CHAPTER 40

14.4K 678 13
                                    

Tak terasa sudah lebih dari satu minggu sejak pertemuan mendadak Thea dengan Noel di acara tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa sudah lebih dari satu minggu sejak pertemuan mendadak Thea dengan Noel di acara tersebut. Wanita itu kini sedang duduk di dalam mobil agensi sambil memejamkan kedua mata dan bersedekap. "Gila gue masih ngantuk banget. Kenapa sih jadwalnya dimajuin gini?!" Dan sudah lebih dari setengah jam mulut wanita itu tidak berhenti mengoceh serta merutuki semua orang yang ada di sekitarnya.

Tentu saja Nara menjadi sasaran yang paling empuk. Hari ini Thea memang harus pergi ke Bali untuk melakukan pemotretan tetapi jadwal penerbangannya itu nanti jam sebelas pagi. Tapi tiba-tiba Nara mendatanginya lalu mengatakan kalau jadwal akan dimajukan. Dan disinilah Thea sekarang. Jam tujuh pagi duduk di mobil agensi menuju ke bandara untuk segera terbang ke Bali.

Tak perlu membutuhkan waktu lama, mereka sampai di bandara. Tidak ada waktu untuk berleyeh-leyeh karena sekarang Thea harus segera menuju ke lokasi photoshoot sehabis sampai di pulau Dewata tersebut.

Tiga jam dia habiskan untuk pekerjaannya yang satu ini, lalu Ben segera mengantarnya untuk ke hotel yang sudah disediakan. Jam sudah menunjukkan pukul tiga siang. "Sial. Besok gue harus terbang lagi ke Jakarta." Wanita itu menyandarkan tubuhnya dengan napas yang terbuang berat. Thea tidak bisa berbohong kalau diusianya yang sudah berada di penghujung dua puluhan ini, energinya sudah tidak bisa sefleksibel dulu.

Thea jadi takut kalau-kalau ucapan serapah yang dia berikan kepada Kassa menjadi boomerang kepadanya. Ah tidak-tidak. Thea menggeleng. Dia berbeda dengan Kassa. Dia cantik paripurna dan tidak ada yang akan bisa menggantikannya.

"Ehm, Thea. Kalau saja lo lupa, nanti malam lo harus menghadiri sebuah acara." Thea menoleh kepada Nara dengan kedua mata yang melotot."

"What? Kok gue nggak tau? Perasaan tadi waktu lo ngebriefing gue nggak ada tuh jadwal itu?"

Nara mengedipkan kedua matanya dua kali. Lalu dia menatap layar ipadnya dan berdeham. "Ada kok. Nih lo lihat. Gue sudah membriefing lo tadi." Dia membela diri. "Lo mungkin yang nggak mendengarkan gue dengan baik..." Di akhir kalimat, Nara mengecilkan suara memastikan agar Thea tidak mendengarkannya.

"Sial. Jam berapa dan di mana?"

"Jam tujuh malam. Di ballroom hotel ini Thea."

Membuka pintu apartment, Thea langsung membantingkan tubuhnya di kasur king size sambil memejamkan kedua mata. "Sial. Capek banget." Dia menggerutu pelan. Selama satu minggu belakangan ini, jadwal Thea memang benar-benar tidak masuk akal. Dia hanya bisa tidur satu sampai dua jam perhari. Bahkan ada kalanya wanita itu tidak mempunyai waktu untuk beristirahat.

Seperti biasa, wanita itu langsung memejamkan kedua matanya dan langsung jatuh ke dalam alam mimpi.

Jam setengah tujuh malam!

Thea terbangun dengan kedua mata yang masih terkantuk-kantuk. Dia mencari jam di dinding, lalu saat menyadari jarum pendek yang sedang menunjuk sebuah angka, kedua mata itu langsung terbuka lebar-lebar.

In Your ArmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang