Ghalea - Bab IV . Lucifer

45 8 2
                                    

Angin topan apa yang melempar jasad berjiwa lucifer bernama Arez kedepan halaman kontrakan Ghala yang mungil???

"Tidak memberi sumbangan," ucap Ghalea ketika mata mereka bersirobok. Sumpah! Dia lelah, lebih butuh tidur daripada Arez.

"Aku minta minum,"

"Cuman ada air keran,"

"Kamu bisa masakkan dulu untukku,"

"Gasku habis,"

"Kebetulan, bisa kubelikan,"

Cih, kesabaran Ghalea yang habis, ia akhirnya memilih menyerah dan memutar kunci. 

Hah, sungguh kesialan ganda.

Langsung lurus menuju wastafel dekat dapur sambil sebelumnya menjawil gelas dan memenuhi gelas tersebut.

"Air keran," ujar Ghalea,

Maunya sih ngasihnya disiram, tapi ia tidak ingin mengepel lantai, ia ingin tidur.

Arez melipat bibir yang nyaris menyembur tawa, sementara gadis didepannya sudah menyandarkan kepala didipan dengan mata terpejam.

Manis,

Dia sangat gula, apalagi lesung pipinya yang ganjil, kerap meramaikan suasana. Dan juga, mata yang sedang terpejam itu apabila terbuka, tajam menusuk seakan-akan tau setiap inchi isi kepala.

"Aku lelah," ucap Ghalea lemah serta letih terdengar dalam suaranya. Arez berhenti merenung.

Gadis ini tidak pernah lari dan ia tidak ingin berhenti.

"Kamu bisa beristirahat, jaga malam sudah menyita waktu tidurmu kan?" Arez berkata rendah seolah semua wajar-wajar saja. 

"Ah hampir lupa, aku kemari membawa bingkisan dari Mama, aku taruh meja ya,"

Ghalea tak ingin ambil pusing, setelah menaruh flatshoes dia cepat-cepat masuk dan membanting pintu kamarnya sendiri.

****

"Gak punya rumah?"

Ini jam 12 siang dan Arez masih disini,

"Aku kira kamu minta ditungguin waktu tidur, " mendengarnya Ghalea melengos.

Sebetulnya dia bangun karena bau masakan, ia akhirnya duduk dan ikut menyantap olahan tangan Arez.

"Kamu cemburu ya sama Vanya?" Ghalea menoleh memberi tatapan -- ya menurut lo aja, Bambang!--

"Vanya mungkin selama ini salah paham, dia adik dari temanku," Arez menjelaskan perlahan.

"Vanya berpikir kalian pacaran, makanya dia kecewa kamu tidak memberitahu dia, " Ghalea menyimpulkan 

Tiba-tiba dia teringat tamparan, dasar Vanya ular!

"Begitulah, tapi aku tidak," ucap Arez,

Halah tidak salah apa gimana? Tidak lazim kalau tiba-tiba Vanya datangkan?

Lagipula tidak ada sejarahnya Dewa Arez bisa dipercaya. Dia sering memperdaya dan Ghalea yang terpedaya.

"Tidak heran, aku curiga dari awal kalian cocok, seperti satu perguruan," Ghalea tak acuh.

"Aku tidak menganggap dia semempesona aku,"

"Bukan, kalian sama aja mulut gombal, tebar rayuan sana-sini, kau dengar saja nada bicara Vanya, centil begitu,"

Arez menghentikan acara menonton tv demi menatap intens wajah ketus didepannya.

"Aku cuma ingin membicarakannya denganmu, kamu tau aku bisa saja tidak mencarimu dan membiarkanmu tenggelam dengan opinimu, tapi aku sekarang disini,"

GhaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang