Novel Incaran

1.6K 250 47
                                    

Bismillah..

"Lif, gue lihat-lihat, dari ke hari wajah lo itu kok makin tampan ya," kata Yara sambil berjalan bersama Alif menuju parkiran. Alif yang sedang mengatur tali tasnya menatap gadis itu datar.

"Mau apa lo? Minjam duit?" tanya Alif. Yara terkekeh lalu memukul lengan Alif keras sampai membuat pemuda tampan itu sedikit terhuyung ke samping.

"Hehe, gak kok, eh tapi kalau lo mau boleh juga."

Alif mendengus. Sudah paham saja kalau Yara sudah berkata-kata manis pasti ada maunya.

"Tapi yang paling penting, temenin gue ke gramedia doong," kata Yara sambil menatap Alif dengan pandangan berbintang-bintang.

Alif menggeleng.

"Gak ah, males, ntar gue kena gosip lagi kalau bareng sama lo," ujar Alif.

"Ayo dong," kata Yara masih memohon.

"Enggak Yara, nanti orang-orang jadi tau kalau gue yang antar jemput lo ke sekolah," kata Alif berbisik.

Yara mendengus.

Lagipula menurut Yara, Alif itu agak bego sih. Cowok itu sibuk klarifikasi sana sini tentang hubungan mereka. Mengatakan tidak saat orang bertanya apakah mereka pergi pulang bareng ke sekolah. Padahal saat ini saja mereka jalan berdua ke parkiran dan tentu saja semua orang melihat itu. Mau bilang enggak pun fakta membuktikan sebaliknya, gak ada gunanya juga kan cowok itu bohong.

"Eh, Alifa, mau pulang ya?"

GAK LIF, DIA MAU MASUK KELAS LAGI.

Yara memutar bola mata saat Alif bertanya dengan manis kepada seorang gadis berhijab di depan mereka. Gadis itu tersenyum kepada keduanya.

"Iya nih, kalian mau pulang juga?" tanya gadis yang dikenal Yara sebagai gebetan Alif itu.

"Enggak, mau belajar lagi nih," kata Yara santai membuat Alif segera menjitak kepala gadis itu.

"Iya Fa, kamu pulang sama apa?" tanya Alif tetap konsisten dengan nada manisnya.

"Sama angkot," jawab Alifa. Yara membulatkan mulut tak terlalu peduli.

"Oh, kamu sama aku aja, nanti Yara biar di antar sama Abyan," putus Alif santai membuat Yara menganga lebar.

APA TADI? SAMA ABYAN?

"Lif, lo apaan sih, kan gue-"

Sebelum Yara selesai protes, Alifa segera memotong.

"Gak usah, kalian pulang berdua aja, aku gak dibolehin Ayah pulang sama cowok," kata Alifa lalu tersenyum segan.

Oh bagus.

Yara sangat berterimakasih pada Ayah Alifa.

"Duluan ya," kata Alifa lalu berjalan duluan.

Sebagai wujud terimakasihnya pada Ayah Alifa, Yara memangil gadis itu lagi membuat Alifa kembali menoleh ke arahnya.

"Alifa, gue sama Alif cuma tetangga rumah kok, dia sebenarnya suka sama lo tau," kata Yara lalu terkekeh. Alif melotot padanya.

Alifa mengedip kaget walau akhirnya hanya memasang wajah bingung.

"Oh, oke, aku pulang dulu," kata Alifa lalu segera pergi dari sana.

Alif menahan kesal sampai Alifa menghilang dari pandangan, setelah memastikan gadis itu pergi. Alif segera mencubit pipi Yara dengan keras sampai membuat gadis itu menjerit.

"Mulut lo itu ya! Ember banget!"

"Aduh, iya iya maaf, sakit beneran nih! Lepas gak?"

"Gak! Gak mau!"

Tingkah mereka berdua malah membuat beberapa pasang mata yang ada di parkiran jadi saling menatap curiga dan mulai bergosip tentang kedekatan mereka berdua.

Yara udah bilang kan kalau Alif itu bego?

🍭🍭🍭

Toko buku adalah salah satu tempat wajib yang ada di dalam novel. Kalau tokohnya gak ke toko buku, gak afdhal rasanya.

Yah walaupun Yara agak menyayangkan sih dia ke toko sama Alif, bukan sama badboy idamannya.

"Lama banget sih," kata Alif tak sabar melihat Yara sibuk menimbang-nimbang dua novel di tangannya. Yara merengut.

Tadi sebenarnya Yara mau membeli buku Ales dan Alesha, tapi karena novel Tiga Santri juga ada di rak buku di sebelahnya, Yara jadi bingung mau pilih yang mana. Apalagi novel ini Alif yang akan membelikan, jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Jarang-jarang lho Alif yang pelit ini mau mentraktirnya.

"Mulut lo itu kenapa sih kalau ngomong sama Alifa manis banget tapi sama gue beda," kata Yara keki. Alif mendengus.

"Soalnya mulut gue ini tau, siapa wanita yang pantas diperlakukan manis," kata Alif. Yara mengumpat kecil.

"Tuh kan, lo itu kebiasaan banget ngumpat, ngomong apa lo tadi?" kata Alif menatap Yara tajam.

Sebelum kenal Alif, Yara gampang sekali mengumpat, anjir, anjay, anj-, dan segala macam umpatan. Kalau ditanya kenapa Alif gak akan mungkin naksir Yara salah satunya ya karena gadis itu suka mengumpat.

Alif paling tidak suka mendengar cewek bermulut kasar. Mau secantik apapun kalau mulutnya kasar, Alif pasti akan ilfeel duluan. Syukurlah setelah berteman dengan Alif, Yara mulai mengurangi hobbynya itu.

"Ini aja nih, Ales dan Alesha, mirip gue nih nama tokohnya, Alif dan Alifa," kata Alif nyengir sambil mengetuk novel bercover biru itu dengan telunjuknya. Yara mendengus.

"Gue jadi pengen beli yang ini aja," kata Yara lalu menaruh kembali novel Ales dan Alesha. Dan memeluk novel tiga santri.

"Lagian novelisnya sama," kata Yara.

Alif bergumam, berfikir sejenak lalu memutuskan untuk mengambil novel Ales dan Alesha yang ditaruh Yara.

"Lo mau beliin gue dua?" tanya Yara kaget. Alif mendelik.

"Enggak ya, ini buat gue," ujar Alif. Yara mengerutkan kening.

"Sejak kapan lo baca novel?"

"Sejak judul bukunya mirip nama gue sama nama doi," jawab Alif santai.

Yara mendecih. Namun wajah kesalnya tak bertahan lama, gadis itu segera berbinar saat teringat suatu hal.

"Eh, berarti gue boleh pinjam dong?"

Alif mengangguk dan tersenyum sedikit.

"Yeee! Sayaaaang Alif!" kata Yara sambil melebarkan tangan. Alif mendelik.

"Ngapain lo?"

"Pengen meluk."

Alif segera menyilangkan tangan di depan dada.

"Astaghfirullah Yara, cewek sama cowok pelukan itu gak boleh," kata Alif ngeri. Yara mendengus lalu menurunkan tangannya kembali ke sisi tubuh.

Agak merasa malu juga sebenarnya.

"Sok suci lo," celetuknya menghilangkan kecanggungan.

"Lo yang terlalu kotor," balas Alif lalu berjalan ke arah kasir bersama gadis itu.

🍭🍭🍭

Keep Reading😆💖





















Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang