Sambil menenteng nasi padang dan makanan ringan Ghalea melangkah mantap menuju ruang Cendrawasih, setelah menyapa dan mengecek ruang kamar Arez di nurse stationary dia melangkah lagi.
Sepi.
Itu yang dia rasakan ketika mendorong pintu nomor 02 ini. Tidak ada sanak sodara atau teman yang menjenguk.
Arez anak tunggal dan Ayahnya tidak selalu dirumah. Meski begitu beruntung sekali dia punya Rianti yang selalu perhatian meskipun Arez sudah punya rumah sendiri sekarang.
Ghalea ingat pertama kali bertemu Ibu Arez yang sangat anggun itu. Sudah lama sekali, bahkan Ghalea masih belum bisa menggunakan kateter dengan benar.
Dia meletakan makanan yang dibawanya dimeja, menaruh jaketnya, kemudian melirik Arez sekilas. Dendam dan sakit hati tentu saja ada, tapi cinta yang menggebu tetap mendominasi dihatinya. Mungkin dirinyalah yang berharap lebih kendati teman-temannya tetap menyalahkan Arez atas rasa sakit dihatinya.
"Untung kamu datang, kalau terlambat mungkin aku meninggal,"
Ghalea menyerngit, inikah ucapan terimakasih?
"Jangan berlebihan, usus buntu tidak memotong nyawamu secepat yang kamu kira," entah kenapa Ghalea menjawab, dia tersentil.
Apa Arez sungguh tidak merasa utang nyawa kepadanya dan Setyo juga. Jarak rumah Arez dan RS Wikrama cukup jauh meskipun dalam hitungan jarak, RS inilah yang terdekat daripada RS medistra. Karena alasan itu Setyo sampai ngebut total. Tapi kelakuan Arez ini membuat Ghalea ingin menutupi wajahnya dengan bantal.
Suara pintu dibuka membuat Ghalea yang nyaris menjawab mengurungkan niatnya, dia menoleh lalu tersenyum menyambut tante Rianti.
"Selamat si--, ah Kak ghalea, kerja disini juga kak?" suara ini,
Ghalea kaget setengah mati, jangan bilang Arez adalah pria yang membuat Vanya nyaris bunuh diri.
Seketika Ghalea melihat Arez kembali, melempar tatapan tajam dan dengan isyarat yang entah bagaimana dia tangkap, Arez bilang gadis kecil dihadapannya adalah manusia paling memuakkan yang ia pernah jumpa.
"Kamu ngegrab lagi?" saking bingungnya pertanyaan Ghalea tidak ada kaitannya dengan hal yang mengisi kepalanya.
"Kakak nggak bilang apapun tentang aku ke kak Arez kan? Jangan ya kak, aku malu," gadis itu mendekat sembari berbisik.
Ghalea menatap Vanya yang terlihat semringah. Anak ini sudah 20th tapi tidak bisa membedakan mana seragam RS Meditra dan RS Wikrama. Hm. Pantas sih. Pantas kalau dia tidak tahu kalau Arez sedang menghindarinya.
"Kakak kenapa tidak bilang aku kalau kakak sakit? Untung Kak Fico cerita, aku kemarin juga sakit dan dirawat Kak Ghalea juga," Vanya mulai mendongeng.
LAgi-lagi belum sempat Ghalea ataupun Arez berbicara pintu kembali dibuka, kini Ghalea mengulas senyum saja sudah tidak bisa.
"Ghalea mampir? Tante kira kamu sibuk kerja," Rianti langsung terdengar ramah, meraih Ghalea dalam rangkulannya. Vanya masih mematung berharap diperlakukan dengan sama, tapi mustahil, Rianti melihatnya saja tidak.
"Berkat kamu operasinya baik dan tepat. Arez sadar sejak tengah malam, tapi Tante nggak mau ganggu kamu istirahat, maaf ya tante belum mengabari, padahal tante sudah janji," terdengar Rianti menyampaikan penjelasan dan Ghalea mengangguk mengerti sambil sesekali memandang Vanya.
Bagaimana ini? GAdis itu melihat dengan tatapan terluka yang nyata dimata.
"Kamu bawa apa?" Rianti kini mulai memperhatikan sekeliling.
![](https://img.wattpad.com/cover/221130184-288-k95531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
RomanceBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...