Untuk sahabat yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri,Hans Joseph Weel
Hallo Hans, tolong jangan memasang wajah cemberut seperti itu.Percayalah, kau tak terlihat sedih dengan wajah demikian,malahan menurut ku, kau terlihat marah dengan bibir ditekuk khasmu itu.
Jangan bersedih, karena aku akan menangis jika melihat mu begini.Hans, aku meminta mu untuk memeriksa isi lemari bajuku.Dirak paling atas, aku menyimpan buku berwarna-warni.Sengaja tak kuberikan kepadamu langsung, karena aku ingin memeberi kejutan spesial untuk mu.Selama ini, aku mengumpulkan buku-buku itu, isinya pasti kau akan sangat suka.Tentu saja, buku itu berisi resep masakan, berasal dari berbagai penjuru dunia!
Jika malas membacanya, minta tolong saja pada William untuk membacakan isi tulisan didalamnya.Banuak kue-kue kecil yang sepertinya mudah untuk kau buat.Hans, aku yakin kau akan suka sekali isi buku itu!
Sudah jangan menangis, aku tak mau kau bersedih atas kepergian ku ini.Tenang, akan ada manusia yang membantu mu membuat resep-resep itu.Kau bisa minta bantuan saudara-saudaraku, mereka pasti akan mengizinkan mu untuk berbelanja bahan masakan bersama mereka.
Hans, terimakasih telah mengisi kekosongan hari-hariku selama ini.Saat semua memiliki kesibukan masing-masing, hanya kau yang setia datang menemaniku.Kau selalu jadi yang pertama tahu segala berita dalam hidup ku, dan kau pula yang mengabari teman-teman yang lain, sampai akhirnya kita semua kembali berkumpul.
Jangan tersinggung jika mereka sering mengejekmu.Dimataku, kau adalah anak laki-laki yang kuat dan hebat, tidak seperti anak perempuan.Anggap saja ejekan-ejekan itu adalah sebagai bentuk tanda sayang mereka kepadamu.Kau tak perlu bersedih, karena memang sesungguhnya mereka sangat menyayangimu.
Apakah kau ingat saat dulu hampir setiap minggun kita mengirim surat untuk Oma Rose lewat kotak pos? Sebenarnya aku tahu, surat-surat itu mungkin tak pernah sampai pada Oma Rose, karena bahkan kau tak tahu dimana Oma Rose berada.
Awalnya aku merasa kau ini sangat aneh, namun Hendrick, Will, dan Peter, meminta ku untuk mengabulkan keinginan mu, meski hal itu adalah hal yang sangat tak masuk akal.Mereka bilang, mereka ingin melihat mu kembali cerita.Dan mereka bilang, biarkan Hans bermimpi seperti kami, yang masih punya mimpi bahwa orangtua kami akan kembali datang menjemput.
Hans, aku dan mereka benar-benar menyayangi mu.Jangan berkecil hati, karena ada kami yang akan selalu menjaga mu agar tak lagi bersedih.
Meskipun mungkin kita tak akan bertemu lagi, aku akan mencoba mencari Oma Rose untuk menyampaikan kepada nya, bahwa ada seorang anak baik yang menantinya datang menjemput.Tetaplah menjadi anak yang baik dan bijaksana,Hans.
Aku akan sangat merindukan mu,
Risa
🍁
"Risa, psssssst! Sedang apa kau? Kenapa matamu bengkak begitu?" Tiba-tiba saja Hans muncul dari balik pintu kamar.Kaget rasanya melihat anak itu datang.Aku tak menyangka dia akan muncul.Padahal, yang aku tahu, malam ini kelimanya tak bisa datang.
"Ada apa, Hans? Kenapa kemari malam-malam begini?"tanyaku sambil coba menyeka kedua mataku yang masih basah.
"Aku hanya ingin menengok mu, tiba-tiba saja aku teringat padamu.Ada apa, Risa? Kau membuat ku khawatir."Wajahnya mendekat ke wajahku, keningnya berkerut keterangan.
"Tidak, aku tidak apa-apa.Hanya sedang terlalu banyak pikiran.Tadi aku bermimpi buruk hingga sulit untuk tidur lagi.Sekarang, aku berusaha mengalihkan mimpi buruk itu dengan menulis.Tak apa-apa, Hans.Aku baik-baik saja." Jawabku sambil tersenyum menatapnya.
Anak itu balas tersenyum,walau jelas terlihat ekspresi nya sangat kaku.
"Kalau begitu, aku pergi saja.Kau kan tak suka kalau diganggu saat sedang menulis?" Dia bertanya lagi.Ku anggukkan kepalaku tanda setuju.Bukannya tak suka akan kedatangannya, tapi aku benar-benar malu dan bingung berhadapan dengan anak ini.Sama seperti yang lain, Hans juga merupakan anak yang sangat kritis.Dia akan terus menerus mencecarku dengan pertanyaan untuk mendapat jawaban yang memuaskan atas mata bengkak ku dini hari ini.
Tak seperti biasanya, dia mengangguk, tersenyum, lalu berlari meninggalkan kamarku dengan tergesa.
Kuembuskan napas lega, karena akhirnya Hans pergi meninggalkan ku sendirian.Lebih baik ku teruskan saja menulis surat-surat ini.Tinggal William dan Janshen, biar ku satukan saja suratku untuk William Dan si ompong, karena sudah pasti si ompong tak akan bisa membaca isi surat ku ini jika bukan William yang membacakannya nanti.
🍁