ke rumah sakit," pinta gue dengan wajah yang masih cemas.
Dahi Arvan berkerut, masih santai memotong daging di depannya. "Ngapain ke rumah sakit. Bukan urusan gue."
"Lo ini kenapa sih? Dia masuk rumah sakit karena kecelakaan pas mau ke sini. Itu gara-gara lo buat snapgram, dia jadi tahu. Toh, dia juga temen lo," sahut gue tak terima. Gue langsung bergegas meninggalkan Arvan, keluar dari restoran.
Selama perjalanan, gue sibuk menggigit bibir. Takut kalau Adrian kenapa-napa.
(º﹃º)
"Nathan... Adrian mana?" tanya gue cepat sambil berlari menghampiri Nathan.
Nathan yang sedang duduk di salah satu kursi tunggu depan ruangan itu sontak berdiri. Lalu melirik ruangan putih itu.
"Di dalam. Tapi belum sadarkan diri," jelas Nathan. "Yang lain udah pada pulang. Lo kalau mau pulang juga nggak apa-apa Sha. Lagian ini udah sore."
Jantung gue seketika mencelos. Nggak sadarkan diri itu artinya pingsan atau koma? Ah, nggak tahu, pikiran gue masih berkecamuk.
"Boleh... masuk nggak?"
Nathan mengerjap pelan. Lalu menoleh ke ruangan putih itu. "Boleh, tapi sebentar aja."
Dengan cepat gue masuk, bodo amat sama wajah Nathan yang bingung dengan tingkah gue.
Gue dapat melihat Adrian terbaring dengan balutan perban di telapak tangan dan beberapa bagian tubuh lainnya. Juga alat penyangga leher atau cervical collar yang terpasang rapi. Gue mendekat. Mata Adrian begitu sejuk jika sedang tertidur. Tanpa sadar, tangan gue meraih tangan kiri Adrian, menggenggamnya. Dengan tubuh sedikit tertunduk, menggenggam erat dan meracau.
Entahlah.
Kenapa hati gue mendadak sakit.
Rasanya seperti dihujam bertubi-tubi.
Tanpa sadar, air mata gue menetes pelan. Gue jadi merasa bersalah.Iya, gue akui kalau emang gue baper sama dia. Awalnya gue nggak mau perasaan itu tumbuh, gue nggak mau terjebak di zona nyaman. Gue nggak mau suka sama cowok yang terkenal kayak dia. Karena gue tahu, gue nggak bakal bisa dapetin itu.
Adrian nggak bakal kayak gini kalau dari awal gue nggak dekat sama dia. Gue sadar. Ini semua karena gue.
"Ian... maaf," bisik gue pelan.
Nathan tiba-tiba masuk. Ngasih tahu kalau gue harus keluar. Mau tak mau gue keluar. Dengan raut wajah yang kusut dan mata yang agak memerah akibat habis nangis. Nathan jadi khawatir, dia mengajukan diri buat nganter gue ke rumah, tapi gue tolak.
Rintik hujan mulai membasahi jalanan. Gue memilih berteduh di halte, biar nanti naik bus aja. Sekarang juga udah mulai gelap, dingin, tapi karena hati gue sakit, gue nggak bisa ngerasain apa-apa. Ya, hanya sesak di dada.
Gue berdiri, sendirian. Mengusap hidung, hawa dingin mulai menjalar di tubuh gue.
Gue bisa merasakan ada yang menggenggam tangan kiri gue lalu dimasukkan ke saku hoodie. Hangat.
Gue menoleh. Itu Arvan. Dia udah ganti baju. Tapi beberapa rintik hujan terlihat sudah membasahi pundaknya. Wajahnya datar menghadap ke jalan raya. Entah sejak kapan dia ikut berdiri di samping gue. Gue jadi gak berkutik dan diam.
Hening.
Gue hanya menikmati semilir angin malam yang menerpa wajah gue. Rasanya sedikit lebih tenang. Tiba-tiba Arvan mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan.
"Jangan nangis lagi, Sha."
(º﹃º)
Friday, 20 Nov 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goodboy VS Fakboy
Fiksi RemajaIni Gue Siswi paling pemalas nan mageran yang entah kenapa bisa terseret masuk ke dalam kelas penuh orang genius dan berbakat. INI GIMANA CERITANYA WOY?! ***** 11 IPA 1, kelas berisi orang-orang dengan kasta yang berbeda. Dari anak olimpiade astro...