Debat Calon Ketua OSIS

1K 193 18
                                    

Bismillah..

Suasana setelah upacara hari ini terasa lebih panas dari biasanya. Matahari memang terasa terik tapi yang membuat suasana lebih panas adalah dua siswa yang berdiri di depan lapangan.

"MARI KITA SAMBUT, CALON KETUA OSIS KITA, ALIF ADITAMA DAN  KALANTARA MANAF!" sorak Abyan yang menjadi MC di acara debat calon ketua OSIS.

Alif dan Manaf saling berpandangan dengan ekspresi datar membuat suara pendukung masing-masing dari mereka semakin riuh.

"Sebagai informasi, pemilihan ketua OSIS kali ini sangat berbeda karena kita cuma memiliki dua calon ketua OSIS," kata Abyan.

"Sepertinya semuanya sudah tau ya alasannya?" tanya Abyan yang langsung dibalas dengan teriakan dari masing-masing pendukung.

"KAK ALIIIIF!"

"KAK MANAAAAF!"

"ALIF, ALAFYU!"

"MANAF! SENYUM DOONG!!"

Yara yang mendengar semua teriakan itu hanya bisa tertawa keras. Memperhatikan Alif yang sudah malu tapi tetap memasang ekspresi datar karena Manaf di depannya masih bereskpresi datar, tidak terusik sama sekali dengan teriakan-teriakan itu.

"Oke, untuk masing-masing pendukung diharap diam dulu," kata Abyan mengambil alih suasana yang makin riuh. Setelah sorakan penonton mulai redam, Abyan kembali berbicara.

"Baiklah, kita mulai wawancara singkat dari Alif dulu sebegai calon ketua OSIS nomor satu," kata Abyan sambil mendekat pada Alif. Alif yang sedang melirik-lirik ke arah Yara yang meledeknya langsung menegakkan tubuh dan menoleh pada Abyan.

"Gimana nih Lif? Persiapan udah maksimal?" tanya Abyan pada Alif santai.

Alif mengangguk.

"Alhamdulillah persiapannya udah maksimal," Alif diam sejenak, mendadak mendapatkan ide usil karena sejak tadi Yara mengejeknya, "apa lagi persiapan gue juga didukung sahabat gue, Yara, jadi makin maksimal," sambung Alif membuat semua pendukungnya yang didominasi adik kelas itu jadi bersorak kembali.

"YARALIF SELAMAANYAA!"

"UUWUUUUU!"

"KAK ALIIIF!!"

Alif tersenyum lebar lalu melirik Yara yang sudah didorong-dorong oleh teman sekelasnya, membuat Yara langsung mengacungkan kepalan tangan kepada Alif dengan wajah cemberut.

Abyan yang mengenal keduanya jadi ikut tertawa melihat mereka.

"Aduduh, kalau Manaf bagaimana? Persiapannya sudah maksimal? Apakah memiliki pendukung spesial seperti Alif juga?" tanya Abyan pada Manaf.

Manaf tersenyum saat mendapat pertanyaan itu membuat semua penggemarnya jadi histeris. Yara bahkan ikut tercengang melihat senyum itu, soalnya Manaf bukan tipe orang yang suka memperlihatkan senyumnya 

Sepertinya Manaf sangat tau ketampanannya digunakannya untuk apa.

"Persiapannya alhamdulillah berjalan lancar, tadi malam saya sudah menyiapkannya dengan maksimal dibantu Ayah dan adik saya yang masih SD," jawab Manaf kalem membuat fansnya berteriak "CUTE" dengan serempak.

Abyan sampai geleng-geleng kepala, dibanding debat calon ketos, suasana hari ini lebih terlihat seperti jumpa fans.

"Lalu apakah Manaf memiliki pendukung spesial juga?" goda Abyan yang masih kepo. Manaf bergumam.

"Ya, Ayah saya dan adik saya," jawabnya lalu mengedarkan pandangan, "dan seluruh pendukung saya yang di sini tentunya," sambung Manaf dengan senyum manis ke arah para pendukungnya yang didominasi oleh senior.

Jawaban Manaf mendapat tepuk tangan dari semuanya.

"Aduh, idaman banget gak sih si Manaf, udah cakep sayang sama orang tua pula," bisik seseorang.

"Iya sih, tapi Yara sama Alif kan uwu," kata yang lain menyahut.

Yara yang mendengar komentar itu jadi menelan ludah. Menatap Alif yang terlihat santai saat ditanya-tanya lagi oleh Abyan. Walau begitu Yara tau, jawaban Manaf dan Alif  terasa tak imbang.

Manaf menjawab pertanyaan Abyan dengan sangat cerdas dan bermutu, sedangkan Alif lebih banyak memberikan jawaban lucu daripada serius karena merasa nyaman diwawancarai oleh Abyan yang notabene adalah teman dekatnya.

Yara menggigit bagian bawah bibir.

Gawat, kalau begini Alif bisa kalah!

🍭🍭🍭

"Lif, gimana kalau kita pacaran aja?" tanya Yara pelan sesampainya di rumah, membuat Alif yang sedang melepas helm jadi tercengang dengan mulut melebar maksimal. Helm yang ada di genggamannya bahkan langsung jatuh mengenai kakinya.

"ADUH!"

Alif meringis lalu merunduk untuk mengambil helmnya kembali.

"Ish, lo baper ya gara-gara tadi gue gombalin pas debat?" tanya Alif santai walau detak jantungnya tak santai sama sekali.

Pemuda itu memutuskan untuk pura-pura sibuk membersihkan helmnya yang jatuh sambil menunggu jawaban Yara.

Yara menghela napas lalu menggeleng.

"Enggak, tapi feeling gue gak enak Lif, kayaknya Manaf bukan lawan yang gampang, makanya satu-satunya jalan biar lo menang ya pakai cara itu," kata Yara pada Alif.

Alif mengerutkan kening. "Lah bukannya kemarin lo gak mau? Emang Manaf kenapa?" tanya Alif.

"Lo gak denger jawaban dia waktu debat tadi gimana? Keren-keren semua, sedangkan lo malah kelihatan gak ada seriusnya," ujar Yara lalu memanyunkan bibir.

Alif mengerjap.

"Masa sih? Perasaan gue serius banget," jawab Alif.

"Serius apanya? Lo keenakan ngobrol sama Abyan sih, bahkan waktu bagian penyampaian visi dan misi, lo kehabisan waktu gara-gara bercanda sama Abyan," protes Yara.

"Jawaban lo emang bikin anak-anak jadi ketawa dan heboh, tapi seorang  pemimpin seharusnya punya sisi serius juga Lif," sambung Yara.

Mendengar penjelasan Yara, Alif jadi menatap Yara lama, membuat gadis itu langsung mendorong kepala Alif karena jengah. Mata Alif berbinar terharu.

"Gue gak nyangka lo sebegitu perhatiannya sama pencalonan diri gue Ra," kata Alif serius, "gue kira lo gak peduli," sambungnya.

Yara mendecak.

"Ya kali gue gak peduli, jadi ketua OSIS itu kan impian lo dari dulu," rutuk Yara.

"Yah walaupun sampai sekarang kita gak tau alasannya," lirihnya sambil mengangkat bahu. Alif terkekeh.

"Jadi kita pacaran nih?" goda Alif sambil mengangkat alis dua kali.

"Pura-pura, bukan pacaran beneran," ralat Yara dengan pipi yang sudah memerah.

Alif jadi memperhatikan gadis itu dalam, lalu menopang dagu dengan tangan yang menyiku di atas motor.
Bibirnya membentuk seulas senyum samar.

"Kenapa gak pacaran beneran aja? Kan kita sama-sama suka," ceplosnya begitu saja membuat Yara mendelik dan reflek memukul lengan Alif kuat.

"Ck, udah ah, ntar malam kita diskusiin lagi," kata Yara lalu langsung berbalik sebelum Alif menggombalinya lagi.

Alif memandangi kepergian Yara dengan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Senyumnya melebar begitu saja.

"Sial, napa gue seneng banget sih?" katanya geli sendiri.

🍭🍭🍭

















Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang