CHAPTER 9

13.8K 754 12
                                    

Jangan lupa tekan bintang sebelum baca!

Pardon me if there are any typos on them!

Warning: Part ini mengandung kata-kata kasar.

Warning: Part ini mengandung kata-kata kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Gimana keadaan lo?" Noel meminum segelas vodka sambil melirik Liamㅡteman dekatnya yang bekerja sebagai bartenderㅡsingkat.

"Maksud lo? Keadaan gue ya baik-baik saja, Liam."

Liam membalasnya dengan memberikan senyum tipis. Lalu dia menuangkan sebuah botol bercairan ungu ke dalam beberapa gelas di depannya. "Man, banyak yang tergila-gila sama lo. Kenapa lo memutuskan untuk mau hidup terpisah dari keluarga lo?" tanya Liam dengan raut bingung.

Noel menegak segelas vodkanya lagi lalu dia mengangkat bahunya tak acuh. "Gue hanya mau hidup sendiri."

"Apa lo masih belum bisa melupakan Kasa?"

Noel terlihat terusik ketika mendengar nama seorang wanita yang disebutkan oleh Liam. "Tentu saja gue sudah melupakan dia. Buat apa gue mengingat-ingat tentang dia."

"Bad liar sekali, huh?" Dia menjeda. "Gue tau kalau lo masih menyimpan perasaan kepada Kasa yang tidak pernah mencintai lo."

Noel melirik Liam sinis dan tidak menanggapinya. "Omong-omong, lo bekerja sebagai bodyguard Althea?" Liam mulai menatapnya dengan tertarik. "Gila lo, Man. Beruntung banget lo bisa menjadi bodyguardnya si Althea. Lebih baik lo pindah hati ke Althea. Menurut gue sih lebih cantik Althea daripada Kasa."

"Gue gak tertarik sama dia," jawabnya singkat.

"Lo gila?" Liam menatap Noel dengan tidak percaya. "Bro, lo tau, Thea itu selalu menjadi mimpi semua laki-laki untuk dikencani. Kenapa lo yang memiliki potensi yang besar gak tertarik sama dia?" Liam mulai menjelaskan. "Maksud gue, lo ganteng, pintar, kaya. Lo punya semuanya. Dan menurut gue hanya lo yang pantas untuk bersanding dengan dia, mengingat nama terakhir lo. Houlington."

"Liam, lo tidak mengerti. Wanita itu... dia sangat manja dan ceroboh. Gue seperti bukan menjaga wanita berusia dua puluh tiga tahun, tapi menjaga bocah kecil berusia tiga tahun." Dia menggelengkan kepalanya ketika membayangkan perilaku Althea saat berbicara dengan Liam.

"Really, Noel? Kalau begitu biar lo kenalkan saja dia ke gue. Kali aja dia bisa tertarik sama gue."

Kedua mata Noel menatap Liam yang sedang memberikan cengiran dengan tajam. Dia menggemeretakkan giginya lalu mengeraskan wajah. "Awas aja lo deketin dia. Lo harus berhadapan dulu sama gue."

Liam tertawa. Lalu kedua matanya menatap ke seisi kelab. "Noel, bukannya itu Althea?" tanyanya kepada Noel sambil menunjuk seorang wanita yang sedang duduk di sofa.

Noel memicingkan kedua matanya. Tanpa sadar, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. "Sepertinya ada yang salah dengan dia. Kenapa tubuh dia bergerak aneh seperti itu?" Liam melirik Noel yang belum memalingkan tatapannya.

In Your ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang