Setyo kaget dan terlonjak, seketika dia berseru, "Apaan-apaan lo Le? Pakai baju yg bener dong!"
Terlihat jelas Ghalea yang selama ini bernuasa kolot, mengenakan dress on shoulder yang super mini membuat ya terlihat seperti Rose blackpink kalau dilihat dari lubang semut.
"Lah, sama lo ini. Bagus enggak?"
"Ganti ah!" Setyo bersikeras sambil mendorong Ghalea untuk masuk ke kamarnya.
Ngomong-ngomong mereka tadinya diruang tamu, hari ini Ghalea dan Setyo berencana belanja bulanan bersama. Tadinya Ghalea mau pergi bersama Arez saja, tapi pacarnya ternyata sibuk, ada pekerjaan di luar Kota. Maka dari itu, karena kulkas Ghalea sudah kosong melompong, dia mengajak Setyo sebagai gantinya. Seperti biasa, Setyo memang selalu menyediaikan waktu untuk sohibnya ini.
"Ngapain juga sih lo pake baju gituan, kapan lo beli? Udah bener pakai kemeja aja, gak pakai ribet." Setyo mulai berpidato dari ruang tamu dan Ghalea mendengarkan sambil menukar pakaian dikamarnya sendiri."Iya pengin aja. Abis kalo liat fashionnya cewek yang difoto Arez begitu sih Yo, cute gitu."
Ghalea sudah berganti dan benar-benar menjadi Ghalea. Kemeja coklat tanpa corak dan pants 3/4 yang menjadi andalan melekat pada tubuhnya. Rambut hitamnya dikuncir kuda. Manis, tapi tidak bikin diabetes.
"Lo juga punya pesona sendiri kali, kalau enggak ya ... mana mau kan dia sama lo. Kalo menurut gw sih, pakai yg bikin lo nyaman." Setyo yang sekarang sudah berhadapan dengan Ghalea menyarankan."Nah. Ini. Ghalea Kusumawardhani." Sekali lagi Setyo berkomentar setelah Ghalea menyandang tas selempangnya. Berwarna maroon, yang lagi-lagi tanpa corak.
Bergaya clasik adalah Ghalea.
"Kayak ibu-ibu ya?"
"No babe, muka lo cocok kok kalau sama anak smea."
"Smea? Tua banget lo, sekarang gw yakin, gw muda sih."
"Eh bgsd bukan gitu ... Jangan gitu dong, ini gw balik nih, gajadi anter lo belanja."
"Iye iye, baperan lo. Yok ah."
Mereka kemudian bergegas keluar dari kontrakan sempit Ghalea dan meluncur ke pusat perbelanjaan di kota. Setelah Xtrail hitam Setyo masuk dengan mulus diparkiran mereka berdua bergegas Masuk. Enaknya menjadi tenaga medis yang punya sistim kerja shift adalah libur mereka bisa jadi bukan weekend. Seperti sekarang ini, hari Kamis pukul 11 setelah dihajar Dinas malam. Hari ini dan Jum'at besok Ghalea serta Setyo serasa mendapat cuti panjang.
"Nonton dulu gimana? Lo suka DC kan, Birds Pray dah tayang nih." Setyo mengusulkan.
Ah bukan, dari awal memang dia ingin mengajak Ghalea nonton. Cuman, karena dia yakin kalau diajak jauh-jauh hari Gahlea akan menolak, dia memilih mengajaknya secara random seperti sekarang. Sesuai prediksi walaupun ragu Ghalea mengangguk saja.
"Gw udah ada tiket sih," Ghalea berujar pelan saat mereka bersisian di dekat loket pembelian.
"Hah?"
"Iya, tadinya gw mau ajakin pacar gw nonton siang ini, tapi... dia kerja.""Lah, lo maunya nonton sama pacar lo?"
Setyo bertanya sabar, dia juga tidak hobi-hobi amat sama DC sih, dia anak Marvel dan lebih menjunjung tinggi Thor daripada Superman. Tapi dia tau, Ghalea tertarik dengan Harley Quinn sejak mereka nonton Suicide squad bersama.
"Ngga. Ngga gitu. Sekarang juga gapapa. Gw udah bilang sama dia, katanya nonton barengnya lain kali aja. Tadinya gw mikir yaudah gapapa, gw bisa nonton dua kali." Ghalea berusaha melucu, tapi tidak ada yang tertawa. Kemudian dia berusaha lagi, "Duit tiketnya bayar ke e-wallet gw ya."
"Lee, klaau ngga bahagia, mending putus aja. Klaau ada film yg mau lo tonton langsung gas aja. Jgn menggantungkan kebahagian ke orang yang sama sekali ngga peduli. Hasilnya kecewa."
Ceramah setyo hanya dihadiahi anggukan dari Ghalea. Tadi dia senang, kenapa sekarang jadi sangat sedih begini. Dan Arez kenapa tidak ada kabar sama sekali, bahkan ditelfon juga tidak nyambung. Sangat aneh sekali, karena setaunya Arez tidak penah menonaktifkan ponselnya atau data seluluernya.Film mulai berputar, popcorn yang tadinya penuh sudah berkurang separuh.
Matanya menatap ke depan, dia melihat Setyo terbahak-bahak saat Harleey Quinn ditampar.
"Yo, gw ke toilet dulu," dia berdiri melewati Setyo demi ke kamar mandi.
Ingin ke tolet disaat film berputar adalah hal yang tidak diinginkan siapun yang sudah membeli mahal tiket. Tapi sekarang tanpa desakan kantung kemih Ghalea dengan kerelaan hatinya memilih bangkit dan berkunjung ke bilik kecil tersebut.
Toilet sepi, untung saja, jadi Ghalea bisa menagis disini. Menangis tanpa suara dengan melihat pantulan dirinya pada cermin lebar di wastafel.
Sudahlah, harusnya dia tertaa dengan aksi lincah Harley Quinn, bukan meratapi nasib begini. Setelah memastikan wajahnya agak segar dia melangkah keluar.
"Lho, Yo?" dia keheranan, sang sahabat sudah anteng di pintu masuk toilet wanita.
"Lo ngapain?" tanya Ghalea.
"Nungguin lo. Mau pulang aja?"
Ghalea tersenyum, rasanya ingin memeluk Setyo saja. Sahabatnya ini ... tiada duanya.
"Lo enggak mau lihat Harley Quinn lagi, lo ketawa paling kenceng lho tadi. Harusnya kan dinikmatin aja nontonnya, malah nyusulin gw."
Setyo menggeleng, sekali lagi, ya, dia anak Marvel bukan DC!
"Balik makan apa balik nonton nih?"
Setyo masih sabar dengan ulah Ghalea, dia tentung saja melihat sinar kuyu mata yang sebelum bertemu dengan --yang tidak ingin dia sebutkan namanya itu-- selalu berbinar bahagia setiap melihat makanan sekarang yang tampak hanyalah beban.
"Nonton lagi aja, kan udah bayar." Jiwa tidak mau rugi Ghalea ternyata masih menempel permanen.
Mereka berjalan bersisian, ternyata studio dua, studio samping mereka nonton sekaligus yang paling dekat dengan toilet, terbuka. Film yang disana ternyata sudah selesai, gerombolan manusia mulai keluar, berpasang-pasangan.
"Yo ... Pulang." Ghalea mencicit pelan, menarik jaket Setyo agar seolah tampak seperti pria yang kebingungan ini memeluk dirinya, agar dia bisa menyimbunyikan wajahnya.
"Lee, kenap--"
Perkataan itu tidak perlu ia lanjutkan, karena matanya juga melihat yang tadi dilihat Ghalea.
"Wah, gw hajar nih!"
Hampir saja Setyo bertimgkah brutal kalau Ghalea tidak mencengkeram bajunya.
"Di sini ... aja ... " pinta Ghalea, di tengah kerumunan, di dalam dekapan, Ghalea menangis lagi, semampunya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
RomantizmBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...