"Kau bergerak cepat untuk Im Yoona, Letnan. Aku sungguh terkesan, jadi aku memutuskan untuk menghubungi mu, anggap saja sebagai hadiah. Dan sepertinya kau mulai mengerti maksud dari petunjuk ku"
Ada jeda selama beberapa saat disana, lalu ketukan pelan terdengar. Monitor itu dipenuhi dengan warna - warna gelap yang bertabrakan, tidak sedikit pun menampakkan orang yang saat ini sedang melakukan video call melalui Skype dengannya. Kyuhyun yakin suara diseberangnya itu bukanlah murni milik lawan bicaranya. Suara itu terdengar aneh, ada bunyi glitch dibelakangnya. Ia berani bertaruh, lawan bicaranya itu sengaja menyamarkan suara. Oh ya, tentu saja, pikirnya.
"Pekerjaan mu pada Im Yoona tidak sehebat pada Kang Sora dan Park Jungsoo. Kau tidak tampak bersenang - senang"
"Oh, percayalah, Letnan Cho. Aku sungguh bersenang - senang. Im Yoona berbeda dari dua pion sebelumnya. Dia menari dengan indah untuk ku"
Tiba - tiba, terdengar jeritan dari sambungan disebrangnya, terdengar cukup keras hingga membuat dua orang lain yang ada diruangannya terlonjak dan bergidik ngeri. Hal itu pun cukup untuk membuat Kyuhyun berdiri dan menegakkan tubuhnya, sedikit terkejut. Jeritan yang ia dengar tadi, tidak seperti jeritan manusia. Namun entah mengapa ia sangat yakin, jeritan itu milik salah satu korban.
"Maaf, padahal itu untuk nanti. Oh iya, kau tahu, dia memohon pada ku. Sebenarnya, dia jauh lebih berdosa dibanding dengan Kang Sora si wanita jahanam... Si jalang bodoh itu lebih memilih untuk memaki - maki ku, tidak seperti Im Yoona yang memohon pengampunan pada ku, aku nyaris tidak mendapatkan kesenangan saat melihat wanita jahanam itu berpulang"
Lalu, kembali hening. Kyuhyun menggunakan kesempatan itu untuk mengarahkan pandangannya pada Changmin, mengisyaratkan pada pemuda itu agar segera melacak transmisi lawan bicaranya. Ia juga meminta pada Ryeowook agar memberitahu suaminya untuk menunggu di luar. Sekali lagi, pandangannya terfokus pada monitor saat mendengar musik mengalun, nada - nadanya terdengar seperti kematian.
"Tetapi aku harus mengatakan pada mu, bahwa aku sangat terhibur dengan nyanyian dari Park Jungsoo. Apa kau mau mendengarnya lagi? Dengarkanlah"
Kedua tangannya mencengkram erat pinggiran meja. Tebakannya benar tentang jeritan tadi, yang sekarang sedang diputar ulang. Hanya saja, ia tidak senang karena tebakannya benar. Jeritan itu terdengar sangat mengerikan, ia bahkan merasakan tengkuk hingga punggungnya seperti dialiri air es.
"Ketika aku berhasil menangkap mu, aku akan mengumpulkan cukup banyak bukti sehingga kau tidak bisa lepas dengan alasan apapun, sekalipun itu gangguan jiwa..."
Kyuhyun menarik nafas dalam, lalu menghembuskan nya dengan kuat. Ekspresinya tetap datar, namun wajahnya tampak memerah menahan amarah. Apa pun alasan dibalik balas dendam ini, jelas - jelas ini sudah keterlaluan. Buku - buku jarinya memutih, ia mencengkram pinggiran meja terlalu kuat, sangat yakin bekas dari kuku tangannya akan tertinggal di meja itu.
"Berani sekali kau memaki ku... Aku jadi semakin ingin bertemu dengan mu dan segera mengirim mu menemui Tuhan bersama pendosa menjijikkan berbulu angsa itu"
"Katakan saja dimana tempatnya, dan dengan senang hati aku akan mengirim mu duluan menemui Tuhan mu itu"
"Kau tidak jadi menangkap ku? Oh, Letnan Cho...~ aku tidak bisa menemui mu secepat ini. Tidak untuk sekarang"
Malu. Kyuhyun jujur merasa sangat malu sekarang. Emosinya berhasil meluap dan terlihat oleh lawan bicaranya itu. Menutup mata selama beberapa saat, ia pun kembali duduk dikursi setelah merasa lebih tenang. Ia tidak akan memberikan kepuasan pada lawan bicaranya ini dengan menampakkan dirinya yang tidak bisa mengontrol emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sick Game of Hide and Seek
FanfictionIni hanyalah sebuah permainan sederhana. 'Petak Umpet' antara masa lalu dan dirinya. Hanya saja, sang letnan harus memilih dengan cepat siapa yang harus ditemukan terlebih dahulu, sebelum semakin banyak pemain yang ditemukan tak bernyawa. *** "Aku t...