CHAPTER 26

11.6K 605 13
                                    

Kedua mata tajam yang sekarang terpejam itu dipaksa untuk dibuka ketika merasa kalau ada yang sedang mengganggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mata tajam yang sekarang terpejam itu dipaksa untuk dibuka ketika merasa kalau ada yang sedang mengganggunya. Benar saja, ketika kedua matanya sudah sempurna terbuka, dia mendapati wajah seorang wanita sedang menatapnya sambil menopangkan dagu dengan tangan kiri sebagai penyangga. Sedangkan tangan yang satunya sibuk menelusuri wajah Noel sambil menatapnya lekat.

"Kamu ngapain?" Noel mengkerutkan dahi. Dia hendak bangkit dari kasurnya tetapi ketika sudah setengah bangkit, dia menidurkan tubuhnya lagi.

"Gue hari ini balik ke apartment gue. Ada acara yang harus gue hadiri sama Papa nanti malam." Kini tangan Thea bergerak menusuk-nusuk pipi tirus Noel.

Noel memejamkan kedua matanya seakan-akan baru menyadari sesuatu. "Tanggal berapa hari ini?"

"Dua puluh dua Mei."

Lalu pria itu mendengus. "Hmmm," gumamnya pelan. "Bisa kamu lepasin tangan kamu?" Kedua tatapan mereka beradu. Kini Thea menopangkan dagu dengan kedua tangan yang bertumpu di atas kasur.

"Kenapa?"

"Saya mau berdiri," ucap Noel dengan datar. "Lepas."

Thea mengerucutkan bibir. "Laper," ucapnya dengan manja sambil mengedip-ngedipkan kedua mata genit.

"Masak sendiri sana." Noel mengibaskan tangannya di depan wajah Thea lalu dia geleng-geleng dan berdecak sinis.

...

Acara sosialita atau sejenis acara lainnya yang harus membuatnya hadir di tengah ratusan orang adalah hal yang paling tidak disenangi Thea.

Semuanya membuat dia merasa bosan. Apa yang mereka katakan, apa yang mereka ketawakan, Thea benar-benar tidak mengerti dan tidak mau mengerti.

Alasan yang membuatnya mau mendatangi acara seperti ini hanyalah satu; Eric. Thea tidak suka melihat Papanya yang selalu berjalan sendirian di tengah ramainya suasana sedangkan yang lain sibuk mengapit dan bermesraan dengan pasangan mereka. Thea hanya tidak ingin Eric untuk mengingat Keira lagi. Karena hal itu pasti akan langsung membuat Eric sedih, dan kalau Eric sedih, Thea juga akan sedih.

Thea tampil cantik malam ini. Dia mengenakan dress bewarna putih tulang dengan renda di bagian dada dan lutut. Semua mata dengan spontan langsung terarah kepadanya dan Eric begitu mereka menginjakkan kaki di depan hall.

"Thea, jangan kemana-mana." Eric mencekal tangan anaknya saat Thea hendak melangkah meninggalkan Eric. "Kamu bisa hilang. Papa gak mau kamu tersesat."

Thea tersenyum manis, "Papa, Thea ini sudah besar. Sudah dua tiga loh, Pa. Papa gak perlu mengkhawatirkan Thea seperti ini. Oke?"

Eric hendak melanjutkan rasa portesnya. "Papa, ayolah. Aku sudah besar."

"Baiklah. Tapi kamu harus bisa menjaga diri kamu, Oke?"

"Oke!" Thea menjawab dengan penuh senang hati. Selepas itu, dia langsung membalikkan badan mengubah senyum manisnya menjadi ekspresi cemberut. Dia seharusnya merasa bersyukur kalau Papanya sangat perhatian kepadanya. Itu adalah bentuk rasa sayangnya. Tapi lama-lama siapa yang tidak merasa jengah? Hal itu terlihat seperti Eric tidak pernah memberikan rasa percayanya kepada Thea. Bahkan dia sampai menyewakan pengawal untuk anak gadisnya itu.

In Your ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang