Semilir angin, menerbangkan helaian rambutnya yang masih tampak berantakan, khas seorang yang baru terbangun dari tidur lelap. Kyuhyun menyandarkan kedua lengannya pada pembatas balkon kamar dengan netra yang fokus menatap satu titik. Saat ini jam menunjukkan pukul lima pagi, waktu yang tepat untuk melihat bola api panas, yang disebut 'matahari', keluar dari peraduannya. Ia hanya mengenakan atasan dari piyama berbahan sutra satin milik sang suami, warna hitam kain tersebut sangat kontras dengan kulitnya yang pucat. Jika ada yang bertanya mengapa ia tidak memakai miliknya sendiri, hanya perlu satu kata untuk menjawab pertanyaan itu, rusak. Piyama dengan warna putih gading miliknya, sudah tidak layak lagi untuk dipakai dan teronggok begitu saja di sudut ruangan. Jangan tanyakan apa yang terjadi, ia sendiri tidak begitu ingat.
Sepasang lengan yang merengkuh pinggangnya, mengundang senyuman dibibir penuh miliknya. Ia menyandarkan tubuhnya pada dada bidang pemilik lengan tersebut, pandangan tetap fokus pada matahari yang perlahan naik. "Selamat pagi, maaf aku meminjam atasan piyama mu dulu. Kau tidak keberatan, 'kan?", nadanya bercampur dengan sarkasme.
"Selamat pagi", kecupan lembut didaratkan di sisi leher pemuda tersebut. "Tentu. Bagaimanapun juga, aku bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan milik mu"
Kyuhyun menangkap bibir pria tersebut dengan miliknya, memulai pagi mereka dengan ciuman lembut yang mengingatkan dengan kejadian beberapa jam yang lalu. Mereka bercinta, menyatukan tubuh mereka, hingga tidak mengenal waktu. Lubangnya sakit, kakinya tampak sedikit gemetar, dan tubuhnya dipenuhi dengan bercak kemerahan gelap yang kentara, namun itu semua tidak menghentikannya untuk meminta lebih. Ia sendiri yakin, milik suaminya itu pasti diserang nyeri dan kaki pria tangguh itu juga tidak menapak dengan kokoh, akibat dari olahraga ranjang yang berlebihan. Nyeri ditubuh mereka saat ini, pasti disebabkan asam laktat yang diproduksi berlebihan, itu pikirnya. Ciuman selamat pagi itu selesai, diakhiri dengan kecupan disisi bibirnya yang masih tampak sedikit membengkak.
"Kau merusaknya. Padahal kita baru saja membeli piyama itu dua hari yang lalu"
Ya. Dua hari yang lalu, mereka mendarat di ibu kota Jepang untuk menikmati satu minggu liburan yang diberikan untuk timnya. Atau lebih tepat jika dikatakan sebagai 'permintaan' sang suami kepada atasannya agar memberikan timnya perpanjangan libur. Entah kompensasi apa yang Siwon sodorkan pada Yunho, sehingga pria itu menyetujui permintaan tersebut. Awalnya Kyuhyun dan tim hanya diberikan libur sebanyak tiga hari, tentu itu akan terhitung setelah mereka menyelesaikan segala laporan yang berhubungan dengan kasus yang mereka tangani. Namun, saat ia menangkap figur sang suami keluar dari ruangan Kepala Kepolisian Seoul dengan senyum lebar, saat itu jugalah ia dan ketiga orang yang sedang berdiskusi bersamanya, mendapat pemberitahuan perpanjangan libur dari porta link milik mereka masing – masing.
"Kau menyukainya? Aku akan membelikan yang baru nanti", Siwon mengeratkan pelukannya sembari menyandarkan dagu pada bahu sang istri. "Kita masih punya empat hari lagi. Ada ide ingin pergi kemana? Atau, kita bisa menghabiskan waktu disini"
"Aku ada rencana untuk bernostalgia di Kamagasaki. Kita harus ke Osaka terlebih dahulu, lalu menuju distrik Nishinari"
"Baiklah, butuh waktu berapa lama menacapai tempat itu?"
"Menggunakan mobil, sekitar enam sampai tujuh jam. Tapi, jika menggunakan kereta, kita tidak butuh selama itu untuk mencapai Osaka. Saat aku masih anak – anak, kereta akan berhenti di Umeda, distrik Kita dan itu lebih dekat dengan distrik Nishinari. Sekitar delapan kilometer, berarti dua puluh menit perjalanan dengan mobil. Dulu hanya ada satu stasiun, jadi semua berpusat di Umeda. Tapi, karena transportasi kesana sudah dialihkan dengan shinkansen, kita akan berhenti di distrik Yodogawa, sekitar empat belas kilometer dengan waktu tempuh tiga puluh menit untuk mencapai distrik Nishinari jika tidak terjebak macet"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sick Game of Hide and Seek
FanfictionIni hanyalah sebuah permainan sederhana. 'Petak Umpet' antara masa lalu dan dirinya. Hanya saja, sang letnan harus memilih dengan cepat siapa yang harus ditemukan terlebih dahulu, sebelum semakin banyak pemain yang ditemukan tak bernyawa. *** "Aku t...