[32] Answer

483 55 15
                                    

"Pril,"

"Hmm."

"Lo lagi deket sama cowok, ya?"

Aku menatap Nadiya sejenak sebelum menggeleng. "Kenapa memangnya, Nad?"

Nadiya mengendikkan bahunya. "Lo selalu main hp sekarang sambil senyum-senyum sendiri."

Buru-buru aku keluar dari whatsapp dan mengantungi hpku. Terkekeh sambil menyenggol bahunya dengan bahuku. "Gua kan sibuk bantuin lo deket Elang. Kapan gua ada waktu pdkt sama cowok, Nad?"

Padahal niatku bercanda tapi ekspresi Nadiya berubah murung. "Maaf ya, Pril. Karena gua, lo bahkan gak punya waktu buat diri lo sendiri."

Aku mengusap bahunya. "Gua bercanda doang, Nad. Btw, tumben lo gak minta bantuan gua? Udah nyerah?"

Nadiya menggeleng. "Enggak dong. Gua lagi mikir mau ngasih Elang apalagi. Saking seringnya gua kasih dia something sampe bikin gua bingung sekarang."

Aku ber-oh ria. Mengecek hp lagi, ada wa dari Elang.

From : bego

Udah 3 hari....

Daritadi dia mengirimiku pesan ternyata untuk mengingatkanku soal ini.

Aku mengetikkan balasan.

To : bego

Ntar malam gua jawab di pasar malam.

"Sebenarnya gua kepo."

Aku melirik Nadiya yang memperhatikanku dan ponselku.

"Siapa itu yang lo namain bego di hp?"

Aku melotot lalu terkekeh. "Kenapa?"

"Mau tau aja sih."

"Temen. Temen smp gua, Nad."

Bel masukan berbunyi, mengakhiri perbincangan kami.

•••

"No geprek."

Aku menatap Rama dengan memelas. "Please?"

Rama menggeleng. Berdiri dari duduknya. "Ntar lo sakit lagi," tatapannya jadi melembut ketika menatap Nadiya. "Lo mau pesen apa, Nad?"

Aku mencibir. Sudah aku pesan dilarang-larang, giliran Nadiya ditanyain sama Rama.

"Ram, kalo gitu makaroni pedas, ya?" Pintaku yang lagi-lagi mendapat gelengan membuat aku ingin melemparkan sepatu ke wajah Rama.

Nadiya terbahak. "Lo juga aneh-aneh. Ini istirahat pertama masih pagi mau mesan yang pedas-pedas mulu."

Aku mengerucutkan bibir. Tak sengaja menatap ke meja lain yang berisi Elang dan teman-temannya. Elang menatapku teduh membuatku buru-buru membuang pandangan.

Nadiya berdeham sembari merapikan rambutnya membuatku memperhatikannya. "Lo kenapa deh, Nad?"

Nadiya memajukan wajahnya lalu berucap pelan. "Kayaknya Elang lagi ngeliatin gua deh, Pril."

Aku kembali menatap Elang yang masih menatapku lalu meringis. Nadiya kini bercermin.

"Muka gua cakep seperti biasa kan, Pril? Gak ada kurang satu apapun?"

"Hooh. Muka lo masih lengkap. Masih ada 2 mata, 1 hidung, 1 mulut."

"Pril!!"

Aku terkekeh lalu terdiam ketika Rama datang. "Loh kok nasi uduk?"

"Biar kenyang."

"Ram,"

"Jangan banyak protes. Makan aja, Lan."

Menyimpan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang