Suspicious

1.1K 197 27
                                    

Bismillah..

"Lif, gue ke toilet dulu ya, lo antrenya sendirian gak apa-apa kan?" tanya Yara. Alif yang sedang menunggu antrean untuk memesan es krim menoleh ke arah Yara. Gadis itu sudah terlihat memelas.

"Ya udah, tapi jangan lama-lama," kata Alif. Yara mengangguk cepat lalu buru-buru ke toilet.

Alif menghela napas sambil melihat jam tangannya. Sudah sepuluh menit berlalu dan antrean di depannya masih belum berkurang banyak. Sebenarnya Alif tidak terlalu suka es krim. Tapi karena Yara sangat menyukai es krim rasa durian yang dijual di sini, Alif harus rela antre lama. 

Sambil menunggu Yara, Alif memainkan ponselnya. Lagi-lagi hanya group OSIS yang bisa mengisi kebosanan Alif yang jomblo.

"Yaah ... antreannya panjang banget, aku gak kuat beb kalau antre nya panjang begini," ujar seorang cewek dengan suara manja. Membuat Alif yang berdiri tak tak jauh di depan gadis itu jadi mendelik.

"Kan udah dibilang, kita pulang aja ya?" sahut suara lain.

Namun suara itu berhasil menyentak Alif. Membuat pemuda berkacamata itu langsung menoleh ke belakang. Pasangan yang berdiri tak jauh di belakangnya tadi sudah berbalik dan ke luar dari toko es krim.

Alif menajamkan mata, memperhatikan pasangan itu dari balik jendela kaca toko dengan seksama. Ia yakin sekali jika suara pacar gadis itu adalah suara orang yang ia kenali. Namun sayang, pasangan itu tidak terlihat lagi dari tempat Alif.

"Itu kak Raven kan?" lirih Alif agak ragu.

Tapi bukannya Yara bilang Raven gagal pergi nonton dengannya karena ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal? Masa iya pekerjaannya adalah menemani gadis lain kencan?

Atau jangan-jangan Raven ...

"Sorry lama ya, gue gak tau toiletnya dimana."

Suara Yara dan tepukan di bahunya membuat Alif tersentak. Gadis itu entah sejak kapan berdiri di sebelahnya. Alif jadi menunduk, memandangi Yara yang terlihat terengah-engah karena berlari dari toilet agar Alif tak terlalu lama menunggu.

"Eh? Gak apa-apa kok," kata Alif sambil memalingkan wajah dari gadis itu untuk menyembunyikan kekagetannya. Yara menaikkan alis.

"Kenapa? Kok lo kelihatan nyembunyiin sesuatu?" tanya Yara. Alif mendelik.

Intuisi Yara seram banget, batinnya.

"Gak kok, eh udah giliran kita," kata Alif mengalihkan topik pembicaraan. Yara mengerjap lalu menoleh ke depan. Senyuman Mas-Mas penjual es krim langsung menyambutnya ramah.
"Wah iya, Mas saya es krim duriannya satu ya trus-"

Alif menghela napas lega. Lalu memperhatikan Yara yang sudah sibuk memesan. Pemuda itu memutuskan untuk tidak menyampaikan temuannya tentang Raven. Karena Alif masih ragu apakah yang tadi benar-benar Raven atau bukan.

Tapi kenapa perasaan Alif gak nyaman begini?

🍭🍭🍭

Jam 5 sore keduanya baru pulang dari mall. Alif mengantarkan Yara sampai di depan rumahnya. Pemuda itu mematikan mesin motornya untuk berbicara dengan Yara. Yara turun perlahan dari motor Alif lalu tersenyum lebar.

"Thanks ya Lif, gara-gara lo gue gak ngenes-ngenes banget," kata Yara. Alif terkekeh.

"Sama-sama, tapi tiket lo hangus dong?" tanya Alif yang mendadak teringat dengan nasib tiket bioskop yang sudah diberikan Yara pada Yohan.

Yara mengerutkan kening.

"Tiket? Tiket apa?" tanya Yara bingung.

"Tiket nonton, bukannya lo ngasih tiketnya ke Yohan?" tanya Alif balik.

Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang