Suasana tampak semakin menegang ketika Setyo sudah pulang dan ternyata Arez sudah menunggu di kontrakannya. Setyo langsung pulang setelah mereka makan kerang dan membeli brownies keju kacang kesukaannya.
"Aku sudah bilang, malam aku kesini, kenapa kamu malah nggak ada? Darimana kamu?" Arez mulai mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Siapa yang menyuruh kamu kesini?" Ghalea menjawab tidak kalah lantang, dia menaruh bawaannya ke dapur, mengabaikan Arez yang tadi menyuruhnya duduk.
"Kamu memang hobi menjual diri demi makanan seperti ini?" Arez menunjuki makanan yang masih ada dimeja, hadiah permintaan maaf dari Setyo.
Ghalea mengabaikan kalimat pedas Arez yang sangat tidak menyenangkan telinganya. Dengan santai dia mengambil somay langganan kesukaannya dan memakannya tepat di depan Arez.
"Kamu tidak bisa menghargai aku?"
lelaki dihadapannya geram, merasa tidak diindahkan.
"Ah, Fotografer, sedang apa disini?"
"Ghal, tidak lucu, aku tidak mungkin mengenalkan kamu kepada mereka dengan keadaan yang seperti itu,"
"Itu tadi siapa beb?" kali ini kalimat Ghalea terkesan mengejek menirukan perempuan genit yang memanggil Arez 'beb'.
"Ghal, dia hanya rekan kerja aku, nggak lebih."
Ghalea meletakan makanannya, meneguk air sampai habis sambil mempertahankan raut muka datarnya.
"Setyo juga rekan kerjaku tidak lebih, seperti kamu yang membiarkan mereka memanggilmu seperti itu, aku juga akan membiarkan Setyo atau rekan kerjaku yang lain mencurahkan perhatian mereka kepadaku, bukankah itu tidak merupakan kesalahan?"
"Ghal,"
"Mas, aku menghindari Setyo demi menyamankan kamu, aku berusaha mati-matian membela kamu ketika teman-temanku mulai meremehkan apa pekerjaanmu, bagaimana bahkan perhatianmu tidak ada, ketika semua temanku berebut memberi perhatian kepadaku. Intinya, aku merasa kamu meremehkan apa yang selama ini sudah aku lakukan untukmu,"
"Kamu kira bagaimana dampak reputasiku kalau aku tadi mengenalkanmu kesitu? Terlihat singel sangat lebih baik bagiku Ghal,"
Muka Ghalea memerah menahan marah, sungguh manusia satu ini sangat meremehkannya.
"Then why?" sahut Ghalea lemah, dia ingin, oh tidak, dia mulai menangis lagi.
"Aku mengenalkan kamu dengan bangga, kepada rekanku--" terjeda karena Ghalea terisak. Lalu dia menyedekapkan tangannya, kemudian mulai memindai Arez dari atas ke bawah.
Ghalea menyondongkan tangannya kedepan, "Ini!" jeritnya.
"Ini lho, Arez, pacarku. Manusia yang sangat aku cinta sejak dulu. Inilah sosok laki-laki kenapa aku tidak jatuh cinta dengan Ibra, Setyo, atau siapapun yang ada dan dekat dengaku," ungkap Ghalea.
"Kenapa kamu membuat apa yang sudah aku lakukan terlihat seperti hal yang sia-sia?"
Ghalea kini terdiam, sedikit mengeluarkan kesal yang memang dia pendam dari tadi. Andai saja dia laki-laki tidak hanya kata yang keluar, baku hantam yang dia lakukan.
"Ghalea..." Arez menghampiri perempuan yang tengah menangis itu.
"JAngan merendahkan dirimu karena cemburu dengan perempuan seperti itu," dia melanjutkan sambil mengusap tangannya.
"Bukan rasa cemburuku yang merendahkan diriku ya, tapi, kamu," sanggah Ghalea sambil melepas tangan Arez.
"Ghal," Arez kini berdiri dan merangkul Ghalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
RomanceBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...