Lapangan Jeka

90 10 2
                                        

Gue diam.

Memasang muka bertanya-tanya kepada Aaron, meminta penjelasan.

"Tadi si Roy ngomong sama gue, katanya mereka masih punya dendam sama kita." kata Aaron mulai menceritakan kejadian yang gue lewatkan.

"Dendam?" tanya gue. Setau gue sih, IPS 3 udah gak punya dendam lagi.

Aaron tampak mengangguk. "Mereka marah gara-gara rombongan OSIS ngasih tahu ke guru kalo Roy dan temen-temennya merokok di belakang sekolah."

"Itu kan OSIS bukan kita. Kok jadi marahnya ke kita sih?" kata gue sambil merengut. Elahh, emosian amat nih gue.

"Mungkin karena gue masih inti OSIS dan mereka sebenernya belum bener-bener ngelupain masalah yang waktu itu." jawab Aaron masih di depan gue.

Sebenernya gue masih agak gimana gitu ngomong sama Aaron. Kan setau gue dia masih marah gara-gara gue tinggalin. Tapi kayaknya gak lagi deh. Ya udah, kita damai.

"Jadi sekarang gimana? Mau war lagi?" tanya gue lagi.

Aaron menggeleng, "Katanya mereka mau ngajak kita ketemuan dulu di Lapangan Jeka. Tapi gue usahain buat berunding sama mereka. Gue pribadi sebagai wakil ketua kelas ini gak mau ada war lagi."

"Makanya tadi gue bilang ke anak kelas ada yang mau ikut apa nggak," Aaron diam sejenak, "Lo ikut ya Sha."

Gue mendelik. "Ha? Gue?"

Aaron tersenyum kemudian mengagguk, "Kata mereka, cewek cowok harus dateng."

"Kenapa gak yang lain aja?" tanya gue gak terima. Ya kali gue mau ikut ke Lapangan Jeka yang jauhnya jauh banget.

"Yang lain pada gak bisa, katanya mereka sibuk."

"Terus gue cewek sendirian, gitu?"

"Ya gak lah, ada Gesha sama Naomi yang ikut."

Gesha si anak voli sama Naomi si anak vokal? Wait, gue gak terlalu akrab sama mereka.

Gue menarik napas dalam-dalam dan perlahan menghembuskannya. "harus?"

Aaron mengangguk mantap, "Ya, tolongah Sha. demi kelas." ucapnya memelas.

Yah, kalo Aaron udah memohon kayak gini gue gak tahu mau nolak nya kayak gimana. Ya udahlah Sha, ini demi kelas juga kan. Bukan demi Aaron.

Gue bisa melihat senyum Aaron merekah lebar saat gue tersenyum kecil menandakan gue setuju dengan permintaannya.

"Kapan?" kata gue yang sebenarnya sedikit malas.

"Minggu."

Gue cuma mengangguk malas dan menuju meja gue. Biasa, molor aja. Tapi tiba-tiba Adrian datang ke meja gue, mengusik gue yang mau tidur.

"Umm, Sha?" katanya setelah duduk di kursi depan gue.

"Hmm." Kata gue malas dengan wajah yang setengah terbenam di tote bag berwarna peach empuk gue.

"Pergi sama siapa nanti?"

"Jalan kaki."

"Serius lo mau jalan kaki?"

"Hmm."

"Jutek amat."

"Hmm."

Gue bisa mendengar Adrian berguman gak jelas, kayaknya nih anak lagi ngumpatin gue. Siapa suruh ganggu gue mau tidur.

"Lo pergi sama gue ya." ajak Adrian.

"Terserah." jawab gue malas.

"Tumben lo gak nolak." Adrian terkekeh kecil.

Goodboy VS FakboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang