[31] Yes or No

491 45 15
                                    

"Lan,"

Aku tersentak, menatap Rama yang sedang menyuap buburnya sambil memandangku bingung.

"Lo ngelamun?"

Aku sedang sarapan bubur sebelum berangkat sekolah bersama Rama dan entah kenapa aku teringat ucapan Elang kemarin malam.

"Gua beneran penasaran sih lo ngapain ke taman sendirian? Takutnya ni lo ditempelin makhlus halus dari sana."

Aku memandangnya kesal. "Sembarangan. Lo kali yang ditempelin makanya ngeselin mulu."

Rama tertawa. Ia melanjutkan sarapannya ketika aku hanya mengaduk-ngaduk buburku.

"Dimakan, Lan. Lo kan belum sarapan di rumah tadi."

Aku menurut. Memilih menyuap buburku ketika sebuah wa masuk.

From : bego

Gdmorning....

Aku menahan senyumku. Lucu saja menyadari pesan itu dari seseorang yang kelihatannya cool dan selalu memasang wajah datar.

"Siapa itu bego?"

Aku mengangkat hpku ketika sadar Rama membaca wa Elang. "Kepo banget sih."

Ia mendengus. "Gua gak yakin itu bang Martin."

"Yang bilang ini bang Martin siapa?"

Rama mengendikkan bahunya. "Ya, gua nebak aja soalnya dia kan bego."

Aku menendang kakinya. "Gitu-gitu abang lo, Ram."

Rama mengangguk. Ia memilih kembali fokus dengan buburnya ketika aku mengetikkan balasan.

To : bego

Too...

Sekali-kali jutekin Elang gapapa, kan? Biar dia mikir, emang dia aja yang bisa cuek di dunia ini?

Aku menghabiskan buburku karena Rama sudah berdiri dan membayar bubur kami.

"Ayo, Lan."

Aku naik ke motor Rama. Sumpah, rindu sekali karena sudah sejak kami bertengkar aku tidak pernah dibonceng dia lagi.

"Gak mau peluk?"

"Gak. Gua gak suka lo lagi."

"Eh? Serius? Cepet banget cinta lo ilang? Ternyata lo cuma mempermainkan gua selama ini, Lan? Kenapa, Lan? Kenapa?"

Aku menggetok helm yang Rama pakai membuatnya mengaduh. "Lo alay sekali lagi, gua turun dan jalan kaki aja ke sekolah, Ram."

Rama terbahak. Ia mulai menjalankan motornya menuju sekolah. Hubunganku dan Rama sudah membaik. Kami sudah berteman lagi. Memasuki area parkir, aku mendengus melihat beberapa teman yang kenal kami memandang takjub sampai menganga.

"Wahhh udah baikan ya?"

"Wihh jangan-jangan jadian nih?"

"Pj lah kalo jadian, Cel."

Aku menatap tajam teman-teman Rama yang berisik kayak gosipan tetangga. Berjalan menuju kelas menghiraukan Rama yang hendak bicara. Bodo ah, segitu hebohnya masalahku kemarin hingga ketika melihat aku dan Rama sudah akrab, mereka kembali heboh membawa berita kemana-mana.

Nadiya yang bersandar di salah satu pilar dekat kelas tersenyum menatapku. Aku memandangnya sinis. "Napa lo pagi-pagi dah senyum gitu?"

"Lo udah baikan ya sama Marcel?"

"Lo udah denger bahkan ketika gua baru nyampai di depan lo ini, Nad?"

Nadiya terkekeh. Menunjuk dengan dagu gerombolan murid yang baru melewati kelas kami. "Denger dari mereka."

Menyimpan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang