Vote

1.1K 185 46
                                    

Bismillah...

Alif duduk menyandar di tembok belakang sekolah, area tersembunyi yang digunakan anak-anak sekolahnya saat cabut. Penampilan rapi Alif sudah tak terlihat lagi saat duduk di sana. Seragamnya sudah keluar, kacamatanya ia lepas dan kakinya terangkat sebelah. Kurang rokok saja, kalau pemuda itu merokok pasti penampilannya sudah seperti badboy ganteng idaman Yara.

Alif menghela napas berat, hari ini hari pemilihan, dan seperti yang ia tebak, hasil akhirnya tentu saja Manaf yang menang.

Lagipula siapa yang mau memilih Alif setelah mereka membuat video pengakuan tentang pura-pura pacaran itu?

"Udah gue duga lo di sini," ujar sebuah suara membuat Alif tersentak.

Nadia berdiri di depannya dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya datar dan galak seperti biasa.

"Apasih lo, udah kayak Riki-Indri aja pakai bikin video alasan putus," celetuknya yang sudah tak tahan untuk mengomentari video berdurasi lima menit yang diupload Alif dan Yara kemarin.

Alif yang baru sadar akan hal itu jadi mendelik lalu segera mengambil hape.

"Ngapain lo?" tanya Nadia.

"Hapus videonya lah, ntar gue viral lagi," kata Alif pede membuat Nadia mendecih.

Gadis itu lalu duduk di sebelah Alif membuat Alif jadi menoleh kecil ke arahnya, walau memutuskan untuk tak peduli banyak dan kembali sibuk menghapus video itu.

"Selamat ya," lirih Nadia. Alif mengangkat alis.

"Selamat apa? Selamat kalah?" tanya Alif sambil memasukkan ponselnya ke saku celana. Takut kena tampol Nadia yang tak pernah suka kalau Alif bermain hape saat mengobrol dengannya.

Nadia berdehem sedikit.

"Selamat karena lo udah bersaing dengan cara yang jujur," katanya.

Alif tersenyum sedikit.

"Makasih," ujarnya.

Nadia menghela napas. Ikut duduk menyandar bersama Alif. Tatapannya lurus ke depan.

"Lo tau gak? Meski kalah, justru gara-gara video itu perolehan suara lo meningkat," kata Nadia. Alif mengerutkan kening.

"Bukannya justru gara-gara video itu suara gue turun?" tanyanya.

Nadia menggelengkan kepala.

"Enggak, justru karena video itu lo bisa ngejar poin Manaf," katanya.

Alif masih tak mengerti. Bukannya pengakuan seperti itu membuat citra Alif buruk? Ia kan sudah membohongi publik.

Nadia yang menyadari wajah bingung Alif menghela napas lalu menjelaskan.

"Yah, adek kelas emang banyak yang kesel sama lo, tapi mereka tetap milih lo karena mereka ngerasa gara-gara mereka lah lo sama Yara sampai pura-pura pacaran," jelas Nadia membuat mata Alif membulat.

"Serius?"

Nadia mengangguk.

"Bahkan karena video itu, lo dapat peroleh suara juga dari angkatan gue, seperti yang lo tau pendukung terbesar Manaf ada di kelas 12, dan beberapa dari mereka berkhianat milih lo karena ngerasa lo sama Yara kalau diperhatiin emang lumayan manis," jelas Nadia.

"Kok bisa? Bukannya seharusnya mereka sebel sama gue karena gue bohong?" tanya Alif.

Nadia mengedikkan bahu.

"Mereka gak notice soal kebohongan lo, mereka malah lebih notice ke pengakuan H-1 lo yang menurut mereka kelewat berani dan gak peduli lagi soal menang kalah, apalagi kemarin di video itu lo  bilang jangan salahin Yara karena rencana pura-pura pacaran itu lo yang minta," kata Nadia lalu tersenyum tipis.

Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang