Nadiya ceria sekali hari ini membuatku mendengus karena tau apa sumber keceriaannya. Bukan, bukan karena hari ini guru-guru sedang rapat melainkan karena ia hendak menonton Elang sepulang sekolah nanti.
"Lo juga nonton kan, Pril?" tanyanya dengan antusias membuatku mengangguk.
"Kan Rama juga main." Aku menggeleng ketika melihatnya terkekeh.
Ia membuka aplikasi instagram-nya. "Ayo live dulu. Gua mau ngobrol bareng followers gua."
Aku menatapnya aneh. "Ya lo aja gih! Ngapain ngajak gua?"
Ia mendengus lalu memulai siaran langsungnya. Karena ia duduk di sebelahku dan sengaja mendekatkan kursinya ke kursiku membuatku juga nampak di kameranya. "Iya, gua lagi di kelas, guys."
Aku mencibirnya membuat Nadiya mencubit pipiku lalu terbahak. "Iya, gua udah biasa diolok-olok ama ni anak. Tapi gapapa, gini-gini gua sayang kok." katanya lagi membuatku ikut melihat kolom komentar.
Ternyata tadi ada yang memberitahunya bahwa aku sedang menirukan gaya bicara Nadiya dengan mulut yang sengaja kumonyong-monyongkan. Aku jadi terbahak lalu tersenyum ke kamera. Beberapa pertanyaan mengarah kepadaku membuatku menatap Nadiya seolah bertanya. 'Ini ig lo, kan? Kok gua yang ditanya?'
Nadiya menatapku dengan senyum cantiknya. "Kan lo temen deket gua ya gapapa dong kalo mereka mau tau soal lo juga."
Aku mengangguk lalu menjawab beberapa pertanyaan itu hingga sebuah pertanyaan mengganggu datang.
Kak, yang pacaran sama kak Marcel siapa sih?
Aku dan Nadiya bertatapan. Nadiya menatap kamera lalu tersenyum lebar. "Gak ada. Kita bertiga just friend."
Aku hanya berharap Rama tidak menonton live Nadiya kali ini. Sudah satu jam dan Nadiya masih live membuatku bosan. Aku memainkan piano tiles di hpku saat kudengar Nadiya terkekeh.
"Gua lagi nunggu someone nonton live gua."
Aku meliriknya sejenak. Mau sampai kapan dia live kalau tujuannya agar dilihat Elang? Cowok itu bahkan jarang membuka ig-nya. Jangan tanya aku tau dari mana, jelas dari Nadiya lah. Dia sudah sering mengeluh padaku soal Elang yang tidak membalas dm-nya padahal dia juga yang bilang kalau ia jarang melihat Elang online.
Nadiya mengarahkan hpnya ke depanku membuatku langsung melihat banyak komentar.
Kak Nad naksir siapa sih? Bukan naksir kak Marcel ya?
Aku menatapnya. "Jawab lah."
Nadiya menggeleng membuatku menghela nafas. Aku kembali melihat komentar yang baru saja muncul.
Bukan woy! Kanad kan naksir kak Elang, iya bukan sih?
Masa pertanyaan begini ia serahkan padaku? Kalau aku jawab jujur nanti jadi heboh. Kalau aku diam juga netijen jadi berspekulasi macam-macam. Dasar manusia tidak pernah habis kepo dengan urusan orang lain. Aku tersenyum ke arah kamera tepat ketika Rama bergabung. "Guys, udahan dulu ya, gua sama Nadiya ada urusan nih, bye!"
Klik. Live selesai dan Nadiya menjitak kepalaku. "Gua nyuruh lo jawab! Bukan selesein live gua!"
Aku melengos lalu memakai earphone. Mengabaikan gerutuan Nadiya yang membuat kepalaku terasa mau pecah. Yang penting aku sudah menyelesaikan tugasku tadi dengan baik, kan?
•••
Aku sengaja memasukkan alat tulisku satu per satu ke dalam tas dengan perlahan membuat Nadiya berdecak kesal. "Buruan, Pril!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyimpan Rasa
Ficção AdolescenteSelama ini aku yang punya rasa lebih. Aku yang berharap kamu sadar tanpa harus kuberitahu secara langsung. Aku yang pengecut, bersembunyi dengan topeng persahabatan. Yang hanya diam karena sadar kamu menyukai temanku sendiri. Seperti itu hingga kini...