12. A Smart Psychopath

942 53 27
                                    

Sebuah Mercedes Benz hitam metalik, bergerak kencang membelah jalanan kota Seoul yang masih sepi. Sang pengemudi mencengkram erat roda stir, kekhawatiran jelas tergambar diwajahnya. Ia baru memelankan laju kendaraannya saat melihat sebuah tempat yang tak asing, pinggiran Sungai Han. Netranya bergerak gelisah mencari seseorang yang baru saja meneleponnya tadi, dan segera memarkirkan mobil saat menangkap figur sosok tersebut. Sedikit tergesa, ia melangkah keluar dan menghampiri seorang pemuda yang sedang duduk menyandar pada sebuah pohon rindang sembari menatap kearah sungai. Tangannya menepuk pelan pundak yang lebih kecil darinya itu.

"Kyungsoo..."

"Hei, Chanyeol. Maaf mengganggu mu dipagi buta seperti ini..."

"Itu tidak penting, yang terpenting adalah, apa yang kau lakukan disini?! Kemana saja kau kemarin? Aku mencari mu, Kyungsoo. Ya Tuhan... Kau membuat ku takut!"

Ia berjongkok didepan pemuda itu sembari memijit pangkal hidungnya. Jujur, Chanyeol sangat terkejut saat Kyungsoo tiba – tiba menelponnya, meminta ia untuk menjemput pemuda itu dipinggir Sungai Han. Jam saja baru menunjukkan pukul 4 pagi saat ia mengendarai mobilnya tadi. Menyisir rambutnya yang masih sedikit berantakan akibat baru terbangun dari tidur, ia pun menghela nafas pelan dan berdiri, mengulurkan tangan kanannya pada pemuda itu sembari memberikan senyuman kecil.

"Disini dingin. Ayo masuk ke mobil ku. Kita hidupkan pemanas didalam"

"Aku ingin disini..."

"Aku tahu, kita akan tetap ditempat ini. Tapi, ayo kita berpindah duduk didalam mobil, bibir mu tampak pucat. Aku tahu kau kesini berjalan kaki dari rumah orang tua mu"

"Tidak, jangan sok tahu"

"Kyungsoo, aku sudah mengenal mu cukup lama. Ku mohon, dengarkan aku untuk kali ini, oke? Kau ingin kita bicara? Kita akan bicara, tapi tidak diluar sini. Demi Tuhan, ini sangat dingin, dan kau bahkan tidak mengenakan jaket!"

Kyungsoo menunduk, ia tetap keras pada pendiriannya dan menggeleng pelan. Matanya berkaca – kaca, penampilannya sangat berantakan saat ini. Ia hanya mengenakan piyama dan sandal rumah, rambutnya masih berantakan, wajahnya sembab, dan bibirnya pucat. Namun, ia benar – benar tidak peduli. Ia sangat terpukul dengan kepergian Jongin, kekasih hatinya. Para wartawan tak tahu diri itu bahkan sibuk mengejarnya karena mereka mengetahui hubungan yang ia jalin dengan pemuda tersebut. Mereka seakan tidak peduli dengan perasaannya, mereka sibuk menyodorkan pertanyaan yang tidak ingin ia jawab. Akhirnya, ia memutuskan untuk tinggal dirumah kedua orangtuanya dulu.

Mengepalkan kedua tangannya, Chanyeol menarik pemuda itu dalam dekapannya. Mengusap punggung kecil yang bergetar itu, dan memberikan ucapan penenang. Hatinya sakit melihat sang pujaan hati menangis tergugu seperti ini. Ia tidak bisa melihat kedua mata indah itu meneteskan air mata. Sungguh, lebih baik dirinya mati menggantikan sang adik sehingga kedua orang tersayangnya itu bahagia. Lama mereka berada dalam posisi tersebut, hingga Kyungsoo berhenti menangis, menyisakan pemuda itu dengan isakan kecil. Ia menangkup pipi yang tampak memucat itu, lalu menghujani wajah manis tersebut dengan kecupan. Terakhir, ia meninggalkan kecupan yang cukup lama didahi pemuda tersebut.

Suara jepretan kamera, lantas membuat keduanya menarik diri dengan cepat. Hanya dalam hitungan detik, ada beberapa kamera yang sedang mencoba mengambil gambar mereka. Chanyeol segera menarik Kyungsoo untuk berlari memasuki mobilnya, sebelum mereka berlalu pergi dari sana dengan cepat. Beruntung kaca mobilnya gelap, kamera itu tidak akan bisa menangkap gambar mereka berdua didalam. Ia memasang ear piece nya lalu segera menghubungi seseorang dan memerintahkan orang tersebut untuk menahan segala informasi yang didapatkan para paparazzi tadi.

"Aku tidak mau tahu bagaimana caranya, jangan sampai ada satu gambar pun yang tersebar. Aku akan melaporkan pada Tuan Besar Choi jika kalian sampai gagal"

Your Sick Game of Hide and SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang