"Siapa kamu berani-beraninya mencampuri urusan saya hah?!" ucap Nova dengan nada amarah.
"Apa hak anda mengambil kekayaan yang dimiliki keluarga Sasa?" tanya Yuda dengan nada lembut.
"Hak saya? Saya adalah kakak dari ayahnya Sasaa!" jawab Nova dengan penuh penekanan.
"Kakak? Bukankah Sasa lebih berhak mendapatkan kekayaan tersebut dikarenakan Sasa adalah anak dari almahrum?" tanya Yuda dengan menaikkan alis seperti menantang.
"DIA TIDAK COCOK! DIA PANTAS DI PANTI ASUHAN!" ucap Nova dengan menunjuk Sasa yang sedari tadi terdiam.
Saat terjadi adu mulut antara Nova dan Yuda, tak disangka Sania menarik tangan Sasa dengan kasar.
Setelah Sasa berada di dekat Sania, Sania lalu menjambak rambut Sasa."Lo bilang sama dia! Kalau lo pantes di Panti Asuhan! CEPAT!" perintah Sania pada Sasa, namun Sasa tak melaksanakan perintah dari Sania, alhasil jambakan rambut yang dirasakan oleh Sasa menjadi lebih keras.
"Aw...ah sakitt" rintih Sasa sambil memegang tangan Sania.
"LEPASKAN!" teriak Yuda pada Sania, alhasil Sania terkejut.
"JANGAN SEKALI-SEKALI TERIAK KE GUE! LO TAHU SIAPA GUE HAH?! GUE ADALAH ISTRI DARI MANAJER PERUSAHAAN ADINATA, KALAU LO BERANI TERIAK LAGI KE GUE! GUE AKAN LAPORIN LO!" ancam Sania pada Yuda.
Yuda yang mendengar hal tersebut sontak terkejut, lalu ia tersenyum penuh kemenangan.
"Perusahaan Adinata huh?" Tanya Yuda dengan senyum devil.
"Ya! Perusahaan Adinata! Perusahaan terbesar di Asia Tenggara! Kenapa? Lo iri hah?" ucap Sania pada Yuda lalu melepaskan tangannya dari rambut Sasa dan mendekati Yuda.
"Kenapa ya? Orang seperti suami anda bisa menjadi manajer di perusahaan seperti itu? Heran." sindir Yuda pada Nova.
"Apa lo bilang hah?!" Nova mulai kesal pada sindiran Yuda.
"Apa keuntungan anda menjadi Manajer di perusahaan tersebut?" kini Yuda bertanya kepada Nova.
"Keuntungan? Gue bisa kerja semau gue lah! Ambil uang dari perusahaan! Tapi gue bilangnya kalau pegawai bawahan gue yang ambil! Sorry! Lo gaada tandingannya sama gue! Gue lebih cerdas!" Bangga Nova pada dirinya sendiri.
Prok, Prok, Prok!
Yuda memberikan apresiasi pada Nova.
"Wow! Kita lihat!" ucap Yuda lalu mengambil ponselnya lalu menelfon seseorang."Yah, bisa tolong Yuda?" ucap Yuda pada seseorang di sebrang telpon tersebut.
"...."
"Tolong ya, dirumah nomor 9"
"..."
Sambungan terputus.
"HAHA! Lo takut?" ucap Sania pada Yuda sambil menyilangkan kedua tangannya.
Yuda tak menjawab ucapan dari Sania, ia menoleh pada Sasa.
MIRIS! ya! Itulah yang ada diotak Yuda sekarang melihat penampilan Sasa.Toktoktok...
Sontak semua yang ada diruangan tersebut menoleh kearah pintu.
Kini Yuda tersenyum penuh kemenangan. Pasalnya, seseorang yang ia telpon sekarang sudah sampai dirumah Sasa.Ceklek...
Pintu terbuka, terlihat sosok pria paruh baya yang berumur sekitar empat puluhan.
Deg!
Nova terkejut melihat sosok yang datang.
"HAHA! SUDAH GUE BILANG KAN? LO ITU LEBIH RENDAH DARI GUE! LIHAT? LO MASIH MURID! LAH GUE? GUE MANAJER!!! ATASAN GUE SEKARANG KESINI! LO MAU APA HAH?!" teriak Nova pada Yuda dengan penuh kemenangan.
Sementara itu, Sosok paruh baya hanya bisa terdiam karena bingung.
Ia tak mengerti pembicaraan apa yang sedang berlangsung."Maaf? Apakah manusia seperti anda bisa dijadikan manajer?" ucap Yuda halus seperti menyindir Nova yang berada di hadapannya.
"DASAR KAU BANGS-" amarah Nova sudah diambang batas, ia lalu melayangkan tangannya hendak menampar pipi Yuda.
Yuda yang hendak ditampar tak terlihat sedang ketakutan, dikarenakan Yuda sudah mengetahui apa yang akan terjadi di rumah ini.
Sesuai dengan tebakan Yuda, kini tangan Nova berhenti diudara dikarenakan ada yang menahannya.
"Berani sekali kau hendak menampar anak saya!" ucap pria paruh baya tersebut yang tak lain adalah Davi-Ayah Yuda.
"A-anak?" ucap Nova gemetar seketika tubuhnya lemas.
"Oh iya, saya sebelumnya belum kenalan ya?" Tanya Yuda pada Nova.
"Saya Yuda Davino Adinata, Senang bertemu dengan anda! SANGAT SENANG" ucap Yuda dengan menekankan kalimat terkahir.
"Ah? A-apa?" ucap Sania yang sedari tadi memperhatikan adu mulut di ruangan itu.
"Apa yang ingin kau lakukan hah? Berani-beraninya anda ingin menampar anak saya?!" ucap Davi dengan intonasi tinggi.
"T-tidak tuan, tadi di pipi anak anda ada nyamuk" Ucap Nova berbohong, namun Nova tak pandai berbohong.
"Sekarang? Siapa yang anda tadi sebut rendahan? Kau? Atau anak saya hah?!!!" teriak Davi pada Nova sembari menunjuk Nova.
"Ma-maaf" ucap Nova sembari menundukkan kepala.
"Anda saya pecat" perintah Davi pada Nova.
Sontak Sania dan Nova terkejut."Dan saya mohon, anda keluar dari rumah ini sekarang juga!" ucap Yuda dengan penuh penekanan.
Dengan perasaan campur aduk, akhirnya Nova dan Sania pergi dari rumah Sasa.
Sasa hanya bisa menunduk dikarenakan penampilan ia saat ini tak karuan."Oh jadi ini? Kamu suruh ayah kesini huh?" Tanya Davi pada Yuda. Namun Yuda hanya menyengir tak karuan.
Kini Davi tersadar pada gadis tepat berada dibelakang Yuda..
Sontak ia terkejut pada apa yang ia lihatnya kini."K-kamu??" ucap Davi pada Sasa sembari menunjuk Sasa.
Sontak Yuda menoleh pada Sasa dengan tatapan kebingungan."Sasa!" ucap Davi heboh lalu memeluk Sasa.
"Om! Lama ga ketemu" ucap Sasa antusias, seakan ia lupa jika penampilannya saat ini sangat tidak mendukung.
"Om kangen sama kamu! Tapi om gabisa lama-lama disini, Om harus kerja lagi.. Jadi Om pamit ya nak, oh ya! Kapan - kapan mainn kerumah ya!" ucap Davi pada Sasa lalu meninggalkan rumah Sasa.
Anaknya? Yuda? Tak ia pedulikan."Yang anak disini siapa sih?" batin Yuda saat ayahnya meninggalkan rumah Sasa.
Tanpa disadari tubuh Sasa lemas begitu saja, ia terduduk lemas dilantai.
Melihat Sasa seperti itu, Yuda lalu menghampiri Sasa."Lo gapapa Sa?" tanya Yuda.
Namun, pertanyaan yang dilontarkan Yuda hanya dibalas oleh anggukan Sasa."Gue pulang dulu Sa" ucap Yuda pada Sasa lalu berjalan meninggalkan rumah Sasa.
Bi Nima yang datang dari dapur langsung menghampiri Sasa.
"Non gapapa? Mau bibi buatin apa?" tanya Bi Nima pada Sasa, namun Sasa hanya menggeleng lalu pergi berjalan ke kamarnya.
•❄☀️•
Mentari telah terbenam, menandakan sang rembulan telah muncul.
Hawa dingin menyerbu langit malam nan indah ini.Setelah kejadian hari ini, dari sekolah dan dirumah. Sasa tak pernah keluar dari kamarnya.
Ia hanya termenung dibalkon kamar."Mah, Pah, Sasa pengen ikut kalian, Sasa rindu bercanda bareng kalian"
Ucap Sasa sembari melihat langit.Bersambung...
-------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
PBD✔️ [ TERBIT! ]
RomanceSeorang gadis cantik yang memiliki segalanya. Semua orang mengira, apapun yang ia ingin, pasti ia dapatkan. Namun itu salah besar! Ia kesepian saat orang tuanya meninggal karena tragedi kecelakaan. Gadis yang dikenal dengan sebutan Sasa Afifah pun m...