Part 2

524 22 1
                                    


Membayangkan Peter membuatku tak henti tersenyum.Anak itu selalu terlihat seolah kuat, padahal tak jarang dia murung karena hal-hal yang membuatnya tersinggung,Peter adalah seorang anak yang sangat sensitif dan mudah marah, namun sering kali menyembunyikan kesedihannya dengan amarah yang meletup-letup.


  Jika biasanya aku kesal dengan segala tindak-tanduknya malam ini tiba-tiba aku merasa sangat rindu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan Peter Van Gils.Anak itu memang menyebalkan, namun ternyata, sikap menyebalkan itu diam-diam selalu membuatku senang.


   Sejak dulu, tak ada satu hari pun yang terlewatkan tanpa perdebatan antara diriku dan Peter, sementara anak-anak lain mencoba mendamaikan kami dengan berbagai cara.Kami yang sama-sama keras kepala tak pernah mudah luluh oleh bujukan anak-anak lain untuk berdamai.Akhirnya, kami sendiri yang menemukan solusi untuk saling menerima kesalahan dan mulai berdamai dengan sendirinya.


   Diantara mereka, bisa dibilang Peter lah yang paling kukhawatirkan.Karena tak ada yang bisa mengendalikan anak itu selain William, aku, dan Marrianne.Tapi, setidaknya jika kelak aku tak ada, mungkin dua anak itu bisa membuat Peter tak terlalu nakal dan selalu membuat onar dengan sikap keras kepalanya.


   Justru yang kukhawatirkan adalah Hendrick.Setelah menulis cerita tentangnya dibuku Hendrick, aku mulai selalu merasa was-was terhadap anak itu.Dibalik sikapnya yang tenang,Hendrick bagai gunung berapi aktif yang siap meledak kapan saja.

 
  Aku mulai menulis surat berikutnya,yang kutunjukkan untuk Hendrick




             🍁


Teruntuk si anak Tampan,
Hendrick konnings


Menjauhlah dari anak-anak lain jika kau membaca surat ini, aku tak ingin mereka membaca isi tulisanku untukmu.


Hendrick, jika saat membaca surat ini ternyata aku telah benar-benar mati, aku ingin kau tahu bahwa aku sangat peduli padamu.Aku yakin, kalian semua pasti akan bersedih atas kematianku.

Namun, aku sangat yakin, kau yang paling bersedih atas kepergianku ini, walau dimata anak-anak lain kau mungkin terlihat tegar dan selalu bermain-main, seolah tak peduli pada kematianku.

Aku mengenalmu, lewat cerita yang kutulis,lewat berita yang kudengar, dan lewat persahabatan kita sejak aku kecil dulu, sampai akhirnya aku pergi meninggalkan kalian.Walaupun kau selalu terlihat riang dan senang, tapi aku tahu kau adalah anak yang paling rapuh diantara yang lain (kalau kau tak mengerti arti kata rapuh, coba tanyakan saja pada Norah atau Sarah).Ya, aku memperhatikanmu dari waktu ke waktu.Ada kerinduan dimatamu, ada luka yang mendalam yang membuatku selalu ingin memelukmu jika aku bisa melakukannya.Sayangnya, aku tak bisa melakukan itu, dan kau juga tak akan mengizinkan aku memelukmu.Hahaha!

Hendrick, aku memang belum berhasil membuatmu selalu bisa mencurahkan isi hatimu dengan leluasa.

Namun, jika kau membaca suratku ini, tolong berubahlaj.Kau tak akan bisa menahan beban sendirian, dan kami semua tak akan tahu begitu saja, jika kau tak pernah mencoba membaginya dengan kami.Aku, Hans, Peter, Janshen, William, selalu ada untukmu.Meski aku tak lagi ada, setidaknya cobalah bercerita pada anak-anak itu.Kami semua sangat peduli padamu, dan kami tak tahu bahwa kau sedang bersedih, kau sedang kecewa, kau sedang terluka.

Tahukah kau? Kami sering mengikutimu diam-diam.Saat kau tiba-tiba pergi meninggalkan kamarku tanpa bicara, atau saat kau tiba-tiba minta izin untuk tak ikut kami jalan-jalan ke lembang, padahal kami tahu kau sangat menyukai suasana Lembang.Biasanya kami mencarimu, Hendrick, kami tahu kau akan pergi kemana, dan kami memperhatikanmu dari kejauhan.


Anak-anak itu, para sahabat mu, tak ada yang berani untuk mendekati mu, meskipun mereka semua sangat ingin melakukannya.Aku sendiri sama seperti mereka, takut menghadapi mu, yang mungkin tak suka jika urusanmu dicampuri.


Namun kini, hal itu jadi salah satu yang kusesali.Sebagai yang paling tua, seharusnya aku bisa membuatmu lebih terbuka dan bercerita tentang apa saja kepada kami semua.Nyatanya aku gagal, karena aku terlalu takut kau akan marah dan tersinggung seperti waktu dulu lagi.



Melalui surat ini, aku ingin mengajukan sebuah permohonan kepadamu, Hendrick,Kumohon mulai sekarang, ceritakanlah apa yang kau rasakan kepada anak-anak lain.Baik senang maupun sedih, bercerita lah tentang apapun, agar kau tak merasa sendirian dan kesepian.


Tak perlu terus berpura-pura riang jika memang kau sedang merasa tak kuat untuk tersenyum.Kau bisa menjadi apapun didepan kami semua, karena seorang sahabat ada untuk menerima kelebihan serta kekurangan sahabatnya tanpa syarat.Kuharap kau mau mengabulkan permohonanku ini.

Kenanglah aku dengan baik Hendrick.Aku akan mengenangmu sebagai anak pintar, penyayang, dan tentu saja.... Sangat tampan.Kuharap kau akan segera menemukan apa yang selama ini kau cari, bertemu dengan apa yang kau tunggu.Selamat berpisah, Hendrick Konnings.






Aku menyayangimu,


Risa







             🍁

Air mataku menetes, perasaan ku remuk redam bagaikan seseorang yang benar-benar akan pergi meninggalkan mereka.


 

  Bagaimana kalau mereka tiba-tiba datang sekarang,ya? Aku yakin mereka semua akan menertawakanku jika tahu alasan ku menangis dini hari ini.Kantuk mulai menyerang kedua mataku, rasanya ingin kembali tidur.



  Namun, setelah diingat lagi, aku takut mimpi buruk tadi datang kembali.Jadi, aku memutuskan untuk tetap membuka mata lebar-lebar, karena masih ada surat lain yang harus ku tulis.


  Hans, ya... untuk Hans.


  Dia yang sangat perasa dan tak kalah sensitif nya dengan Hendrick.Dia yang menjadi sosok sahabat terdekat ku setelah aku beranjak dewasa.Dia yang tak pernah absen saat kuajak jalan-jalan entah ke pusat perbelanjaan atau sekedar ke Minimarket.Aku tahu, jika kelak aku mati dan tak bertemu dengannya lagi, dia akan merasa sangat kehilangan diriku, yang kerap Mewujudkan keinginannya untuk memasak.



     

            🍁

Senjakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang