Citra Alif

2.4K 284 43
                                    

Bismillah..

Empat tahun kemudian..

"Pagi kak Alif," sapa segerombolan adik kelas malu-malu. Alif tersenyum.

"Pagi adek-adek," katanya manis.

Alif terkekeh saat melihat gerombolan adik kelas perempuan itu berbisik-bisik girang di depannya.

Hehe, debut MOS nya memang berjalan dengan sempurna.

Selama libur semester dua, Alif benar-benar menghabiskan waktunya di sekolah. Bekerja keras untuk menyiapkan acara MOS. Tak sia-sia, Alif berhasil menjadi kakak kelas terganteng dan terbaik hati saat hari terakhir MOS. Membuat Alif yakin di pemilihan ketua OSIS nanti ia akan berhasil mendapatkan jabatan itu. Iya tujuan Alif bekerja keras tentu saja untuk mendapatkan posisi itu.

Strategi Alif setelah acara MOS tetap sama. Bersikap manis pada semua adik kelas dan memperbanyak fans. Karena Fans adalah senjata utama dalam memenangkan jabatan ketua OSIS.

"ALIIIF! KAN GUE UDAH BILANG, TUNGGUIN GUE DULU!"

Namun senyum kemenangan Alif seketika memudar saat mendengar teriakan itu.

Heh, kenapa gadis itu harus muncul di situasi ini sih!

"Eh, selamat pagi kak Yara," lirih salah satu adek kelas yang mengenali Yara sebagai salah satu anak PMR yang ikut dalam acara MOS. Yara tersenyum lebar, melambaikan tangan.

"Selamat pagi!" katanya ceria.

Alif mendecak. Ia paling malas kalau Yara sok akrab dengannya di sekolah. Pasalnya itu bisa mengurangi poin kakel idamannya. Apalagi waktu MOS tersiar kabar jika ia dan Yara berpacaran, membuat Alif langsung  menjelaskan kalau ia dan Yara hanya sebatas teman sekolah yang kebetulan bertetangga saja.

Karena itulah, walau Alif dan Yara sebenarnya selalu datang barengan ke sekolah, Alif jalan duluan. Ia tidak mau orang-orang tau kalau Yara datang ke sekolah bersamanya.

"Kakak sama kak Alif ke sekolah barengan?" tanya salah satu adek kelas, kepo.

"Iy-"

"Enggak!" kata Alif memotong agak ngegas membuat Yara mengedip kaget.

"Lho kan kita-"

"Kalau gitu kami duluan ya, bentar lagi upacara lho," kata Alif lalu berjalan duluan sambil menyeret tas Yara.

"Lo apaan sih Lif! Kan kita tadi datangnya barengan," kata Yara sambil melepaskan diri dari Alif.

"Sst diem, nanti citra kakel idaman gue jadi hilang kalau mereka tau gue pergi sekolah bareng lo," sahut Alif.

Yara mendengus.

"Citra-citra, lo kira produk pemutih," kata Yara lalu melengos, masuk ke kelasnya.

Alif mencibir lalu bersiap melangkah dari kelas gadis itu.

"Aduh si bambang, pagi-pagi udah berantem aja sama ayang, sini-sini cerita, kenapa bisa berantem," kata seorang cowok yang muncul entah dari mana mulai merangkul Alif sok akrab.

"Apaan sih lo Yan, ayang-ayang apaan," kata Alif malas.

"Tuh si Yara, kenapa mukanya butek banget masuk ke kelas abis lo anterin," kata Abyan polos.

"Butek mah bawaan dia dari lahir," kata Alif.

Abyan tertawa.

"Gak boleh gitu Lif, ntar naksir baru tau rasa lo," kata Abyan, Alif mendecih.

"Yara walaupun berisik banget kayak knalpot motor tapi banyak yang naksir tau," kata Abyan lagi.

Mendengar itu Alif hanya bisa memutar bola mata. Sudah hampir setiap hari ia mendengar kalimat semacam itu. Tapi gak pernah tuh Alif naksir Yara. Ya gimana mau naksir, pertemuan pertama mereka aja nggak banget.

Penulis Seleb [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang