Happy Ending?

2.5K 228 57
                                    

Bismillah...

Alif baru saja hendak menstater motornya saat melihat seorang gadis tiba-tiba berdiri di balik dinding pembatas rumahnya sambil melambaikan tangan ceria.

Mata Alif melebar begitu saja, menatap Yara yang berdiri di sana dengan hijab instan berwarna hitam membuat wajahnya yang cerah semakin bersinar di mata Alif.

Pemuda itu menelan ludah lalu mengalihkan tatapannya. Menstabilkan detak jantung yang menggila karena saat melihat wajah Yara yang ia ingat adalah percakapannya dengan Nadia tadi siang.

"Alasan lo pengen jadi ketua OSIS kan karena Yara Lif, serius lo gak ingat?"

Hah.

Alif bisa gila sendiri kalau mengingat itu terus. Apalagi dulu Yara sempat menebak alasan Alif jadi ketos karena dirinya.

Malunya jadi berlipat-lipat sekarang.

Melihat Alif yang tak mau menatapnya membuat Yara jadi memajukan bawah bibir.

"Walaupun gue udah berhijab bukan berarti persahabatan kita bubar kan Lif?" tanya Yara membuat Alif yang salah tingkah jadi menegak.

Matanya menatap Yara lekat. Gadis itu terlihat kesal sambil mencuatkan bibir. Alif mendesah pelan, ah iya, gara-gara sudah malam dan jarak mereka agak jauh, Yara tidak bisa melihat wajahnya yang merona ya?

"Siapa bilang? Kita masih sahabatan kok," sahut Alif membuat Yara jadi mengerjap senang.

Pemuda itu berdehem, meninggalkan motornya dan berjalan mendekat pada Yara. Sekarang mereka jadi berdiri berhadapan, dibatasi dinding beton setinggi dada orang dewasa.

"Gue kira karena gue udah berhijab lo gak mau sahabatan lagi sama gue," kata Yara. Alif tersenyum tipis.

"Ya nggak gitu juga kali Ra, yah ...mungkin gue emang bakalan agak jaga jarak, kalau lo udah berpakaian tertutup gini kan gak mungkin gue ngacak poni lo lagi," sahut Alif membuat Yara nyengir.

"Iya ya," katanya lalu tertawa kecil.

"Oh iya, gue mau ngumumin sesuatu nih," kata Yara ceria sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Alif menaikkan alis menatap Yara yang sibuk menscroll layar lalu mengulurkan hape padanya.

"Coba lihat," kata Yara sambil mengedikkan dagu ke hapenya. 

Alif menurut dan menerima ponsel Yara, walau selanjutnya mata Alif jadi membulat saat melihat foto Alifa dan Yara di kantin. Terlihat berangkulan akrab dengan senyum lebar. Ralat, Yara saja yang tersenyum lebar, Alifa masih tetap kalem.

"Hari ini gue meresmikan persahabatan dengan Alifa," kata Yara sambil mengangkat dagu membuat Alif makin kaget.

"Serius? Kok bisa?" kata Alif yang merasa beberapa hari lalu Alifa agak antipati dengan Yara gara-gara obrolan mereka di depan kelas waktu itu.

Melihat reaksi kaget Alif, Yara mencibir.

"Kenapa? Lo mikir kami jadi musuhan gara-gara lo ya?" tebak Yara membuat Alif langsung mendelik.

Eh?

"Lo udah tau?" tanya Alif panik. Yara mengangguk kecil.

"Udah, tadi Alifa udah cerita," katanya membuat Alif menghembuskan napas panjang.

Gadis itu lalu mengulum bibir sambil menunduk. Menolak menatap Alif yang terlihat menunggu tanggapan Yara soal perbincangan mereka di depan kelas waktu itu.

"Awalnya gue ngerasa bersalah karena gara-gara gue, Alifa jadi membuat harapan soal lo," ujar Yara pelan.

"Tapi kalau ada yang nanya apakah gue bakalan mengalah karena ngerasa bersalah? Jawabannya enggak," kata Yara tegas.

Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang