Silam

700 36 15
                                    


Hans:"Ayo masuk, psssssst.. Dia sedang menangis, hihi!"

Janshen:"Dia tidak akan memarahi kita, kan?"

Peter:"Kita balas marahi saja!"

William:"Hush, kau bahkan tak tahu kenapa dia menangis!"

Hendrick:"Ah, kupikir sama saja penyebabnya, laki-laki!"

Janshen:"Laki-laki jelek... Hahahaha!"

Peter:"Seolah kau ini tampan, ompong!"

Janshen:"Peter!"

Peter:"Ompong!"

Hans:"Ssssttt!"

Aku:"Memangnya aku ini tuli, ya? Ayo masuk! Kalian hanya menakuti saja, cepat semua masuk!"

Anak-anak itu akhirnya mendatangi ku.Rupanya, Hans yang tadi sempat datang memberitahu anak-anak lain bahwa ada yang tak beres dengan ku.Kelima anak nakal itu sembunyi-sembunyi mencoba masuk, tetapi suara mereka terdengar sangat jelas ditelinga ku, meskipun kelimanya berbisik-bisik.

"Kenapa kalian datang kemari?" Tanyaku, Pura-pura keheranan.Padahal, aku tahu ini pasti akan terjadi.Tentu saja Hans tak akan membiarkan aku menangis sendirian, dan kelima anak itu sebisa mungkin akan menyambangi ku jika tahu ada sesuatu tak beres dengan ku.

"Kudengar kau tadi menangis?" William blak-blakan menanyai ku.

Kulayangkan pandangan pada Hans, dan anak itu langsung mengalihkan pandangannya, tak mau bertatapan dengan ku.

"Ya, aku sedang bersedih," Jawabku tanpa menutup-nutupi.

Mereka berlima mengerubungi aku.

"Apa yang kau pikirkan,Risa?" Tanya Janshen dengan tatapan polosnya.Mau tak mau bibirku tersenyum, melihat nya begitu sok dewasa saat menanyai ku.

"Bukan hal penting.Aku hanya lelah dan merasa sendirian.Itu saja," Jawabku sambil menatap mata mereka satu persatu.

"Kau berlebihan, rasanya bohong jika kau bilang kau ini sendirian.Saudara mu banyak, temanmu apalagi.Belum lagi kami, yang setiap saat datang untukmu.Jangan membuat keadaan menjadi rumit,Risa." William menatapku lekat-lekat.

Aku tersenyum, lalu mengangguk perlahan.Air mataku meleleh, padahal tak ada hal sedih yang perlu kutangisi.Hanya saja, Kata-kata William terasa menamparku keras, dan mendadak aku merasa jadi orang paling tak bersyukur didunia.

"Iya, memang aku sedang sangat berlebihan.Dan aku hanya rindu kalian, sengaja aku menangis agar kalian datang malam ini... " Aku berbohong.

"Ohh Risa, manis sekali... "Janshen tersenyum, memperlihatkan gigi ompong nya kepadaku.

"Kami terpaksa kabur dari Norah!sekarang apa imbalanmu untuk kami,Risa?" Peter bersungut-sungut sambil mulai mengelilingi kamar.

Anak itu memang kurang pandai berempati.Padahal, barusan aku dan beberapa di antara mereka telah melakukan percakapan yang manis dan melankolis.

Namun, dia tak berusaha menghibur dengan kata-kata halus, seperti yang will dan Janshen ucapkan tadi.Sama seperti Peter, Hendrick juga hanya tertawa-tawa mengatai Hans, bahwa anak itu juga sama berlebihannya denganku, karena telah memberitahu mereka bahwa kondisi ku tak baik-baik saja, sehingga mereka mengkhawatirkanku.

"Sudah, sudah, sini duduk bersamaku.Aku akan bercerita lagi pada kalian malam ini,mau?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Mauuu!!!" Peter melompat riang, lalu duduk dibagian kanan tempat tidurku diikuti oleh anak-anak yang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senjakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang