"Pernah tidak kau berpikir bahwa kelak kau duluan yang akan pergi meninggalkanku? Apakah kalian pikir aku akan menahan kalian untuk tetap tinggal? Tidak Peter, tentu saja tidak.Aku akan membiarkan kalian pergi, meski sesungguhnya hatiku menginginkan kalian tetap disini menemaniku.Seorang sahabat yang baik tidak akan menghancurkan kebahagiaan sahabatnya sendiri,bukan?" Aku berkata sambil menatapnya.
Anak itu tersenyum,lalu mengangguk pelan."Ya,Risa.Aku mengerti...."Jawabnya sambil terus tersenyum.
"Jangan berpikiran buruk tentang aku.Kalian semua tahu aku sangat menyayangi kalian,mungkin lebih dari apapun.Yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar kalian bahagia,dan akhirnya menemukan jalan untuk pulang.Aku tak mau kalian terus-menerus berada disini,menanti sesuatu yang entah kapan akan benar-benar datang."
Peter membelalak,lalu menatapku dengan sinis.
"Tolong,jangan hancurkan mimpiku mimpi sahabat-sahabatku.Kami masih yakin,mereka semua akan datang menjemput kami.Mama,Papa, atau siapapun yang dulu kami kenal dan sayangi.Jika harus pulang,kami harus bersama mereka.Tidak berlima atau bahkan sendirian seperti sekarang.Ingat itu,Risa."
Aku menghela napas panjang.Lagi-lagi,kalimat yang kuucapkan pada Peter menyulut amarahnya.Anak itu sama sepertiku, cepat tersulut bagai sumbu kompor pendek yang mudah terbakar kapan saja.Mungkin karena karakter yang hampir sama,kami lebih mudah bertengkar daripada anak-anak lain.
Jika tidak ada William atau anak-anak lainnya,mungkin aku dan Peter akan lebih sering bertengkar.Seperti saat ini,ketika kami hanya bicara berdua,tanpa ada anak-anak yang lain.
"Bukan begitu maksudku! Kau ini mudah sekali marah,ya! Padahal kau tak tahu apa yang sebenarnya ingin ku bicarakan! Kau kurang pintar menyerap kata-kataku!"Ujarku setengah berteriak.
"Menyerap? Apa itu menyerap? Pakai kata yang mudah,Risa!Aku ini hanya anak kecil! Seharusnya kau mengerti bahwa aku ini anak kecil,dan kau orang dewasa!salah sendiri bahasamu sulit dimengerti!kau sendiri bodoh,tak tahu caranya bicara dengan anak kecil sepertiku!" Suara anak itu tak kalah tinggi dari suaraku.
"Percuma bicara panjang lebar denganmu,dasar anak keras kepala!sana, main saja bersama teman-teman kecilmu!kau memang anak kecil yang hanya tahu main dan menyusahkan orang lain!" Ku angkat tangan kananku, bermaksud menyuruhnya pergi dari kamarku.Sebal rasanya diperlakukan seperti ini olehnya.Dulu, mungkin aku tak pernah melawan.Namun,akhir-akhir ini kerap memarahinya,agar dia mengerti caranya bersikap pada orang lain.
Jika sudah seperti itu, dia akan berdiri, menatap bengis ke arahku, lalu pergi meninggalkan kamarku dengan tergesa-gesa dan marah.
Setelahnya, aku akan mencoba mengendalikan emosi sambil berpikir bahwa yang kukatakan kepadanya itu benar,dan yang kulakukan kepadanya adalah hal yang wajar.
Sayangnya, pada akhirnya aku selalu merasa bersalah dan menyesal telah mendebat anak kecil itu.Ya, benar katanya.Dia hanya anak kecil yang tidak banyak mengerti tentang pikiran orang dewasa sepertiku.Seharusnya aku memperlakukan dia lebih baik dan penuh kesabaran.
🍁
Dalam benakku, aku selalu pusing memikirkan bagaimana nanti, jika suatu saat tak ada aku lagi didunia ini,ya? Apa yang akan mereka lakukan jika aku telah tiada? Biar pemarah begini,mereka selalu merasa nyaman ada di sekitarku.Bahkan, mereka tak sungkan untuk meminta bantuanku, tatkala mereka diganggu oleh si wanita jelek atau makhluk-makhluk yang mereka anggap mengerikan.Padahal,mereka tahu aku ini penakut,tidak bisa di andalkan dalam menghadapi hantu.Namun,tetap saja aku yang menjadi tempat peraduan mereka.
Anak-anak ini sudah terlalu bergantung kepadaku, sampai-sampai sempat aku merasa khawatir, Jangan-jangan selama ini aku sulit mendapat pasangan yang cocok karena mereka tak menghendakinya.Lalu, bagaimana caranya jika aku kelak berkeluarga dan memiliki anak? Pertanyaan-pertanyaan itu tak jarang hinggap di kepalaku. Lambat-laun, aku selalu menangkis nya dan menganggap semua ini memang karena belum saatnya.biar bagaimanapun, aku punya kehidupan didunia yang masih harus aku jalani tanpa adanya ganggu dari mereka.
Yang justru kerap menghantui adalah bagaimana jika kelak aku tak ada lagi untuk mereka? Apakah mereka akan mencari orang lain yang seperti aku?
🍁
Nanti aku lanjut lagi hari Kamis yaa guys..
Semoga suka..😊