14. Chocolate

830 65 27
                                    

Kyuhyun berputar malas dikursi kerjanya. Ia berhasil menghindari amukan Juhyun pagi ini karena langsung bergegas masuk ke ruang kantornya. Ia tidak peduli dengan apa yang anggota divisi pikirkan saat menonton mereka, terlebih, Juhyun dengan ganas menggedor pintu kantornya. Jujur saja, ia takut kuncinya akan lepas atau pintu ruangannya akan roboh melihat bagaimana pintu dan gagangnya bergetar hebat, sehingga ia memilih untuk menahan pintu tersebut dengan tubuhnya. Setelah sepuluh menit berceramah panjang sambil terus mencoba masuk, akhirnya wanita itu berteriak kesal dan pergi dari sana. Sekarang ia percaya apa yang dikatakan banyak orang, bahwa marahnya seorang wanita itu sepuluh kali lipat lebih berbahaya daripada marahnya seorang pria. Benar – benar pagi yang mengerikan.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, pekerjaannya juga sudah selesai. Ia hanya tidak termotivasi untuk bergerak dan pulang ke rumah. Apa lagi mengingat Siwon yang asik berbisik – bisik dengan Changmin. Ya, ia cemburu, dan ia berhak untuk merasakan hal konyol itu. Mengetuk jarinya beberapa kali diatas permukaan meja, ia lalu memilih untuk menghubungi telepon rumahnya. Sekedar ingin bertanya apa pastry yang disiapkan oleh patissier untuk hari ini, berharap hal itu akan memotivasinya. Selagi menunggu panggilannya dijawab, ia kembali mengingat konferensi pers dan 120 detik 'liputan eksklusif' kemarin. Hingga saat ini, ia masih menunggu. Ia mengharapakan si pelaku mengejarnya. Ego dan harga diri tinggi orang itu pasti akan menuntut suatu tindakan. Ia yakin akan hal itu.

"Halo?", sebuah suara yang familiar membuka percakapan di sambungan telepon.

"Apa kau tiba – tiba jatuh miskin?"

Kyuhyun mengernyit, kepalanya ia baringkan diatas meja kantor. Sejauh yang ia tahu, orang ini terlalu sibuk untuk mengangkat telepon rumah. Lagi pula sudah ada yang bertugas mengangkat panggilan telepon. Jemarinya kembali mengetuk permukaan meja dengan nada acak, menunggu jawaban dari lawan bicaranya yang sedang terkekeh pelan.

"Sayang, itu menyakitkan. Ada apa menelepon?"

"Jangan salahkan aku, si wajah papan itu yang biasanya mengangkat telepon rumah kita. Dimana dia?"

"Dia tidak dirumah"

"Oh. Sedang pergi merajuk karena perkataan ku kemarin?"

Ia menggerutu kesal, pemuda itu seenaknya pergi kesana kemari, apa dia tidak pernah berpikir kalau sikap santainya itu sudah mempersulit Kyuhyun? Bagaimana pun juga, spekulasi media dan publik masih sangat beragam, dan mayoritas menganggap pemuda itu sebagai tersangka. Kyuhyun memang masih kesal mengingat kejadian kemarin, terlebih kata – kata sinis pemuda itu yang benar – benar membuatnya meledak.

"Tidak, dia sedang pergi untuk bertemu Kyungsoo. Kau tidak ingin menanyakan kabar ku, Baby?"

"Kau cukup sehat jika masih bisa menjawab telepon ku. Dan baru pagi ini aku melihat mu bersenang – senang dengan Changmin bersama semua 'mainan' kalian. Lupakan itu. Apa menu pastry hari ini?"

"Kami hanya mencoba alat baru, Ryeowook juga baru datang dan bergabung dengan kami. Hm... Yang aku dengar, blueberry crumble pie dan lemon meringue pie. Kau ingin sesuatu yang lain?"

Kyuhyun memutar malas bola matanya. Kedua temannya itu sebentar lagi pasti akan menghabiskan kedua pie tadi. "Aku ingin choux isi krim coklat dengan irisan strawberry dan croissant dengan chocolate dip, sederhana saja"

Ia bangkit dari kursinya, bergegas mengemasi barang – barang penting kedalam tasnya. Ya, Kyuhyun sudah termotivasi untuk pulang. Akhir – akhir ini ia jadi lebih sering makan coklat, entah karena stress nya yang menumpuk atau memang 'craving' akan coklat itu sendiri, ia saja bingung. Jika ia mengatakan ini pada suaminya, pria itu pasti akan menggodanya dan mengatakan bahwa ia bersikap seperti wanita hamil yang sedang mengidam. Sialan memang. Namun, mereka berdua tahu, mereka belum siap untuk mempunyai anak. Kyuhyun pribadi merasa tidak akan pernah siap.

Your Sick Game of Hide and SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang