Sekarang, hari-hari gue terasa kacau. Semuanya rumit. Hidup gue kayak di pasang kamera di mana-mana, seakan selalu diawasi. Padahal, gue itu tipe orang yang gak mau berurusan sama orang lain dan gak peduli sama sekitar. Tapi sekarang?
Gue merasa sebagian besar orang pada ngelirik ke gue kalau lagi di sekolah, terutama cewek. Entahlah, mungkin efek temenan sama Adrian. Gimana nggak, Adrian yang punya fans sebanyak ikan di laut nempel terus sama gue.
Jujur, mungkin hati gue sedikit tergerak oleh Adrian. Tapi gue gak mau harus berurusan sama ikan-ikannya. Gue juga gak mau terlihat buka hati sama siapapun.
Gue sebenernya mau curhat sama Arvan kalo Adrian salah paham sama gue. Tapi gue agak malu secara dia cowok, entar mulutnya ember.
__________________________________.
Saat masuk sekolah, gue sempat berpapasan sama Adrian di ambang pintu. Dia ngelirik gue bentar terus lewat gitu aja.
NAH KAN DIA MASIH MARAH SAMA GUE.
Gue cuma diam aja dan langsung masuk. Pas gue udah masuk ke kelas, Nathan sama yang lainnya melihat gue dengan tatapan cengo. Gue mengernyit. "Kenapa?"
"Itu, dia ngambek?" Nathan menunjuk gue.
Ha? Gue ngambek?
"Siapa? Gue?" Gue masih gak paham sambil nunjuk diri gue sendiri yang masih berdiri di depan kelas.
"Bukan elah, Adrian," ucap Nathan membuat gue melirik kepintu yang berada tepat di belakang gue.
"Ohh, gak tahu." Gue mulai berjalan ke bangku gue, gak mau berurusan sama Adrian lagi.
"Lo tuh Nat, ngasih minum Elisha kok bekas elo! Salah paham kan jadinya." Bella memulai perdebatan tak berfaedahnya.
"Lah, kenapa jadi gue?" protes Nathan gak terima.
"Salah paham? Kok bisa?" Tiba-tiba Anita ikut nimbrung.
"Makanya kemarin tuh lihat ada kejadian apa antara Elisha sama Nathan." Wajah Bella mendadak creepy.
"Tolonglah! Jangan ada yang salah paham di antara kita. Gue gak mau ada yang kecewa. Sha! Tolong jelasin sama Adrian!" Nathan udah mulai gak nyambung.
LAH, KOK GUE SIH. YA AMPUN.
Gue menghirup udara dalam-dalam, mencari ketenangan.
"Terserah lo, Nat." Gue gak tahu mau ngerespon apa lagi. Udah capek menghadapi para alien ini.
Mereka masih memperdebatkan sesuatu yang sama sekali tidaklah epic. Gue udah mulai pusing, mana pelajaran pertama hari ini matematika. Sumpah, gue gak mau belajar sekarang. Otak gue udah penuh. Rasanya pengin bolos aja.
Bentar, bolos?
Kayak nya bolos adalah jalan menuju kemerdekaan gue. Apa gue bolos aja ya sekarang? Tapi mau bolos kemana? Gue gak pernah bolos sebelumnya. Entar kalau gue ketahuan gimana? Malu-maluin nama baik gue aja.
SADAR ELISHA, GAK BOLEH BOLOS. ITU DOSA!
Eh, apa gue ke UKS aja pura-pura sakit? Gue langsung menepuk pipi gue, membangunkan dari pikiran jahat.
Gak, gue kan emang lagi sakit beneran. Sekarang kan gue lagi pusing. Apa salahnya gue mojok di UKS, mana adem lagi.
Gue jadi senyum-senyum sendiri sama rencana konyol gue.
"Lagi mikir jorok ya lo," celetuk Romi saat melewati bangku gue.
Gue tersentak, kembali ke dunia nyata. "ENAK AJA LO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodboy VS Fakboy
Novela JuvenilIni Gue Siswi paling pemalas nan mageran yang entah kenapa bisa terseret masuk ke dalam kelas penuh orang genius dan berbakat. INI GIMANA CERITANYA WOY?! ***** 11 IPA 1, kelas berisi orang-orang dengan kasta yang berbeda. Dari anak olimpiade astro...