[45] Prom Night

588 48 18
                                    

Aku terkejut melihat Rama yang sudah menyengir lebar di depan pintu kamarku. "Loh kok ada lo di sini?"

"Suka-suka gua lah."

Aku mengikutinya yang kini melangkah menuju dapur. Ia mengambil 2 kaleng milo milikku dari dalam kulkas dan menyerahkan salah satunya padaku. "Bukannya lo udah pergi, Ram?"

"Minggu depan gua pergi," ia memandangku kesal membuatku heran.

"Apa lagi?"

"Lo tuh kenapa gak ngingetin gua kalo kita ada acara perpisahan dan prom night? Untung aja gua sempet nguping bang Martin yang mau nemenin Nadiya cari dress."

Otakku sedikit berpikir lalu menjentikkan jari. "Ohiya, baru ingat."

Rama memutar bola matanya. Memandangiku aneh membuatku menatapnya nyalang. "Apa lagi, Ram?"

"Lo belum mandi ya?"

Aku terkekeh dan mengangguk. "Gua lagi marathonan drakor tadi."

"Jorok banget jadi cewek."

"Biarin yang penting gak jomblo." Aku memeletkan lidah pada Rama yang kini mendekat.

"Ngomong apa lo barusan?" Tangannya menggelitiki perutku membuatku terbahak lalu melangkah cepat menuju ruang tamu.

"Hahahaha udah, Ram udah." Aku mengusap air mataku yang keluar karena tak tahan geli. Mendudukkan diri di sofa ruang tamu.

Ia duduk di sebelahku dengan tangan yang kini asik memainkan ponsel. "Nanti lo pergi bareng Elang, Lan?"

"IYADONG!!"

"Santai, mbak. Gak usah sampai muncrat juga itu milo."

Aku mengusap bibirku dari bekas milo lalu meletakkan kaleng kosongnya di atas meja. "Lo datang bareng siapa?"

"Bareng lo."

"Gua kan sama Elang, Ram."

"Iya, tau." Rama menatapku dengan senyum jahil. "Tapi gua juga tau Elang bakal jemput lo pakai mobil. Yaudah sih tumpangin gua daripada gua pergi sendiri."

Aku mengendikkan bahu. "Terserah lo sih tapi ya semoga aja Elang mau nebengin lo."

"Harus mau dong! Gua aja bolehin dia macarin lo, masa giliran gua mau nebeng doang gak boleh?!"

Aku menampar pelan bibirnya. "Ngegas mulu mulut lo kayak cewek."

Bel rumah yang berbunyi membuatku meninggalkan Rama dan melangkah menuju pintu. Aku membuka pintu lalu menaikkan alis sebelah melihat Elang yang sedang berdiri sambil bersandar pada pintu yang tidak kubuka.

"Elang?"

Ia menoleh, memberiku senyum kecil sembari menatapku dari atas hingga bawah. Pandangannya berubah jadi datar membuatku menatapnya ikut datar.

"Lo pasti abis nonton drakor semalaman dan sekarang udah berdiri di depan gua padahal lo belum mandi."

Menahan tawa aku mengangguk. Membuka pintu lebih lebar sebagai tanda mempersilahkannya masuk. "Kok tua? Eh kok tau?"

Aku menjauh ketika Elang hendak mengacak rambutku. "Lo bau."

Ia mengaduh ketika lengannya kucubit keras. Enak saja mengataiku bau. Aku ini selalu harum, tidak mandi 7 hari 7 malam pun tubuhku tetap wangi. Eh tidak tau sih.

Tubuhku menabrak tubuh Elang yang berhenti melangkah. Aku menggeser tubuhku dan baru sadar tidak memberitahu Elang akan keberadaan Rama. "Biasa. Mau numpang makan itu anak pungut." Ucapku asal yang mendapat lemparan bantal sofa dari Rama.

Menyimpan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang