Sahabat itu Nyebelin

1.1K 197 37
                                    

Bismillah...

Yara berdiri di depan kulkas minimarket dengan galau. Menghela napas sesaat sebelum mengambil satu kaleng minuman soda dari sana. Pikirannya lagi-lagi mengulang kejadian siang tadi, saat Alif mengajaknya pacaran dengan dalih agar bisa berhasil jadi ketua OSIS.

Saat pulang dari caffe tadi, mereka hanya membisu sampai pulang. Padahal biasanya mereka heboh di sepanjang jalan sampai beberapa orang sering menatap mereka aneh.

Heh, Yara jadi kangen Alif yang dulu.

"Yara?"

Yara jadi tersentak saat sebuah suara memanggilnya. Matanya melebar saat melihat sosok tampan Raven berdiri di belakangnya.

"Eh, kakak mau ngambil minum ya?" ceplos Yara lalu menyingkir dari depan kulkas minimarket. Raven tersenyum tipis. Lalu ikut mengambil satu kaleng soda dari sana.

"Kamu sibuk? Minum di luar yuk?" ajak Raven. Yara mengerjap pelan sebelum memutuskan untuk mengangguk.

Setelah itu keduanya duduk di depan  minimarket dalam keheningan. Raven tidak tau ingin membahas topik apa, yang ada dalam pikirannya hanya mengajak Yara duduk berdua bersamanya. Sedangkan Yara tidak tertarik membahas apapun, gadis itu bahkan mengiyakan ajakan Raven supaya bisa terhindar dari Alif yang berada tepat di sebelah rumahnya.

Yara terbatuk kecil. Udara malam ini agak dingin membuat Yara jadi memasukkan tangannya ke dalam saku jaket.

"Dingin ya? Mau pulang?" tanya Raven peka. Yara langsung menggeleng.

"Belum, Yara lagi gak mau pulang," sahut Yara.

Raven menaikkan alis.

"Kenapa? Ada masalah di rumah?" tanya Raven. Lalu menyesali ucapannya sendiri karena terkesan terlalu ikut campur.

"Eh maaf, pertanyaan saya bikin risih ya?" tanya Raven. Yara tertawa kecil.

"Enggak kok kak, biasa aja," jawab gadis itu, membasahi bibir sejenak, "Yara cuma lagi gak pengen ketemu Alif," sambungnya.

Raven menaikkan alis.

"Tumben, biasanya kamu sama dia terus," ceplos Raven. Yara tersenyum tipis.

"Iya, tapi kadang-kadang selalu sama dia itu bikin capek," jawab Yara tanpa sadar sudah jadi curhat.

Raven berdehem. Lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Ada masalah apa?" tanya Raven, "kalau boleh tau," sambungnya.

Yara menghela napas, lalu mengeratkan genggamannya pada kaleng soda yang sudah tidak dingin lagi.

"Tadi siang Alif ngajakin aku pacaran," lirih Yara namun berhasil membuat Raven melotot kaget.

"Hah? Pacaran?" ulangnya.

Yara mengangguk kecil lalu saat menyadari ekspresi kaget Raven, gadis itu jadi tertawa kecil.

"Enggak seperti yang kakak bayangkan kok, Alif ngajakin pacaran karena kami dijodoh-jodohin adek kelas," jelas Yara. Namun enggan menjelaskan lebih detail terutama soal pencalonan Alif jadi ketua OSIS.

"Trus? Kamu terima?" tanya Raven lemah karena hatinya terlanjur patah.

"Enggak lah kak, lagian alasan Alif ngajakin pacaran itu gak banget," ucapnya.

Raven menghela napas lega sambil menyandar ke sandaran kursi. "Syukurlah," lirihnya membuat Yara jadi mengerutkan kening heran.

"Ah iya, bicara soal sahabat, kadang-kadang mereka emang nyebelin," kata Raven tiba-tiba teringat sesuatu sambil mencondongkan tubuhnya kembali ke depan. Menatap Yara lekat.

Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang