BAGIAN 16

3.7K 549 61
                                    

"Jadi, bagaimana keputusanmu, Jenderal?"

Satu ruangan kembali menghening. Ruangan rapat itu kembali menjadi ruangan dingin. Ditambah wajah tak bersahabat Jenderal mereka membuat mereka semua enggan untuk bertanya hal yang lain.

"Kita akan tetap mengawasinya. Kalau ada pergerakan sedikit saja. Langsung laporkan padaku." jelas Jenderal Jungkook.

Suara Jenderal Jungkook terdengar lebih dingin berkali-kali lipat dibanding biasanya. Mereka semua hanya mengangguk patuh sebagai jawaban.

"Oh ya, kirim surat ke perbatasan. Aku ingin agar Kapten Taeyong tau dan dapat mengatasinya---" jeda beberapa saat. "Panglima," lanjut Jenderal.

"Iya, jenderal." jawab Panglima Jimin.

"Kau yang bertugas untuk menyampaikan surat ini kepada kapten. Aku juga ingin kau menetap disana untuk tiga hari. Bantulah Kapten disana." perintah Jenderal Jungkook.

"Baik, Jenderal."

Jenderal Jungkook mengangguk. Kemudian berdiri. "Rapat selesai. Kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian."

Jenderal Jungkook berlalu pergi dari ruang rapat menyisakan bawahannya yang tertunduk hormat saat kepergiannya.

"Kau merasakannya?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Komandan Jaehyun memecahkan keheningan yang telah ditinggalkan Jenderal Jungkook beberapa saat yang lalu.

"Apa?" tanya Panglima Jimin bingung.

"Sepertinya, Jenderal sedang dalam suasana hati yang buruk."Jelas Komandan Jaehyun. "Lihat ini. Bulu kuduk ku sampai berdiri karena aura hitam yang melingkupinya." lanjutnya heboh seraya menunjukkan bulu tangannya.

Menteri Ramon menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Ada-ada saja kelakuan Komandan Jaehyun, pikirnya.

"Letnan!" seru Komandan.

Letnan Taehyung masih terdiam. Dia juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Komandan Jaehyun. Dia berpikir suasana hati sang Jenderal benar-benar buruk. Ia sudah lama mengenal Jenderal Jungkook sejak usia lima tahun. Jadi, dia tahu betul ada yang tidak beres dengan Jenderal mereka.

"Yak Letnan!" seru Komandan Jaehyun lebih kencang lagi.

Letnan Taehyung terperanjat kaget. Wajahnya langsung memasang ekspresi sinis. "Pelankan suaramu bodoh,"

Komandan Jaehyun memutar bola matanya. Tangannya bersedekap angkuh. "Kau kenapa? Ada yang kau pikirkan?" tanya Komandan Jaehyun. Tak mengindahkan teguran Letnan Taehyung barusan.

"Bukan urusanmu," jawabnya jengkel.

Letnan Taehyung pergi keluar ruang rapat membuat ketiga orang disana mendengus jengkel. Terutama Komandan Jaehyun.

"Astaga, sikapnya itu sangat menjengkelkan. Ku harap dia terkena kurma!" sumpah Komandan Jaehyun kesal.

"Emm, komandan?" panggil Menteri Ramon.

"Apa?!" jawab ketus Komandan Jaehyun.

"Karma komandan. Bukan kurma," koreksi Menteri Ramon.

Ekpresi Komandan Jaehyun langsung blank. Kemudian langsung kembali seperti biasanya. Sinis.

"Oh, tidak sengaja. Sepertinya lidahku tadi terpeleset."

Setelah mengatakan itu Komandan Jaehyun pergi dari ruang rapat. Menyisakan dua orang itu melongo tidak percaya.

"Ada apa dengan semua orang?" Tanya Panglima Jimin sesaat setelah Komandan Jaehyun pergi meninggalkan mereka berdua.

Menteri Ramon mengangkat bahunya acuh. Kemudian dia lebih memilih untuk meninggalkan ruang rapat sekaligus meninggalkan Panglima Jimin sendirian.

CASTALLA : The Beginning | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang