Ghalea - Bab XI . Kencan

30 1 0
                                    

Ghalea sedang memainkan ponselnya ketika wanita cantik ini menegurnya dengan apa ya? Sangat sopan?

Mbak maaf, mungkin mbak salah tempat duduk, ini kursi saya.

Maksudnya, dia bawa kursi ini dari rumah, terus ditaruh disini?

Wah ngajak gelud

Andai. Andai saja Ghalea bukan suster dan dia tidak ditempat umum, tidak hanya cibiran, kursi sama mejanya sekalian Ghalea berikan! Tapi dilempar.

Sabar Lee. Suster. Yang Manis dong, pencitraan.

"Gimana mbak?" Ghalea bertanya, entah budek entah bloon, tapi itu adalah respon paling bagus untuk situasi ini.

Pura-pura tidak mengerti padahal sangat ingin mencaci.

Lagipula, sekalian mengecek apa benar wanita dengan tepung maizena di wajahnya ini benar menegurnya.

"Ini tempat duduk saya mbak," wanita itu mengulang dengan singkat. Tidak sabar.

Wah, picek!

Hampir saja Ghalea misuh. Tanyakan pada seluruh sudut kafe ini, Ghalea Kusumawardhani sudah 30 menit bertapa disini sementara Sikampret Setyo entah mencari warisan atau mencari sendal untuknya dimobil.

Tapi sebentar, wanita ini terlihat sangat familiar.

Baru saja Ghalea nyaris berdiri, Setyo datang dan langsung duduk kemudian membungkuk disampingnya, demi mengangsurkan sendal ke dekat kaki Ghalea.

Ghalea dan sepatu hak memang tidak pernah bermusuhan tapi tidak akrab juga.

Wanita yang sedang berdiri menjadi sedikit menganga, padahal harusnya Ghalea yang speechless malah cuek dan segera menukar alas kakinya. Tanpa terimakasih dan tanpa berpandangan terlebih dahulu.

"Eh jadi kesini lo," Setyo menyapa wanita yang masih berdiri dengan santai, sementara Ghalea menukik alis.

Perempuan ini memangnya siapa?

Ghalea harus tau, lumayan, Bahan gibah baru.

"Duduk dong, malah bengong. Ini Ghalea, ah pasti si otak udang ini udah lupa,"
Setyo kelihatan repot beramah tamah. Ghalea dengan kikuk serta serba bingung mengangguk sopan.

Setan ini beneran temannya Sikampret?

"Ratna," wanita itu penuh pecaya diri mengulurkan tangan dan berkata seperti ingin pamer nama tapi dia sadar apa yang harus dipamerkan dari sebuah nama?

Ghalea mengelap tangannya dulu memakai tisu basah yang dia ambil dari tas kecil milik Setyo kemudia berucap lugas, "Ghalea. Ghalea Kusumawardhani."

"Lo sendirian doang? Pesen gih," tegur Setyo.

"Iya, gw kira kita makan berdua. Yaudah samain aja," timpal Ratna sambil menunduk,

Ghalea mulai menarik benang merah disini.

Oh, si buaya menebar jala.

Si cantik tersangkut buaya.

Ghalea ingin tertawa. Benar-benar! Ini gossip baru!

Lima detik kemudian Ghalea sadar Sikampret ini belum berpengalaman.

Mungkin Setyo jago dalam dunia pergibahan.

Tapi dalam dunia tebar pesona, mohon maaf, Setyo digolongkan warga kelas tiga.

Baru saja Setyo hendak membuka mulut, mbak tinggi, langsing, dan berkulit putih mendekat seraya menyorongkan piring yang penuh dengan banyak menu yang dipesankan Setyo untuk Ghalea.

GhaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang